Bagian 18

0 0 0
                                    

Kania sudah sadarkan diri saat Syahrul sampai di Kafe Cerita Masa Lalu, tempat Radit Bekerja.

"Lu udah lama kerja disini?"

Radit menggelengkan kepalannya.

"Lu ko bisa kerja disini?"

"Takdir"

"Maaf ya gua ngerepotin lu"

"Sans Aja"

"Gua ko baru tau ya lu kerja disini?"

"Kenapa? Kaget?"

Radit lalu membersihkan meja-meja disamping Kania.

"Biar Gua Bantu" Kania bangun dari duduknya.

"Gausah, lu istirahat aja. Gua udah nelpon Syahrul, bentar lagi dia nyampe"

"Seriously?" Kania kaget, kenapa Radit menelpon Syahrul. Hubungan mereka sedang tidak baik, dan itu karna dirinya. Ya Tuhan, Kania kebingungan.

"Sorry gua gabisa anter lu pulang pake motor, di luar hujan deras banget"

Kania duduk kembali dan memandangi jam tangannya.
Pukul 22.05.

"Lu balik jam berapa Dit?"

"Jam 11"

"Malem banget, dari sini ke daerah rumah lu lumayan jauh Kan?"

"Terus?"

"Yaampun lo Spj amat si, kenapa? Gua ada salah ya sama lo? Sorry?"

Suara Mobil yang berhenti mengalihkan pembicaraan mereka.

"Ituu pasti Syahrul, Gua kedepan dulu"

Tanpa menggunakan payung Syahrul langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam Kafe.

Kania duduk mematung dengan jacket abu milik Radit, wajahnya pucat, dan rambutnya juga masih basah.

"Kamu Baik-baik Aja kan Kan?"

Kania mengangguk.

"Yaudah, Kita langsung pulang"

Mereka kemudian bergegas untuk pulang.

"Dit thanks ya, Gua langsung balik" ucap Syahrul sembari menepuk pundak Radit.

Di perjalanan pulang mereka hanya saling berdiam diri, Syahrul mengurungkan niat untuk mengungkapkan perasaannya pada Kania.

"Kak, kamu ko baik banget si?" Kania membuka percakapan.

"Cuman kamu doang yang nganggap aku baik Kan. Makasih ya"

Syahrul mengucek rambut Kania dan menampilkan senyum terbaiknya. Senyuman yang dulu membuatnya luluh untuk pertama kali. Senyuman yang selalu menenangkan Kania saat gundah.

Syahrul lantas menejelaskan alasan kenapa Radit harus Bekerja.

"Dia itu kesini ngerantau Kan, kedua Orang Tuanya udah meninggal. Dia kerja ya buat biaya hidup sama sekolah dia. Awalnya dia kerja di warteg tempat Kita sering kumpul, tapi ya salarynya kecil banget. Jadi dia Pindah."

"Kalo keluarga lainnya dia? Nenek, kakek".

Syahrul menggeleng, Radit tidak pernah menceritakan itu dan tak ingin membahasnya.

"Aku salut sama dia Kan"

Kania mengangguk "Aku juga"

Hujan sudah mulai reda. Tapi, dinginnya masih belum hilang. Kehangatan dari dalam membuat uap menempel di kaca mobil.

Pukul setengah sebelas kurang mereka sampai di rumah Kania. Kania langsung masuk kamar Dan istirahat, sedangkan Syahrul menemui om Andre lebih dulu. Ia hanya mengantarkan martabak yang dia beli dan menitipkan buket bunga untuk Kania. Lalu pulang.

Ketika sampai kamar Kania tidak bisa langsung tidur. Ia merasa salah bicara pada Syahrul terkait perasaannya pada Rian. Kini ketakutannya bertambah. Bukan hanya takut Rian pergi untuk selamanya tapi ia juga takut Syahrul berubah.

Esok harinya Kania menceritakan kekhawatirannya pada Sasy. Sasy menggelengkan kepalannya ketika mendengar cerita Kania.

"Kan, udah Gua bilangin. Lu jangan egois?"

"I Don't know what you mean"

"Lu tuh sebenarnya pilih siapa? Syahrul atau Rian"

Kania menggeleng, ia bingung dengan perasaannya sendiri.

"Kalo lu anggep Rian Sahabat kenapa lo ga Ikhlasin dia sama Marsha?"

Kania diam

"Kalo lu nganggep dia sahabat harusnya lu bahagia ngeliat dia bahagia"

Kania bisu. Ia merasa tidak yakin bila Rian bahagia dengan Marsha.

Sasy berhasil menebak apa yang dipikirkan Kania yang termenung.

"Lu gayakin Rian bahagia sama Marsha?"

Kania mengangguk.

"Yaampun Kan, Gua ga nyangka lu bisa kaya gini. Jadi lu Pikir Rian bakalan bahagia sama lo?"

Kania menggeleng.

"Disini lu yang punya perasaan, lu yang bisa menentukan mau dikasih kesiapa perasaan lo. Cinta itu gabisa egois. Kalo lu bahagia diatas penderitaan perempuan lain, kebahagiaan lu gaakan lama."

Sasya menarik nafas panjang.

"Barusan lu mau minta saran Kan sama Gua, jadi Gua saranin terima hubungan Rian sama Marsha, dan buka hati lo buat Syahrul".

Sasy menepuk pundak Kania, dan tersenyum.
"Gua cuman mau sahabat gua bahagia"

Kania ikut tersenyum.
"Makasih ya Sya, lu memang best friend Gua, Yaa meski lu gabilang-bilang kalo lu jadian sama The Most Wanted di Sekolah ini" Kania tertawa.

Sashy langsung menutup mulut Kania sebelum ia mengoceh tidak jelas.

"Jangan berisik Kaniaaa, siapa yang jadian Coba"

"Gausah boong sama gua Sy, Gua bisa tau tanpa lu ngomong sama gua"

Sasy tersenyum simpul.
"Jangan berisik. Ini Backstreet soalnya"

Mereka berdua tertawa. Kania sudah tahu kenapa alasannya tanpa Sasy harus menejelaskan. Ia tidak ingin, Hal serupa juga menimpa sahabatnya itu.

Kalian inget sama Radit ga? Ituu loh cowo yang disukain sama sopi.

Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang