Akhirnya hari ini kami sampai di tempat liburan kami. Kami berlibur ke tempat yang sangat sederhana tapi suasananya dapat.
Kalian tau pulau Bintan? Coba cari tau. Kami liburan disini.
Penginapannya bermodel tenda seperti kemah. Pasir disekitar juga menambah kesan kemah yang sesungguhnya. Aku begitu takjub bisa merasakan liburan seperti ini. Boro boro liburan dulu yang terpenting bagiamana bisa makan dan putar modal. Kehidupanku begitu cepat berputar sampai aku ditahap ini.
Biarlah aku menikmati seluruh kenikmatan yang belum pernah aku rasakan bersama istriku.
Kami diantar ke kamar kami, dan akhirnya kami sampai. Aku suka dengan gaya kamarnya.
Yara mendorong masuk ke kamar dan duduk di kasur merasakan apakah nyaman atau tidak.
Senyum diwajahnya begitu terus melekat membuatku ingin menatapnya terus seperti ini. Syukurlah kalau ini bisa menjadi tempat liburan kami sebagai pengantin baru?
"Sayang, aku seneng banget. Sederhana tapi mewah! Kamu pinter banget sih cari tempatnya," ucapnya membuatku bahagia. Ini aku cari sendiri referensinya dan ya ini paling bagus untuk percobaan liburan sebelum kami mencoba lebih jauh lagi. Indonesia tidak kalah indah dengan luar negeri.
"Aku cari yang dekat dan memang seperti rasa jauh, biar kita bisa beradaptasi dulu kalau liburan harud apa yang dilakukan."
Yara mengangguk, "Untuk yang jauh aku yang bakal cari tempatnya! Makasih sayang."
Kami berpelukan dan ku cium pipinya. "Mau jalan jalan sekitar sini?" tawarku dan disetujui olehnya.
"Duduk sini aja," ujarku menunjuk pangkuanku.
Yara duduk dan aku mulai jalan pelan pelan melihat suasana sekitar, setiap kami lewat kamar kamar lain itu terisi dan kami pun menyapa yang lain.
"Kamu gak berat pangku aku begini?"
"Nggak, udah duduk aja."
Walaupun jalannya memang sedikit lambat tapi seru aja. Aku pernah lihat pasangan yang sama seperti aku dan Yara. Mereka selalu berpangkuan di kursi roda untuk jalan bersama. Itu membuatku ingin sekali melakukannya bersama Yara. Barulah kesampaian.
Angin bertiup lumayan kencang sehingga rambut Yara mengenai mataku dan dia tertawa melihatku berusaha menghindar.
"Aku gak bawa kunciran lagi, gimana dong?"
"Pegang aja rambutnya."
Yara menyisihkan rambutnya dan kami pun mulai berjalan kembali. Disetiap kamar sudah terisi sebagian. Rata rata membawa keluarganya dan ada juga yang honeymoon.
"Aku mau foto disini dong, bagus kayaknya di jalan foto. Fotoin ya sayang?" Aku terdiam melihat Yara menyerahkan kamera kepadaku. Jujur dalam hal berfoto aku sama sekali tidak tau. Foto pakai hp aja kadang kabur.
"Pencet yang mana?"
"Yang ini nanti pencet aja buat foto."
Aku mengarahkan kamera ke arah depan dimana Yara berdiri. Aku tidak tau apakah ini pas untuk kanan kiri atau atas bawah.
"Coba aku liat." Yara melihat hasil fotonya dan kurang puas. Akhirnya dia sendiri yang mengarahkan posisinya lalu diserahkan kepadaku.
"Nah bagus sayang. Lagi dong abis itu kamu."
"Aku jangan, gak bisa gaya."
Yara tertawa karena celetukanku. "Nanti aku yang arahin."
Aku lanjut lagi foto Yara sampai empat kali baru aku. Aku harus gaya seperti apa? Tanganku?
Karena aku sama sekali tidak bergaya Yara menghampiriku dan mengarahkan tanganku ke atas dan memaksa senyum.
"Ciiisss."
"Nah cakep banget. Lagi sekali."
Fotoku ada tiga mungkin. Lalu Yara meminta mba mba untuk membantu kami foto berdua.
Yara duduk di pangkuanku lalu kami bergaya sama, tangan ke atas dan senyum lepas. Tapi karena terpanah ke senyumnya aku sama sekali tidak lihat kamera hanya melihat wajahnya.
"Sayang! Liat ke depan!" omelnya membuatku sadar dan kembali menatap kamera.
***
Selamat Natal untuk kalian yang merayakannya, damai Natal beserta kalian ya✨🎅🌲
Enjoy,
H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonara
Ficção GeralBaca dulu HERIDSON sebelum baca ini. Kami begitu menantikan mu, tapi ternyata Tuhan memberi kami cobaan dulu sampai kamu hadir disini.