"Baik, jadi disini dari total anggota yang berjumlah 23 orang yang hadir cuman 9 orang? Bahkan kurang dari setengahnya"
Setelah menarik nafas panjang dan mencoba menahan emosi Kania membuka mulut.
"Tidak masalah. Yang kita cari saat ini adalah kualitas. Bukan kuantitas" lanjut ucap Kania
Hening dan senyap. Selama ini Kania tidak pernah bicara setegas ini. Bahkan ketika debat OSIS sekalipun. Ia justru terlihat sangat santai.
Setelah bersitegang selama beberapa saat, rapat perdana di periode baru itupun dimulai. Ada banyak hal yang dibahas pada rapat tersebut, dan Kania lebih menekankan pada sikap anggota OSIS yang harus menjadi contoh bagi siswa-siswi lainnya.
Beberapa anggota mendebat, apalagi soal anggota yang datang terlambat akan mendapat hukuman 2x lipat dibanding siswa lainnya.
"Apa untungnya jadi OSIS kalo kaya begini Kan!" Celetuk Jelita.
Jelas saja dia mendebat. Sepanjang sejarah OSIS dia adalah satu-satunya orang yang sering datang terlambat. Bahkan sudah pernah dipanggil oleh kesiswaan.
"Semua tergantung suara terbanyak. Karena dominan setuju akan hukuman 2x lipat bagi yang datang terlambat maka itu adalah keputusannya" jawab Kania tegas.
Jelita hanya diam dan memasang wajah tidak suka pada Kania. Yang lain sangat tak acuh pada ucapan Jelita.
"Kan gua izin balik duluan ya. Ada urusan mendadak" ucap Jelita kemudian setelah tak berkomentar apapun akan pertanyaan-pertanyaan dari Kania.
Jelita mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan begitu saja. Bahkan tidak menengok ke arah Kania ataupun anggota lainnya.
"Kaga ada sopan santunnya emang anak pindahan itu" celetuk Marsha.
"Kalau dia pacar gua, udah gua putusin dah" tambah Rian.
Semua tertawa.
"Bener nih. Awas aja kalo lu suka sama si Jelita. Gua sikat lu nyampe licin" timbal Marsha sambil tertawa.
Kania ikut tertawa dan ketegangan diantara anggota OSIS dan sang Ibu Negara pun hilang. Dan sudah memang seharusnya seperti itu.
Kania menghentikan tawanya dan kembali ke topik pembicaraan. Tapi sayang, ia tak bisa menghentikan ketawanya. Terlebih saat melihat Marsha.
"Sha muka lu kenapa cemong gitu!" usil Rian.
"Kalo pas gini, si Jelita jauh lebih cantik dibandingin sama lu Sha" tambah Rian.
Marsha masih bingung dengan keadaan. Ada apa sebenarnya.
Kania mengambil tissue dan cermin kecil dari dalam tasnya dan beranjak bangun dari tempat duduk. Ia Menghampiri Marsha sambil menahan tawa.
Wajah Marsha memerah.
"Lain kali kalo lagi nulis white board ngehapusnya pake penghapus white board ya. Jangan pake tangan. Okay!" Ucap Kania sambil tersenyum.
Marsha mengangguk pelan sambil menahan malu.
"Makasih kan" jawab Marsha.
Kania tersenyum sambil mengangguk pelan.
...
Detik demi detik berlalu, hari sudah sore. Setelah semua pembahasan selesai rapat perdana itupun ditutup.
"Kan lu balik bareng gua ya!" Ajak Rian.
Kania mengangguk pelan sambil melangkah keluar ruangan. Rian sudah berjalan sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]
De TodoJangan bicara soal kesalahan. Karena seharusnya akupun tidak berada disini. Terlebih bila harus menunggu perasaanmu yang tak pasti.