Langit tidak berbintang, hitam, legam, Dan dingin. Lampu kuning menghiasi Taman Rumah Sakit yang gulita.
"Kamu gabisa egois kaya gini Kan"
Sasy Muncul dibelakang Kania kemudian duduk disampingnya.
"Gua gatau soal hubungan lu sama Rian gimana dulu, tapi lu harus bisa hargain Marsha yang sekarang ada di samping Rian, Dan Syahrul yang ada di samping lu"
"Gua engga pacaran sama ka Syahrul, Dan dia udah Gua anggap sebagai kaka kandung Gua Sy"
Sasy menggenggam tangan Kania Dan mengusap pundaknya.
"Lu bisa bohongin gua, tapi lu gabisa bohongin perasaan lu sendiri Kan"
"Apa salah Kalo misalkan sedikit rasa yang dulu tersisa itu tumbuh kembali?"
"Perasaan dan Cinta itu gapernah salah Kan, hanya Saja terkadang Kita yang terlalu ingin memenangkan ego Kita"
Kania tertegun.
"Ka Syahrul udah nungguin, Tante Karin nyuruh lu pulang buat istirahat dulu. Gua balik bareng Bagas"
Sasy menepuk pundak Kania sebelum pada Akhirnya pergi meninggalkan Kania dengan Siluet Syahrul yang dari jauh memperhatikannya dengan Kania.
Syahrul lantas menghampiri Kania setelah melambaikan tangan pada Sasy dan Bagas.
"Mereka udah jadian?" Tanya Kania
Syahrul mengangkat bahunya.
"Kita pulang sekarang yu Kan, udah mau ujan deh ini kayanya"
Kata Syahrul membuka percakapan.Apa yang diucapkan Sasy memang benar, ia Tak bisa egois. Dulu Kania sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Rian dan membatasinya sebagai sahabat.
"Iya Kak ayo" jawab Kania
Mereka berdua Naik ke dalam mobil. Di sepanjang jalan mereka hanya diam. Sampai akhirnya hujan turun dan membasahi kaca-kaca mobil.
"Kak aku mau jujur"
Syahrul menoleh ke wajah Kania yang pucat dan mata yang sembap.
"Ini soal perasaan Aku ke Rian Ka"
Syahrul menarik nafas panjang.
"Aku udah duga Kan""Apa yang kamu duga?"
"Kamu nyimpen perasaan lebih ke dia Kan? Kamu ga salah ko Kan. Lagian kan Kita gaada hubungan apa-apa. Bukannya kamu juga cuman anggap aku kaka kelas kamu doang".
Lampu merah jalan menyala, Syahrul menghentikan mobilnya.
"Rian mantan aku pas SMP, tapi meski gitu kita tetep sahabatan. Dan gatau kenapa pas Rian kecelakaan dan kritis aku takut bangett kehilangan Rian"
"Kamu juga cemburu waktu Rian jadian sama Marsha Kan?"
Mendengar jawaban Syahrul Kania tersentak.
"Cemburu itu tanda cinta, jadi mungkin..."
Kania meneteskan air matanya dan turun dari mobil, sebelum Syahrul menyelesaikan ucapannya. Di luar hujan sedang deras dan lampu hijau jalanan sudah menyala.
"Kan kamu kenapa turun.. Kan"
Klakson Mobil di belakang sudah ramai berbunyi, Syahrul melanjutkan perjalanannya. Pikiran tentang dugaan-dugaan mengenai perasaan Kania dan Rian muncul.
"Kania memang masih menyimpan Rasa pada Rian" dugaan itu menghantui kepalanya.
Diluar masih hujan deras, Syahrul mulai khawatir dengan Keadaan Kania. Tapi dugaan tentang Kania yang masih menyimpan perasaan pada Rian terus menghantui. Kalaupun dugaan-dugaan itu benarpun sebenarnya Kania juga tidak salah. Toh ia belum ada hubungan apa-apa dengan Kania.
"Bodoh, kenapa gua ga nembak Kania dari dulu!"
Syahrul membanting setir dan memutuskan untuk kembali ke arah jalan menuju rumah Kania. Kalau menurut perhitungan Kania harusnya udah sampai di rumah sejak 10 menit yang lalu.
"Kan, lu mau nerima atau nolak terserah yang penting Gua udah ngungkapin"
Syahrul mampir ke toko bunga lebih dulu dan kemudian membeli martabak telur untuk om Andre. Ia tak mungkin pergi ke rumah Kania dengan tangan kosong.
Dan sebelum itu ia harus latihan lebih dulu.
"Kan I Love you, kamu mau ga jadi pacar aku?"
Terlalu to the point"Diluar memang hujan deras, tapi Tak sederas Rasa cintaku yang mengalir ke hatimu"
Jijik, alay bat."Gua tau Gua.."
Kriinggg
Handphone Syahrul berbunyi. Panggilan masuk dari Radit. Ia mengangkatnya.
"Rul, Kania pingsan di depan kafe tempat gua kerja"
Syahrul bergegas mengendarai Mobilnya Dan melaju dengan kecepatan tinggi.
"Kania, semoga lu Baik-baik Aja"
Kannn bangun, Syahrul tuuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]
RandomJangan bicara soal kesalahan. Karena seharusnya akupun tidak berada disini. Terlebih bila harus menunggu perasaanmu yang tak pasti.