20. Haruskah?

5K 572 20
                                    

Minho menginap lagi hari ini, sebenarnya tadi dia sudah hampir pulang, tapi Jiho merengek, dia ingin menginap dan tidak mau papanya pulang. Jadilah Minho kembali menginap dan tidur di sofa.

Jisung lagi-lagi memberikan selimut dan bantal pada Minho.

"Makasih, Ji."

"Iya kak."

Ada rasa kasihan pada Minho. Setiap menginap dia selalu tidur di sofa, itu artinya sudah tiga hari berturut-turut Minho tidur di sofa. Pastinya tidak nyaman. Badannya pasti pegal-pegal. Walaupun Minho tidak mengatakannya, Jisung tetap tahu karena dia pernah merasakannya.

"Kakak..."

"Ya?"

Jisung ragu-ragu menatap Minho. Dia ingin mengajak Minho tidur di kamarnya, tapi tempat tidurnya pun pasti sangat pas-pasan untuk dua orang dewasa.

"Eum... Jisung mau menawarkan, kakak mau tidur di kamar Jisung?"

Minho menatapnya diam.

Jisung jadi salah mengartikan. Dia takut Minho salah paham akan maksud tawarannya.

"Ji-jisung bukan bermaksud apa-apa kok, kak. Jisung cuma ngerasa gak enak, setiap kakak menginap, kakak selalu tidur di sofa, pasti rasanya tidak nyaman."

Minho tersenyum. Kemudian menarik tangan Jisung sehingga Jisung terduduk di sampingnya.

"Makasih, kakak selama ini memilih tidur di sofa karena takut kamu merasa tidak nyaman kalau kakak tidur bersama kamu di kamar."

"Ma-maaf, kak. Jisung seharusnya menawarkan ini dari kemarin."

"Gak apa-apa, Ji. Kamu gak perlu minta maaf. Tapi kamu beneran gak apa-apa kalau kakak tidur di kamar kamu?"

"Hm. Memang tempat tidur Jisung tidak besar, tapi cukup kok untuk kita berdua, dan juga jauh lebih nyaman daripada di sofa."

"Yaudah kalau begitu. Kamu duluan ke kamar, nanti kakak menyusul."

.

.

.

Jisung diam-diam mengutuk detak jantungnya yang tidak karuan. Demi Tuhan, tidur berdekatan dengan Minho membuat Jisung tidak bisa tidur.

Terlebih lagi detak jantungnya yang begitu cepat. Kalau Minho mendengarnya, Jisung akan sangat malu.

"Ji?"

"I-iya kak."

Sialnya, ternyata Minho juga belum tertidur.

"Kamu belum tidur?"

"Be-belum kak. Jisung... belum mengantuk."

Bohong. Kantuknya tiba-tiba saja menghilang saat Minho berbaring di sampingnya.

Tempat tidurnya benar-benar pas-pasan. Tubuh mereka berdesakan satu sama lain. Baru begini saja perasaan Jisung sudah tidak karuan.

"Mau minum cokelat panas, Ji?"

Minho terduduk dan menawarkan tawaran yang menggiurkan bagi Jisung. Cokelat panas adalah minuman kesukaan Jisung di malam hari.

"Boleh, kak."

"Kamu tunggu disini. Kakak buatkan untuk kamu."

My EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang