16. Liburan 3

155 23 1
                                    

Aku terbangun karena suasana kamar jadi terang karena cahaya matahari. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul delapan pagi. Yara masih berada di sampingku tidur dengan nyenyak aku jadi tidak tega membangunkannya.

Ku putuskan mengelus lembut rambutnya dan mencium puncak kepalanya. "Selamat pagi, ayo bangun, sayang."

Yara menggeliat dan tangannya terkena ke pipiku, dia terbangun tiba tiba dengan khawatir menanyakan. "Sakit gak? Maaf banget."

"Gapapa haha, ayo bangun. Kita mau berenang kan?"

"Heem! Mau banget!"

"Sarapan dulu baru kita pergi."

***

Setelah selesai sarapan kami berjalan jalan sebentar menikmati matahari pagi yang cerah dan sehat ini. Jalannya rata jadi memudahkan kursi rodaku berjalan.

"Yahh hari ini terakhir kita disini, pengen lagi kita liburan bareng kayak gini," celetuk Yara. Waktu sebentar banget ya 3 hari itu.

"Iya pasti kita jalan jalan lagi untuk nanti kamu yang tentuin destinasinya."

"Yes!"

"Tapi kamu merasa repot gak?"

Tiba tiba Yara memukul bahuku dan mengeluarkan suara kesal. "Siapa yang nyusahin sih?"

"Jadi jawabnya apa, sayang?"

"Nggak. Sama. Sekali."

Untunglah kalau begitu latihan liburan kali ini berhasil. Untuk selanjutnya pun aku siap karena Yara tidak merasa repot.

Kami akhirnya sampai di tepi kolam renang. Kolam renang nya panjang tapi kita memutuskan untuk disini saja yang masih dekat dengan kamar kita. Tidak begitu ramai jadi bisa menikmati suasananya.

Ini seperti pantai buatan, persis seperti laut dan ada kesan pasir tepi pantai.

Ku lihat Yara begitu senang dan menyipratkan air kepadaku yang masih dikursi roda.

"Nanti kursi rodanya basah. Gimana aku turun aja?"

Yara menghampiriku dan membantuku berdiri hampir saja jatuh untungku tahan dengan tangan sebelah kanan. Aku di dudukan di tepi yang airnya mengenai kakiku. Kemudian Yara menyingkirkan kursi rodaku ke arah belakang.

Air yang datang ke arahku cukup kencang dan membuat celana serta bajuku basah. Yara berenang di tengah sana sambil melambaikan tangan kepadaku.

Ingin sekali berenang bersama tapi kalau aku ikut dia harus memegangku terus menahan ku yang lebih berat darinya.

Dulu aku sama sekali belum pernah berenang dikolam seperti ini. Berulang kali Mamaes berjanji akan mengajakku tapi selalu gagal dan tidak jadi. Barulah tercapai ketika aku bersama dengan Yara.

Lihat? Pengalamanku bisa dijadikan pembelajaran kalau semua pasti ada waktunya. Mungkin orang lebih dulu merasakannya tapi kita tidak tau kan kita akan lebih menikmatinya dari dirinya.

Jangan pernah merasa minder tapi berjuang agar kita bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Rasanya pasti berbeda jika kalian menikmati prosesnya. Dikepala kalian pasti langsung tercetus 'ternyata begini ya'

Tiba tiba seorang anak kecil perempuan menghampiri ku. Dia menatapku dengan wajah imutnya aku lihat matanya sangat indah. Kepalanya sampai menunduk untuk melihatku.

"Kenapa, dek?" pertanyaanku yg tidak dibalas.

Aku bisa meramal usianya masih dua atau tiga tahun. Apa yang harus aku lakukan jika ditatap seperti ini terus.

Sambil berjongkok dia jalan mendekat aku tidak akan memegangnya karena takut terjadi sesuatu.

Tangannya memegang tanganku dan mengajakku ke dalam kolam. Apa maksudnya dia ingin mengajakku berenang?

"Kakak tidak bisa berenang, dek."

"Kenapah?" wajahnya sangat imut sekali.

"Kaki kakak sakit nih," ucapku dengan cepat dia memegang kakiku dan meniupnya menepuk sedikit.

"Pasti udah gak cakit lagi kan?"

Dia sangat baik dan polos. Lucunya dia.

"Ini..."

"Ela!" seorang ibu datang langsung memegang tangan anak itu yang ternyata namanya Ela. Ela berusaha melepas tangan ibu itu.

"Maaf ya, maaf ganggu. Permisi."

Ela pergi bersama ibu tersebut tapi tangan kecilnya melambai ke arahku aku pun turut membalasnya. Anak kecil memang selucu itu ya, matanta polos dan pikirannya masih memikirkan main belum mengerti segala hal.

"Itu siapa?" aku terkejut dengan pertanyaan spontan itu yang dari Yara.

"Tadi dia datang ke sini mau mengajak berenang mungkin dia melihatku disini saja diam. Aku bilang kakiku sakit, kamu tau? Dia meniup kakiku sambil ditepuk tepuk hahaha lucu banget ya."

"Ih kenapa aku tadi gak ada ya? Mau liat juga tadi!"

"Hahaha, kamu asik berenang ditengah situ."

"Makin gak sabar buat punya anak perempuan. Bayangin ada yang lakuin itu ke kamu bukan sekali tapi setiap hari dengan tingkah lucunya! Pasti seru banget, sayang!"

Aku memegang tangannya. "Kita akan terus berjuang."

Karena aku dan Yara merasa sudah cukup berenangnya kami kembali ke kamar untuk istirahat sebentar sebelum nanti pulang ke rumah. Saat kembali aku melihat tempat Ela tadi dibawa ibunya tapi sudah tidak ada lagi.

Entah apa artinya tapi aku senang sekali melihat matanya dan cara dia tadi. Semoga Tuhan mengerti kalau aku dan Yara sudah ingin sekali memiliki anak.

Ketika jalan Yara melihat spot foto yang bagus, kami berfoto beberapa kali dibantu oleh karyawan disini.

Aku tau sekarang rasanya menikmati liburan bersama istri atau honeymoon.

***

Enjoy,
H.

SonaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang