Ketika perjalanan pulang ke rumah aku dan Yara sudah janjian untuk bertemu dengan Anya di tempat kemarin kami bertemu. Dia ada disana dengan pakaian rapi dan muka senangnya melihat kamu datang.
Anya duduk dibelakang, dan perjalanan kami pun dilanjutkan. Hari ini Anya akan resmi untuk tinggal dirumah mertuaku. Segala kebutuhannya akan dipenuhi dan Anya sudah di daftarkan sekolah.
"Terimakasih ya kak sudah membantu Anya banyak sekali, nanti Anya bakal bantu kakak untuk ganti kebaikan kakak ya," ucapnya tulus membuat hatiku tersentuh, bisa bisanya ada orang yang membuat anak sebaik ini tersiksa.
Yara mengelus rambutnya dengan gemas, "Gantinya sama prestasi sekolah aja gimana? Kan udah sekolah tuh harus baik baik ya."
"Iya! Anya bakal belajar giat biar berprestasi," katanya semangat dengan tangan terkepal ke atas.
Tak lama kami sampai dirumah mama dan langsung disambut oleh mama didepan pintu. Kami masuk dan memperkenalkan Anya ke mama terlebih dahulu.
Nampaknya mama suka dengan kepribadian Anya. Begitu gampang akrab bahkan sudah bercanda. Syukurlah kalau Anya sudah bisa menemukan tempat tinggalnya, aku dan Yara lega karena Anya tidak akan menerima siksaan lagi.
"Ma, Anya, kami pamit dulu ya."
"Cepet banget, nak. Gak makan dulu?" Tanya mama yang dibalas gelengan olehku.
"Kamu sudah ma, nanti kami main ke sini lagi ya, kami pamit ma."
***
Aku mengajak Yara untuk melihat sesuatu yang sudah aku siapkan. Aku berharap semoga dia menyukainya.
Sampai dirumah aku segera ke kamar sedangkan Yara ada di ruang tamu sedang menonton tv sambil mengecek dokumennya. Segera ku ambil dan berdoa didalam hati semoga ini membuatnya senang dan sesuai dengan kesepakatan kita kemarin.
Aku menghampirinya. "Sayang," panggilku dan langsung Yara melihat ke arahku. Tiket ini aku sembunyikan di belakang dengan tangan satu.
"Kenapa?" pertanyaannya membuatku semakin deg-degan.
"Aku mau kasih kamu sesuatu, janji kalau kamu tidak suka langsung bilang ya! Karena aku mau kita nikmati ini bersama sama. Ok?" aku memastikan dulu agar tidak ada pihak yang terpaksa. Karena kejujuran sekecil apapun berpengaruh pada sebuah hubungan. Contohnya saat kita ingin menghabiskan waktu bersama.
Tiket itu ku tunjukkan didepannya. Matanya sudah melihat dan dengan semangat Yara mengambilnya dan menatapku lagi. Sepertinya tidak percaya yang aku berikan ini. Aku mengangguk untuk membuatnya semakin yakin.
"Jadi maksud kamu kita akan honeymoon? Eh?" ucapnya yang membuatku tertawa. Seperti itu bukan sebutan untuk yang baru menikah?
"Jalan jalan."
Dia terlihat kesal. "Honeymoon!"
"Iya kita honeymoon, tapi kamu jujur dulu. Kamu suka atau tidak?"
"Apapun itu asal sama kamu aku suka."
Yara memelukku dan mencium pipiku kanan kiri, aku pun melakukan hal yang sama mencoba untuk tidak canggung lagi. Karena kami sudah suami istri.
"Terimakasih, sayang. Aku tau kamu sebenarnya bisa romantis juga tapi kamunya aja yang masih kaku." aku tertawa mendengarnya ucapannya yang memang benar sekali. Aku canggung karena takut menyakitinya. Sebelumnya aku tidak pernah dekat dengan seorang perempuan dalam arti mempunyai hubungan. Jadi aku masih harus belajar untuk membuat pasangan senang.
"Aku akan coba jadi yang terbaik buat kamu."
Dia memegang tanganku dan menciumnya. "Aku juga lagi belajar untuk jadi istri yang baik, maaf kalau belum bisa mengurus kamu dengan baik ya."
Apa yang kurang dilakukannya selama ini? Dia sudah banyak membantuku, membuatku tersenyum bahkan aku menyusahkannya. Sekarang sudah saatnya membuat keinginannya tercapai.
Yara lanjut kerja dirumah dan aku berinisiatif untuk mengambil minuman untuknya. Begitu ke dapur aku melihat sesuatu di wastafel, ku hampiri ternyata itu testpack yang kemarin dia beli. Aku baca untuk melihat keterangan positif atau negatifnya. Ternyata hasilnya garis satu dan negatif artinya memang belum ada bayi di perut Yara. Apa secepat itu Yara ingin mempunyai anak?
Bukannya aku tidak ingin mempunyai anak, tapi aku sadar semua ga mudah untukku yang kekurangan ini. Begitu banyak pertanyaan di otakku menyangkut anak. Apa aku subur atau bahkan sudah tidak bisa?
Selama ini semua masih normal layaknya menjadi seorang pria, tapi situasi menjadi pikiran juga.
Aku kembali mengambil minuman di kulkas dan kembali ke ruang tamu, aku tidak akan menanyakannya tentang testpack itu. Karena aku tau itu sensitif.
"Ini kamu minum dulu jusnya, Yara. Biar seger," ucapku meletakkan jus dimeja. Yara tersenyum tapi ratapannya masih ke laptop.
"Suapin dong."
Aku terheran bagaimana caranta disuapi minum jus?
Aku ambil dan menyodorkannya di depan mulutnya. Tanganku ada di bawah agar tidak tumpah ke bajunya. Dan jus itu habis dalam sekejap tanpa berhenti sekali.
"Kurang?" tanyaku memastikan.
"Sudah sayang, terimakasih ya."
Dia kembali bekerja tapi tak lama kemudian dia selesai. Yara melihat jam dan begitu kaget, aku tidak tau apa yang dilupakannya.
"Aku lupa minum asam folat! Astaga kenapa bisa lupa sih!"
Dia cepat cepat ke kotak obat di dapur dan meminumnya. Asam folat itu apa? Apa itu sejenis vitamin?
***
Hi! Maaf lama bgt up Sonara karena lumayan sibuk. Terimakasih.
Enjoy,
H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonara
General FictionBaca dulu HERIDSON sebelum baca ini. Kami begitu menantikan mu, tapi ternyata Tuhan memberi kami cobaan dulu sampai kamu hadir disini.