13. Menjauh

5.5K 604 13
                                    

Hyunjin menunduk dalam di hadapan Minho. Dia sudah meminta maaf pada Minho.

Hyunjin benar-benar ketakutan. Dia takut Minho tidak lagi mempercayainya. Dia takut kehilangan pekerjaannya.

"Sumpah kak, gue cuma takut si Jisung cuma ngincar harta lo, dia manfaatin anaknya buat deketin lo."

"Kenapa lo bisa berpikir kaya gitu?"

"Lo tau sendiri dulu dia bisa selingkuh di belakang lo. Dia gak bakal puas cuma sama satu lelaki. Dia cuma ngincar harta-"

"Cukup Hyunjin! Lo keluar sekarang!"

Nyali Hyunjin menciut. Minho yang sedang marah seperti ini begitu menakutkan.

"Ma-maaf kak. Gue ngaku gue salah. Pikiran gue tentang Jisung salah."

"Gue gak mau lagi denger lo ngerendahin Jisung kaya gitu."

"I-iya kak."

"Yaudah lo keluar sana."

"Ta-tapi kak-"

"Apa lagi?"

Hyunjin ragu-ragu menatap Minho. Dia masih tidak berani melihat wajah Minho yang sedang marah.

"Gu-gue gak dipecat kan?"

Minho tersenyum miring. Ternyata Hyunjin masih memikirkan pekerjaannya juga setelah melakukan kesalahan yang cukup fatal.

"Engga. Gue masih butuh lo sebagai karyawan gue. Udah sana lo keluar sebelum gue berubah pikiran."

"O-oke. Makasih kak. Makasih banyak."

Hyunjin membungkuk beberapa kali pada Minho. Sampai akhirnya dia keluar dari ruangan Minho dengan terburu.

Minho hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabat yang sekaligus sudah dia anggap sebagai adiknya.

.

.

.

Minho merutuk kliennya yang membuat janji seenak jidat. Rencananya dia ingin mengajak Jisung dan Minji makan es krim bersama dirinya dan Jiho, tapi tiba-tiba saja si klien ingin bertemu dengannya jam satu siang, itu artinya setelah menjemput Jiho, dia harus langsung kembali ke kantor.

"Minji! Jiho!"

Minho melihat Minji yang sedang menunggu Jisung, dan Jiho yang sedang menunggunya sedang duduk di taman sekolah.

"Mama mana?"

"Eum... Minji juga gak tau. Mama kayanya masih belum selesai bersih-bersih."

"Ah, begitu..."

Sedikit kecewa karena dia tidak menemukan Jisung berada disana. Itu juga berarti dia tidak bertemu Jisung hari ini, karena setelah ini Minho harus segera balik ke kantor.

"Papa, papa udah lihat hadiah Minji? Papa gak marah sama Minji kan?"

Minho tersenyum pada putrinya.

"Udah. Hey, papa gak marah kok. Kenapa papa harus marah sama anak papa yang cantik dan pintar ini?"

Minho mencubit pipi Minji yang gembil. Persis seperti pipi ibunya.

"Gambaran Minji bagus banget. Papa kasih bingkai terus papa pajang di ruang kerja papa. Minji pintar sekali menggambar."

"Ung, ibu guru juga bilang begitu. Tapi Minji tidak suka menggambar, Minji sukanya menyanyi."

My EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang