36. Momen Aggie

248 23 1
                                    

5 hari kemudian...

Aku dan Yara sudah pulang ke rumah bersama dengan Aggie. Mama, Anya, bibi dan pak Musti yang berada dirumah membuat pesta sambutan kecil di rumah.

Di dinding ada tulisan 'Selamat datang Aggie' dan penuh balon berwarna pink.

Mama datang menghampiri kami dan menggendong cucunya dengan hati hati. Tak berhenti mama tersenyum dan mencium pelan pipi Aggie. Aku jadi membayangkan kalau kedua mama ku juga ada disini, pasti kebahagiaan ini menjadi lebih lengkap. Ah, aku jadi rindu mamaku dan mamaes.

Dengan antusiasnya mama menyuruh kami untuk menyalakan TV dan menontonnya. Muncul video yang tak terduga olehku, di video itu muncul beberapa foto mama dan mamaes juga. Ada tulisan 'Kami juga sudah menjadi Oma' membuatku menangis, membayangkan mereka benar-benar mengucapkannya. Yara mengusap bahuku aku hanya mengangguk tanda aku tidak apa apa hanya terharu.

Selanjutnya ada ibu, "Nak Andi, sekarang sudah punya anak ya, ibu tidak menyangka, dulu masih sering ibu kasih makanan karena Andi jarang makan. Nak Yara, ibu yakin perjuangan nak Yara terbayar dengan hadirnya anak kalian, terimakasih ya, nak." Ibu menunjukkan kadonya, "Ini ada buat cucu, ibu, ya."

Bibi menunjukkan letak kadonya karena katanya di titipkan saja.

Selanjutnya ada mas Adit dan istrinya. Yang mengucapkan selamat dan istrinya menangis karena mengetahui perjuangan Yara yang harus mengangkat rahimnya. Hal itu pun membuat Yara menangis lagi.

Dia berusaha tersenyum lagi untuk melihat video selanjutnya.

Muncul Oji dan Isabella yang mereka sudah berani berduaan setelah selama ini seperti kucing kucingan.

"Selamat jadi papa dan mama bro dan Yara. Terbaik lah kalian buat segala perjuangannya yang mungkin tidak semua kami tau."

Oji melirik Isabella. "Jadi kapan, sayang?"

Ucapannya mengundang tawa kami semua apalagi Isabella yang menyembunyikan wajahnya dengan tangan karena malu.

"Nanti kalo sudah membaik kami semua ke sana ya, bro. Jangan lupa lah makan makan."

"Selamat untuk bapak dan ibu, untuk kelahiran anaknya."

Setelahnya video tak terduga tayang, orang ini benar-benar tidak terbayangkan. Ada papa disana. Aku tidak tau harus bersikap tersenyum atau bagaimana.

Aku menatap mama yang menggendong Aggie seolah aku bertanya kapan dan kenapa bisa ada papa. Tapi mama memaksa untuk melihat saja.

"Tidak di sangka, saya juga sudah menjadi kakek untuk cucu saya. Papa mau bilang selamat untuk kedua anak papa yang hebat. Semua kabarnya papa dengar dari mertuamu, Andi. Bagaimanapun papa ingin tau keadaan cucu papa."

Dia menunjukkan kadonya yang terbungkus kertas kado berwarna pink. "Ini juga papa yang minta untuk menyiapkan kado untuk cucu papa."

Kadonya ada disana bersama tumpukan kado yang lainnya.

Selanjutnya ada Anya dan mama yang bergembira ria berdua. "Cucu Oma selamat datang, nak. Terimakasih sudah berjuang bersama mama kemarin. Oma sama onty Anya punya kado loh, ya kan, Nya?" Anya mengangguk.

"Kadonya besar loh, nanti dilihat ya," ucap Anya sambil memberitahu besar kadonya dengan tangan.

Selanjutnya lagi ada anak anak kantor aku dan Yara semuanya bersama mengucapkan. "Selamat untuk kelahiran anak bapak dan ibu."

Lalu dilanjutkan bibi kemudian pak Musti.

"Selesai deh," kata mama.

Yara tersenyum senang atas pesta sambutan untuk dirinya dan Aggie. Kami tidak menduga ada video ucapan seperti ini, paling hanya hiasan dirumah ditambah agar terkesan manis. Ternyata lebih dari itu, bahkan ada kado kado dari orang-orang terdekat kami.

SonaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang