Pagi-pagi sekali Tante Karin datang ke rumah sakit membawa sejumlah pakaian untuk Kania dan Ka Shinta, serta sarapan untuk mereka berdua. Ka Syahrul yang juga menginap baru saja pulang.
"Kalian ganti baju abis itu sarapan ya." Perintahnya dengan sangat lembut.
Kania mengangguk, tapi ka Shinta masih saja memegang tangan Rian.
"Shinta, hari ini kamu ada UTS bukan? Ayo, kamu harus semangat. Rian pasti akan lewat dari masa kritisnya." Tante Karin mengusap pundak Shinta.
"Aku ngerasa gak berguna banget jadi orang Tan, udah cukup aku kecewain mamah papah dan kehilangan mereka. Sekarang aku gamau kehilangan Rian juga."
Ka Shinta terisak.
"Aku kakanya, tapi yang jadi peran Kaka disini itu Rian, bukan aku Tan." Ka Shinta kembali terisak.
Tante Karin terharu melihat Shinta dan Rian, dia harap Kania dan Sultan juga bisa seperti Shinta dan Rian.
"Apa dengan kamu gak Ujian Rian akan senang? Engga Shinta" ucap Tante Karin lembut.
Ka Shinta mengusap air matanya lalu bangkit dan bersiap untuk berangkat ke kampus.
Kania bersiap untuk berangkat dan Syahrul datang untuk menjemput Kania.
Di sepanjang perjalanan Kania hanya diam. Satu kalimat yang Kania ucapkan di sepanjang perjalanan ke sekolah dan merupakan ketiga kalinya dia mengucapkan itu.
"Gua gak mau kehilangan dia ka, gua gak rela kalo dia harus pergi"
Ka Syharul menyentuh tangan Kania.
Apa ia benar-benar cinta pada Rian?
***
Berita kecelakaan Rian menjadi trending topik nomor satu di sekolah. Rian anak yang baik, rajin, cerdas dan selalu berpenampilan rapih itu tidak masuk hari ini.
Kania masuk ke dalam kelas dengan wajah lesu. Tidak biasanya dia seperti ini.
"Gimana keadaan Rian sekarang Kan?" Tanya Sasy penuh penasaran.
Kania duduk di kursinya, menutup wajah dengan kedua tangannya.
"Rian masih kritis, dia belom sadarkan diri"
Sasy memeluk Kania dan mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.
"Sy, lu beneran suka sama Rian?" Tanya Kania
"Enggaklah, masa iya gua suka sama Rian" jawab Sasy
Kania tersenyum dan melihat keadaan di sekitarnya. Teman-temannya sibuk memainkan handphone kecuali mereka berdua.
"Marsha suka sama Rian!" Ucap Kania
Sasy tersenyum. Ia mengetahuinya sudah sejak lama, sayang Rian tidak peka pada perasaan Marsha. Dan Marsha, dia terlalu malu untuk mengungkapkannya.
Bel masuk berbunyi, peserta didik berbondong-bondong masuk ke dalam kelas. Kecuali Radit. Hari ini ia tidak masuk kelas lagi.
Jam pelajaran terasa sangat lama, padahal hari ini hanya ada dua mata pelajaran saja. Selepas itu pulang. Tapi sebelum pulang ada jadwal rapat OSIS.
Proposal kegiatan yang kemarin diajukan sudah di ACC oleh pihak sekolah. Semenjak pembina OSIS ganti semua kegiatan OSIS selalu dibantu oleh beliau termasuk dalam proses di accnya kegiatan ini.
Ada beberapa hal yang harus diubah dalam kegiatan baksos, kegiatan mengajar di desa di ganti dengan donasi buku dan alat tulis, dan untuk penanggungjawab membersihkan masjid warga yang awalnya Rian diganti oleh Irvan.
Donasi alat tulis dan dana dikumpulkan sampai hari Jumat depan, Senin sudah mulai sosialisasi. Untuk baksos masjid kegiatannya Sabtu depan. Dan sekarang tugas tim editor yang membuat flyr.
Singkat, padat, dan jelas. Seperti itulah gambaran rapat yang selalu dipimpin Kania.
Setelah selesai, Kania bergegas kembali ke Rumah sakit menemani Rian. Tante Karin yang menemani Rian sejak tadi pagi, kemudian pulang untuk mempersiapkan acara ulang tahun sore ini.
Kania tidak menemani Rian seorang diri, karna Marsha datang tepat saat Tante Karin hendak pulang.
Syahrul? Dia pamit pulang setelah mengantarkan Kania. Ada urusan katanya.
Marsha duduk disamping Rian, dan Kania sibuk dengan buku catatannya. Planning Social Project.
Marsha terus memanjatkan doa dan perlahan jari Rian mulai bergerak, Marsha tercengang.
"Kania Rian, liat jari Rian gerak."
Kania terlonjak dan langsung memanggil Dokter.
Marsha menyentuh tangan Rian yang mulai sadarkan diri.
"Kaniaa.." panggil Rian.
Rian belum bisa move on
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Mencintai Kamu [Update Tiap Jam 10 Pagi]
RandomJangan bicara soal kesalahan. Karena seharusnya akupun tidak berada disini. Terlebih bila harus menunggu perasaanmu yang tak pasti.