Bagian 9

11 0 0
                                    

Ka Syharul sampai lebih dulu ke rumah  Kania. Ia tengah memasukan minuman dan makanan ringan ke dalam paper bag.

Kania yang baru datang dengan Rian disambut hangat oleh Ka Syharul, seolah ia adalah tuan rumahnya.

Kania hanya tertawa saat mendengar ucapan ka Syharul yang mengaku-ngaku bahwa itu adalah rumahnya.

Rian, ia tidak menyapa ka Syharul sama sekali. Ia langsung menghampiri Sultan dan mengajaknya bermain. Salah satu keinginan Kania saat ini adalah mempersatukan mereka.

Ka Syharul dan Rian adalah laki-laki hebat di kehidupan SMA Kania setelah ayahnya.

Kania, membantu mamanya memasak dan setelah selesai mereka makan. Di meja makan,  Rian dan Ka Syharul seolah berada di babak kedua sparing futsal tadi siang. Bersi tegang tanpa senyuman.

"Gua, kalo liat kalian berdua tuh kadang ngakak. Udah sering ketemu, tiap hari malah. Tapi, masih aja canggung" ucap Kania sambil menuangkan Sayur ke mangkuk-mangkuk kecil.

Rian senyum kecut, dan Ka Syahrul tertawa.

"Gua kalo ngobrol sama Rian, kagabakalan nyambung Kan" ka Syharul menolak halus.

"Lu gak tau aja ka gimana stress nya dia kalo di ekskul. Urat malunya udah keputus" bantah Kania lalu duduk di depan Ka Syahrul.

Rian dan Syahrul tidak menahan tawa.

"Gua cuman lagi gamau buang-buang tenaga aja Kan, buat apa coba ngobrol atau bercanda gak jelas!" Rian mendekatkan kursinya ke Kania.

Ka Syahrul menggeram, seakan ia ingin memukul habis wajah Rian. Tapi pikirannya menahan. 

Usai makan ka Syharul langsung pamit pulang, hanya berkata bila ia punya urusan mendadak.

Rian bersorak, ia bebas bersama Kania. Mereka lantas meneruskan pekerjaan ka Syharul memasukan minuman dan makanan ringan ke paper bag.  Ia tak sadar bila kadang dibalik tawa akan terselip juga duka.

Hari sudah hampir menggelap, senja mengurung langit dengan warna jingga. Indah. Sayang, tidak ada Kania disampingnya.

"Duggggg" Rian diberhentikan oleh sebuah motor dan disusul motor lainnya.

Ia dipaksa turun dan diminta untuk mengeluarkan handphonenya. Rian menolak, tapi orang itu memaksa dan pada akhirnya menggeledah tasnya.

Rian mencoba teriak, tapi mulutnya langsung di bekap. Jam-jam seperti ini adalah jam dimana jalanan lengang sepi.

Orang itu mengoprek handphone Rian yang tidak diberi kunci layar. Tak lama kemudian menyerahkannya ke kawan lainnya. Rian masih dibekap. Orang itu lantas menghampiri Rian dan mencengkeram kerah bajunya.

Cukup dua kata yang di ucapkan orang itu.

"Jauhi Kania!"

Seketika semuanya jelas, Syahrul menagih janji yang harus ia tepati.

Rian pulang dengan seribu tanya. Kemana pikiran Kania hingga ia bisa mencintai laki-laki brengsek seperti Syahrul. Laki-laki yang hanya berani dibelakang.

Jika benar ia mencintai Kania, kenapa ia tidak mengungkapkan perasaannya dan memberi Kania kepastian. Selama ini hubungan mereka hanya sebatas adik-kaka tapi sesungguhnya sikap dan tindakan mereka menunjukkan lebih dari itu.

Yang menjadi pertanyaan lainnya, kenapa Syahrul hanya diam saja dan tidak bertindak apapun saat Kania ditarik paksa oleh Jelita. Entah ada hubungan apa diantara keduanya.

Berbagai pertanyaan, dugaan, dan fakta yang terjadi terus bergulit di kepala Rian. Dengan kendaraannya ia terus menyusuri jalan yang diterangi lampu kuning.

Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Harusnya! Harusnya! Harusnya!

Hingga pada akhirnya

"Tidakkkkkkkkkkkkkk"

***

"Wiwwwww wiwwwww wiwwwww" Rian dilarikan ke Rumah Sakit. Di pelipisnya mengucur darah berwarna merah menyala.

Ia tak sadarkan diri. Setelah sebuah mobil di lawan arahnya yang juga melaju dengan cepat berhadapan dengan motor yang  Rian kendaraai.

Pikiran Rian yang sedari tadi kacau tak mampu mengendalikan motornya saat mobil itu melaju kencang ke arahnya.

"Jegeeeeerrrrr" tabrakan tak terhindarkan.

Mobil yang menabrak motor Rian hancur parah dan pengemudinya tewas di tempat.

Rian yang masih terasa denyut nadinya langsung dilarikan ke rumah sakit. Motornya hancur tak terbentuk.

Shinta, Kaka Rian datang saat mendapat kabar bahwa Rian kecelakaan. Disusul oleh tante Karin, Kania, Sasy, Marsha, dan sohib Rian lainnya.

Keadaan Rian kritis parah. Shinta, Kaka Rian histeris melihat keadaan Rian.

Rian harus selamat, Rian harus selamat. Dia adalah satu-satunya orang yang dimiliki ka Shinta.

Dokter keluar dari ruangan dan menemui keluarga pasien.

"Keadaannya kritis, kepalanya terbentur aspal jalanan." Terang dokter yang menangani Rian.

Ka Shinta hampir pingsan mendengar kabar itu. Kedua orang tua mereka sudah tiada, apa iya Rian juga harus secepat ini menyusul kedua orang tuanya?

Malam sudah larut, Tante Karin dan teman-teman Kania pulang. Tinggal menyisakan ia dan Ka Shinta.

"Rian kenapa Kan?" Tanya Syharul yang baru sampai Rumah sakit.

Kania langsung memeluk Syahrul.

"Gua gak mau kehilangan dia ka, gua gak rela kalo dia harus pergi"

Syharul balas memeluknya lantas.

"Dia gak mungkin ninggalin kita sekarang kan, kita doakan yang terbaik untuk kesembuhan Rian Kan" jawab Syahrul menenangkan Kania.

Mereka berdua kemudian duduk disamping Ka Shinta. Kania terus menggenggam tangan ka Syahrul, dan kini ia bersandar di pundak Ka Syahrul.

Sekali lagi ia ucapkan.

"Gua gak mau kehilangan dia ka, gua gak rela kalo dia harus pergi"

Syahrul, balas menggenggam erat tangan Kania dan mengelus rambutnya.

Kan apa lu udah ada rasa sama dia? Batin Syahrul berbisik.

Jangan lupa vote Yaa manteman.

Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang