Bagian 16

0 0 0
                                    

Aroma obat-obatan tercium kuat di Rumah Sakit. Kania setengah berlari menuju Ruang tempat Rian di rawat.

Badannya gemetar, pikirannya kacau

"Ka, Aku gamau kehilagan Rian" Ucap Kania melepas genggaman tangan Syahrul.

"Gua gamau kehilangan Rian" Ucap Kania sekali lagi sebelum pada Akhirnya meninggalkan Syahrul di depan Meja Resepsionis dengan jalan setengah lari.

Air matanya mengembang, bayangan tentang kebersamaan mereka sejak kecil melintas di benaknya.

Salah satu Hal yang selalu Kania ingat saat itu adalah Ketika Rian kecil selalu ikut menghabiskan bekal makan siang Kania Kecil karena Mamah Kania suka marah ketika ia Tak menghabiskan bekal makan siangnya. Rian tidak suka melihat Kania dimarahi, termasuk oleh mamahnya sendiri.

Kania Kecil yang suka di kucir dua itu selalu bebarengan dengan Rian. Rian yang menjadi kaka, teman, sahabat, pacar boongan, dan hero untuk Kania.

Dan saat menginjak usia Remaja ia dan kakaknya ditinggal pergi selamanya oleh kedua Orang Tuanya karena sebuah kecelakaan maut.

Saat itu untuk pertama kalinya Kania melihat Rian menangis. Dan Kania tidak ingin melihat Rian menangis lagi.

"Riaaaaaaannnnnnn"
Ia Tak kuasa menahan tangis.

Berkali-kali ia juga hampir menabrak orang Yang berlalu-lalang di lorong rumah Sakit. Rasa takut menyelimuti getir hatinya.

Ia sampai di depan ruangan tempat Rian di rawat. Disusul oleh Syahrul yang membawa buket bunga yang dijatuhkan Kania di depan Meja Resepsionis.

Syahrul menggenggam tangan Kania Dan mengelus pundaknya mencoba menenangkan pujaan hatinya, tapi Kania menolak. Ia melepas genggaman tangan itu dan mencoba menerobos masuk ke ruangan Rian. Hatinya menjerit.

"Riannnnnn"

Air matanya Tak tertahan, mengalir deras menghapus make-up tipisnya.

Mamahnya memeluk. Mencoba menenangkan Kania yang uring-uringan karena keadaan Rian saat ini.

Dari kejauhan Syahrul hanya membisu.

"Kan, aku disini siap untuk menjadi tempatmu bersandar dalam bagaimanapun keadaan kamu. Tapi, tolong jangan buat dugaan negatifku ini benar."

Syahrul duduk dan menyaksikan tiap adegan nyata yang terjadi di depan ruangan tempat Rian dirawat. Mama Kania yang memeluk Kania, dan Marsha yang menggenggam erat tangan ka Shinta.

Sejak saat Rian kecelakaan dan dirawat di Rumah Sakit, Marsha lah orang yang selalu menemani Rian. Dan Karna itulah Kania merasa iri dan cemburu pada Marsha.

Dentang waktu bergulir, gelap mulai tiba. Kania menghampiri Marsha yang duduk disamping Rian dan menggenggam tangannya.

"Sha gua mau tanya, lu jawab jujur"

Marsha bangkit dari duduknya, Dan berdiri menghadap Kania.

"Lu beneran suka sama Rian?"

Marsha mengelurkan Handphonenya Dan menunjukkan sebuah pesan singkat yang ia terima dari Rian. Tak lama sebelum kecelakaan itu menimpa Rian.

Entah kenapa ada perasaan tak terima dari hati Kania. Ia tak tahu kenapa. Tapi jelas ada sebersit luka yang ia rasakan dalam hatinya.

"Jujur, Gua emang suka sama Rian. Gua udah mendem Rasa sama Dia sejak pertama kali gua masuk SMA. Dan sekarang gua udah jadian di detik-detik sebelum dia kecelakaan."

Kania mengangkat wajahnya, berusaha menahan agar air matanya tidak menetes. Ia menyerahkan Hp Marsha Dan bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Hampir membanting pintu.

Di luar sangat dingin, Kania duduk di kursi taman sambil berlinang air mata.

Bayangan Rian muncul dikepalanya.

"Aku mau kita putus Rian!"

"Kan, kamu jangan salahh paham dulu, aku gaada apa-apa sama dia Kan".

"Jujur, setelah kejadian ini gua gayakin bisa dengan mudah lupain lo Rian. Tapi kesalahan lu gaakan pernah bisa gua lupain"

Kania melepas genggaman tangan Rian

"Tapi gua harap, persahabatan Kita tidak berakhir"

Kania kemudian pergi meninggalkan Rian. Saat gerimis di sore hari yang kelabu. Dan Rian tertegun.


Di Part ini, Asli. Author sebel sama Kania. Kalian gimana?

Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang