Fall in Love

149K 10K 2.2K
                                    

☆☆ Chapter 5: Fall in Love ☆☆

[Davi's POV]

Aku menghela nafas untuk kesekian kalinya pagi ini, merenggangkan tubuh yang mulai kaku karena sudah dua jam duduk menatap layar laptop. Karena ini hari minggu seperti biasa ayah akan mengirimkan tugas atau pekerjaan yang harus kuselesaikan. Sebagai ahli waris satu-satunya aku harus mulai belajar mengurus perusahaan katanya.

"Ini!" Kiky meletakan kopi susu yang kuminta beserta sepiring kecil camilan.

"Terimakasih." Ucapku yang ditanggapi dengan senyuman.

Sudah hampir sebulan Kiky tinggal dirumah ini dan sudah dua minggu lebih sejak insiden itu. Kejadian dimana aku terbangun tanpa mengenakan baju, hanya celana boxer, dan itu berada dikamar Kiky. Aku tak ingat apa yang terjadi selain rasa pening yang teramat sangat menyerang kepalaku. Gara-gara Desi yang mencekokiku lebih dari dua botol alhkohol.

Awalnya kukira Kiky berbuat sesuatu padaku atau mungkin aku yang berbuat sesuatu padanya, tapi saat kutanya dia bilang aku hanya salah masuk kamar. Dan karena panas aku membuka pakaianku begitu saja. Meski ku paksa untuk menceritakan yang sebenarnya pemuda itu terus-terusan menjawab dengan hal yang sama. Membuatku akhirnya menyerah dan percaya.

Semenjak insiden itu pula Kiky lebih perhatian padaku. Dia membuatkan sarapan, menyiapkan bekal, menyiapkan seragam sekolahku, dan saat aku pulang kencan ia sudah menyiapkan makan malam dan air hangat untukku mandi. Perlakuannya membuatku merasa diistimewakan, mungkin itu yang kurasakan nanti jika punya istri.

Haaahh.. mungkin. Karena belum tentu aku akan punya istri jika pertunangan gila ini terus berlanjut. "Mau kemana?" Aku bertanya saat melihat Kiky sudah berganti pakaian dan terlihat lebih rapih.

"Hanya membeli persediaan susu untuk Natha!" Serunya masih tetap berjalan menuju ruang tamu tanpa melihatku.

Dan itulah, meski ia memperlakukanku istimewa keberadaannya didepanku makin jarang terlihat. Dia seolah-olah menjauhiku. Aku kembali menghela nafas.

"Pi!" Sebuah suara membuatku menoleh kesamping. Kulihat Natha yang tengah duduk disamping kakiku memandang antusias. Sejak kapan bocah ini ada disini. "Pi! Pi! Na'ik!" Celotehnya.

Mendengus malas aku menaikan Natha keatas sofa dan duduk disampingku. "Diam!" Peringatku pada bocah itu.

Aku tidak begitu suka anak-anak mereka terkadang merepotkan bawel dan jorok. Aku kembali mengetik data yang sempat tertunda tadi. Fokus pada pekerjaanku agar lebih cepat selesai dan bisa segera pergi kencan.

Prak!!

Beban tiba-tiba ditanganku membuat kelima jari tangan kananku jatuh secara serempak dan tak beraturan. Membuatku salah mengetik. Kutelohkan kepala memandang Natha yang tengah menggelayuti tanganku. Begitu dia memandangku aku menatapnya tajam.

Dasar bocah!

Dan kejadian selanjutnya membuatku berteriak panik. Natha melemparkan bantal sofa pada cangkir kopiku. Membuat cairan hitam kecoklatan itu menumpahi berkas. Dan seolah tak merasa bersalah ia menyeringai kepadaku.

"Aaargh!! Lo sengajakan bocah?! Sialan!! Kalo ginikan kerjaan gue nambah. Dasar bocah kam.." ucapanku terhenti saat 2 maid dan 1 pelayan diam menatapku yang sedang memaki Natha.

"Ekhem! Sedang apa kalian diam disitu? Cepat kerja!!" Usirku pada mereka. Mereka segera pergi meninggalkanku dan Natha diruang tengah.

"Pi oon!" Celoteh Natha.

Apa dia bilang? Davi oon?! Aku segera mempelototi Natha tapi gadis itu justru tertawa. Haahh lebih baik aku bereskan ini. Aku baru saja berniat memegang cangkir yang terkelungkup begitu Kiky datang.

My Beloved BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang