13. Siap Siap

158 23 1
                                    

Saat malam tiba Yara menyiapkan makan malam untuk kami. Hari ini Yara memasak spaghetti dan kuranf cocok dilidahku ini rasanya memang enak tapi tetap saja aku lebih memilih makan yang lain. Yara sama sekali tidak marah aku bilang kalau kurang cocok. Aku minta di masakin telur dadar saja dengan kecap, itu paling nikmat kan?

Setelah selesai makan Yara langsung mencuci piring dan aku mengelap meja makan. Biasanya memang seperti ini berbagi tugas dirumah. Kami belum mau mempunyai asisten rumah tangga merasa masih sanggup karena tinggal berdua. Mungkin jika nanti punya anak akan di pikirkan lagi.

Ngomong ngomong aku teringat soal asam folat yang diminum Yara kemarin. Kemarin sengaja aku mencari apa itu asam folat dan ternyata itu bagus untuk yang masih merencanakan dan saat sudah hamil. Sedikit yang aku mengerti jadi kesimpulannya itu saja.

"Sayang aku mau nanya," ucapku menghampirinya di wastafel dan sengaja melihat ke arah dimana kemarin Yara menaruh testpack nya.  Dan sudah tidak ada disana. Yara menjawab berdehem.

"Kemarin kamu minum asam folat untuk apa?" Yara mengelap tangannya yang basah lalu mendorong kursi rodaku ke kamar. Dia masih belum menjawab hanya menyodorkan vitamin malam yang biasa aku minum. Dia pun sama.

"Karena kita lagi program, sayang. Jadi aku harus minum asam folat," ucapnya menunjukkan kapsul itu lalu diminumnya.

"Aku sudah ke dokter waktu itu, dan dokter menyarankan itu untuk aku minum. Kita harus berusaha kan agar bisa punya anak? Aku pengen banget liat kamu sama anak kita main bareng pasti seru banget," lanjutnya dengan ekspresi muka bahagia dan gemas. Aku tersenyum dibuatnya, kecintaannya terhadap anak kecil ada dan keibuannya juga ada. Semoga saja usaha kami tidak akan sia sia karena aku juga ingin membuat istriku bahagia. Hanya saja aku takut kalau aku tidak subur lagi. Aku tidak boleh berpikiran jelek seperti tadi. Semua pasti bisa walau bagaimanapun.

"Aku besok aja ya packing untuk jalan jalannya?" aku mengangguk menjawab dan kami pun ke kasur.

Saat di tempat tidur aku menatap matanya dan tersirat hasrat ingin melakukannya tapi harus merepotkannya. Aku menutup mataku mencoba untuk meredamnya. Pasti dia sudah lelah seharian.

Tiba tiba tangannya mengelus muka ku aku membuka mata dan Yara tersenyum. "Jangan di pendam, sayang."

Dia sadar ya?
Tangannya masih mengelus pipiku dengan sayang. "Kamu jangan pernah merasa kalau apapun yang kamu mau selalu membuatku repot. Kita bersatu karena kita saling mencintai dan berjanji untuk ada satu sama lain."

Aku menciumnya langsung dengan pelan dan tidak terkesan menuntut. Di sini aku mau dia tau kalau aku bukan hanya hasrat ingin tapi ini juga di lakukan karena cinta.

Setelahnya kami menikmati ini, saling mengekspresikan cinta kami.

"Aku sayang sama kamu, Andi."

"Terimakasih, aku lebih mencintai kamu dengan segenap hatiku. Terimakasih."

***

Kami terbangun bersama dan jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Yara memelukku dengan segera dan mengambil selimut yang terbuka.

"Dingin banget ishh." Badannya sedikit menggigil. Ku matikan AC kebetulan remotnya ada di sampingku. Setelahnya kami masih berada di bawah selimut untuk meredam kedinginan sedikit lagi.

Hari ini kami tidak ke kantor. Karena mulai hari ini harus menyiapkan segala sesuatu untuk liburan besok. Aku percayai kantor dengan Oji yang mengurusnya selama beberapa hari ini.

"Kita beli makan aja ya? Aku lagi ga mood masak."

"Terserah kamu aja. Kalau capek jangan di paksa ya."

Akhirnya kami bangun, bersih bersih dulu dan akhirnya kami sarapan setelah menunggu makanan ini datang. Hari ini sarapan bubur.

"Enak gak?" aku mengangguk saja.

Setelah makan Yara mengambil vitamin, membereskan kamar dan aku menyapu. Rumah harus keadaan bersih sebelum kami tinggalkan selama 3 hari.

Tadinya aku ingin lanjut mengepel tapi Yara melarang agar dia yang melakukannya. Setelah rumah bersih aku dan Yara bertos ria puas dengan kerjasama kami. Kalau rumah bersih dan hasil kerjasama rasanya memang beda ya.

Kami lanjut ke kamar untuk menyusun baju yang akan dibawa. Tak lupa vitamin untukku dan Yara agar daya tahan tubuh tetap kuat. Yara juga membawa beberapa makanan cepat saji katanya untuk mengantisipasi kalau lapar.

Akhirnya selesai dan terdapat dua koper, satu koper berisi baju, dan satunya koper kecil untuk membawa keperluan lainnya, seperti vitamin itu di pisah oleh Yara. Aku suka saat melihat dia selalu teliti tentang apapun itu.

"Kamu mau bawa sesuatu lagi ga?" tanyanya sambil menyusun berdiri koper kami.

"Gak ada, disana kita kan mau menikmati waktu jadi jangan ada kerjaan atau kesibukan."

Yara menatapku gemas lalu memelukku dengan duduk di pangkuanku. "Terimakasih udah mengerti aku ya."

Aku elus dengan sayang pundaknya, dengan berpikir kalau seorang suami memang punya tanggungjawab untuk membuat istrinya tersenyum.

Mungkin dulu Yara bisa punya hidup yang enak lalu hancur tapi sekarang aku ingin membuat hidupnya lebih bahagia lagi. Dia sangat pantas untuk menerima kebahagiaan.

***

Enjoy,
H.


SonaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang