Aku merapikan jasku serta dasi. Menatap diri sendiri didepan kaca merasa tidak percaya akan semua hal yang terjadi didalam hidupku. Dulu aku seorang penjual gantungan kunci yang hidup sebatang kara, sekarang aku bisa punya toko sendiri serta lulus sarjana. Semuanya begitu indah setelah melewati berbagai rintangan dihidupku.
Sebentar lagi aku akan menanggung tanggungjawab yang besar atas hidupnya. Menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi orang yang membuat keluargaku bahagia. Aku senang karena semua terjadi disaat yang tepat.
Setelah memakai parfum yang dibelikan Yara, aku bersiap untuk ke gereja. Acara pernikahan ku sederhana hanya pemberkatan sekaligus nanti salaman di gereja. Kenapa tidak ada resepsi? Karena relasiku sedikit, begitupun Yara yang sangat suka sesuatu sederhana. Sebenarnya aku tau bukan karena itu, Yara mengerti aku kalau harus membuat acara pasti keluargaku tidak ada, tidak enak hanya keluarga dari Yara.
Di gereja aku melihat sudah tertata dengan sangat rapi. Semua penuh dengan bunga putih. Jantungku berdegup kencang, aku benar benar takut.
Aku melihat sekeliling gereja tapi belum ada papa, mungkin dalam perjalanan. Ya, papa dibebaskan sementara karena aku memohon untuk papa hadir di pernikahanku. Akan ada banyak polisi nanti yang menjaga seluruh gereja, karena bukan hanya papa tapi om Mark, papa Yara.
Awalnya Tante Vela tidak setuju dan tidak mau om Mark menjadi pendamping di altar nikah tetapi Yara juga ingin merasakan diantar seorang ayah dan memberi tanggungjawab nya kepada orang yang sudah dipilih anaknya.
***
Disini aku bisa melihat Yara berjalan ke arahku dengan om Mark disampingnya. Balutan dress putih panjang tapi sederhana Yara tersenyum terus menatap ke depan, ke arahku. Aku suka sekali dress itu, Yara memilih itu karena mau yang simple dan tidak merepotkan orang lain. Baju itu tidak terlalu panjang belakangnya sampai harus diseret dan dibantu orang menggotongnya.
Sc: pinterest
Tak kuasa aku menahan air mata ini, sebentar lagi Yara akan menjadi tanggung jawabku seutuhnya.
Yara sampai didepanku, om Mark memindahkan tangan Yara ke tanganku untuk maksud memberi pertanggungjawaban. Aku menerima tangan itu lalu menggenggam tangannya.
Aku tersenyum, Yara pun membalas dengan malu.
Acara pun dimulai hingga pada saat intinya, kami mengucap janji pernikahan kami. Aku menggenggam tangannya erat sambil berdoa dalam hati semoga lancar.
“Alayara Rinka, aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonara
General FictionBaca dulu HERIDSON sebelum baca ini. Kami begitu menantikan mu, tapi ternyata Tuhan memberi kami cobaan dulu sampai kamu hadir disini.