Program kehamilan telah berjalan selama dua bulan tapi gagal di bulan pertama tapi kami tidak mau menyerah dan tetap melakukan apa kata dokter.
Tapi bulan ini Yara tidak menstruasi yang seharusnya siklusnya hari senin kemarin mulai. Sekarang hari kamis dan Yara sudah menyiapkan testpack untuk mengecek sekarang juga. Aku takut kalau hasilnya tak sesuai harapan, aku takut kalau nantinya sakit hati lagi.
"Sayang, deg-degan banget ini, doain ya semoga hasilnya yang kita mau. Aku test dulu." Aku mengangguk sambil berdoa dalam hati. Dia masuk dengan helaan nafas besar. Sekitar tiga menit pintu tidak kunjung dibuka tapi teriakan Yara membuatku membuka pintu dan terkejut testpacknya ditunjukkan ke arahku dan ada dua garis disana!
Seluruh badanku tiba tiba bergetar hebat melihat apa yang ada di depanku saat ini. Yara tersenyum lalu menangis melihat hasilnya. Mencoba tenang dan mengontrol kesenangan dalam hati. Aku menangis sekarang dan memeluk istriku dengan erat. Menangis bersama mengingat segala perjuangan kami selama ini, waktu yang begitu lama untuk mendapatkannya.
"Sayang, ini beneran garis dua?"
Yara memegang wajahku lalu menciumi bibirku dengan tergesa lalu kami menangis bersama disela ciuman. Aku kembali memeluknya.
"Beneran aku sampe gemetar kayak gini, aku mau ke dokter sayang, ayoo."
***
Sampai dirumah sakit kami pertama di antrian jadi cepat untuk bertemu dokter. Yara menjelaskan segala yang terjadi tadi dan dokter juga tersenyum bahagia. Yara menunjukkan testpack nya.
"Ini sudah nyata ya garis satunya. Untung memastikan lagi saya akan mencoba USG. Mari silahkan."
Yara berjalan ke arah ruang USG tapi tiba tiba aku di panggil untuk ikut juga. Dokter menggunakan USG transvaginal agar lebih jelas.
Kantong janin sudah ada disana dan ada titik didalamnya. Sejujurnya itu aja yang bisa aku mengerti kalau dilihat.
"Nah, ini sudah ada kantongnya, janinnya juga sudah ada," ucap dokter seperti bahagia memberitahu berita ini kepada kami.
"Usianya berapa dok?"
"Sekitar 5 minggu ya,"
"Tapi ini sudah fix kalau saya hamil kan dok?"
Dokter mengangguk. Aku menangis dalam diam merasa bahagia sekali kalau ternyata istriku hamil anak pertama kami. Rasanya seperti bangga dan terharu. Mungkin benar, anak adalah sesuatu yang berharga yang cinta kita ke dia akan selalu ada bahkan saat dia belum ada.
Tangan Yara yang dingin meremas tanganku sesekali tersenyum ke arahku. Terimakasih Tuhan, kalau usaha kami sudah diterima.
***
Karena tadi ada telepon dari kantor begitu dari rumah sakit aku langsung ke kantor aku hanya mengantar Yara sampai ke rumah. Dia sempat kesal karena ini hari bahagia harusnya aku tidak ke kantor. Berusaha aku bujuk dan akhirnya dia mau melepasku untuk ke kantor.
Oji mengatakan kalau polisi datang ke kantor karena sesuai yang aku bilang, seluruh kejadian kemarin tidak akan sampai ke rumah. Beruntunglah polisi belum sampai ke rumah. Sampainya di kantor aku menemui polisi yang ternyata membutuhkan aku untuk diwawancarai soal kejadian kemarin. Aku juga ditemani Oji yang memberi kesaksian soal kejadian yang pernah terjadi sebelumnya. Karena Oji juga tau.
"Waktu itu saya ke sana karena memang mau mencari keadilan untuk mama saya, tapi ternyata yang saya temui mereka bertengkar hebat."
"Apa saja yang sudah diperbuat oleh mereka terhadap bapak Andi?"
"Tuan Heridson atau bapak saya berselingkuh dengan wanita itu dan lahir lah Melvin anak mereka. Hubungan mereka sangat dipenuhi hawa nafsu sehingga berniat membunuh mama saya, saya sendiri lalu tante saya yang membawa mobil saat itu. Karena itu mama saya meninggal dan saya cacat. Untunglah Tante saya selamat dan saya diasuh oleh beliau. Ternyata Melvin yang satu sekolah dengan saya waktu itu membully saya, waktu itu saya belum tau kalau ternyata dia saudara tiri saya. Dia dijadikan alat untuk membalas dendam terhadap saya ya dengan cara membully. Seperti itu pak kurang lebihnya.
"Apa saja yang sudah anda lakukan?"
"Saya bukan orang bodoh dengan emosi, saya tidak pernah membalas dendam karena emosi. Untuk itu saya mencari bukti agar yang berwenang yang bertindak, saya mencari bukti yang kuat untuk membuatnya jera dengan hukuman."
"Baik pak Andi, kami akan bertindak seadilnya untuk bapak dan keluarga. Kami permisi dulu."
"Pak, apakah saya bisa bertemu dengan papa saya?"
"Bisa pak."
Akhirnya selesai, aku dan Oji tersenyum satu sama lain. Kami berhasil menaklukkan masalah ini, walaupun dulu Oji jahat yang ternyata hanya sandiwara tapi itu kenyataan. Lewat dia lah aku tau segalanya tentang papa.
"Oji, kabari kalau semisal polisi datang lagi. Jangan sampai ke rumah ya karena Yara sedang hamil."
Aku meninggalkannya keluar ruanganku. Aku tau dia pasti tercengang dengan ucapanku barusan. Dia memberhentikan ku lalu bertanya lagi maksudku apa.
Dengan senyuman aku menjawab, "Yara hamil anak saya."
Oji melotot tak percaya, lalu memelukku erat. "Selamat, Andi! Penantian lo selama ini."
"Doakan semoga sehat ya, jangan beritahu siapa siapa dulu termasuk pacarmu. Nanti akan ada saatnya seisi kantor tau. Terimakasih juga untuk doa nya ya, Oji."
"Siap! Gue bakal tutup mulut sementara percaya deh!"
Aku meninggalkannya karena harus ke gudang mengecek keadaan. Tapi aku bersyukur hari ini. Tuhan memberikan hadiah terbaik setelah masalahku hampir selesai, istriku hamil agar aku bisa fokus padanya tidak dengan masalah itu lagi.
Memang, dibalik kesusahan pasti ada kemudahan, dibalik kesedihan ada kegembiraan setelahnya.
Jangan lupa bersyukur!
______________________________________
Lega bgt UTBK udah selesai, sekarang bisa sedikit fokus untuk menulis.
Buat yang sudah mari berdoa semoga kita masuk PTN, yang belum semangat!
Mari doa semoga hasilnya sesuai harapan kita.Enjoy,
H.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonara
General FictionBaca dulu HERIDSON sebelum baca ini. Kami begitu menantikan mu, tapi ternyata Tuhan memberi kami cobaan dulu sampai kamu hadir disini.