Yara sedang melihat lihat barang barang bayi di handphone nya berulang menanyakan apakah ini bagus atau tidak. Aku selalu jawab apa saja bagus kalau mamanya yang milih.
"Sayang, pilih salah satu bajunya."
Yara memberiku pilihan baju. Antara warna ungu pastel atau pink pastel. Semuanya kalem dan seperti enak dilihat. Tapi aku menunjuk baju warna ungu karena modelnya lebih lucu.
"Ungu bagus, kalau kamu suka dua duanya beli aja."
"Beneran?"
"Iya boleh, sayang. Asal jangan terlalu banyak beli baju yg seukuran semua siapa tau anak kita cepat besarnya."
Yara mengangguk dan aku segera siap siap ke kantor. Hari ini banyak sekali pekerjaan salah satunya ketemu klien yang butuh souvernir di acara ulang tahun anaknya.
"Sayang, aku berangkat kerja ya. Dirumah baik baik, kalau ada apa qpa langsung telepon aja."
Dia menghampiriku dan langsung duduk di pangkuanku dan memintaku untuk ikut ke depan untuk mengantar.
Aku sadar kalau ternyata semakin berat karena hitungannya kami sudah bertiga. Semakin lucu kalau nanti ada sosok kecil yang manja juga seperti mamanya yang mau duduk di pangkuanku.
Kakiku tidak terasa apa apa memang tapi tangan yang mendorong lumayan terasa lebih berat.
"Sayang jalannya makin lambat haha mulai berat ya akunya?" tanya Yara yang tertawa. Mau mengelak tapi benar.
"Yaudah aku turun aja deh dorong kamu." Aku langsung mencegahnya dan dia kembali duduk.
"Udah tanggung sampe pintu."
Aku di bantu pak Musti untuk naik ke mobil lalu kursi rodaku di taro belakang. Yara memberiku tas saat sudah di mobil.
Ku cium keningnya dan bibirnya lalu mengusap perut buncitnya. "Papa kerja dulu ya, jangan bikin papa khawatir dulu ya, nak."
Yara mengusap pundak ku dan menjawab dengan nada anak kecil. "Iya papa, selamat kerja ya. Mama pasti kangen banget nih."
***
Saat perjalanan ke kantor ternyata rute yang biasa aku lewatin macet akhirnya pak Musti memutar ke arah jalan satunya. Jalan ini tempat ku dulu jualan itu.
Aku melihat dari jendela ternyata mas Adit ada disana. Sedang melayani pembeli dan ada seorang anak kecil yang di gendong oleh istrinya mas Adit. Ternyata sudah lama aku tidak berkunjung bahkan sampai mereka punya anak kedua aku belum memberinya kado.
Nanti setelah selesai urusan kantor aku akan sempatkan berkunjung dan membawa kado untuk anaknya pertama dan kedua.
Sampai di kantor yang aku lihat pertama kali ada Oji dan Isabella yang sedang menikmati kopi bersama. Mereka terus bersama.
"Berdua terus nikahin nggak."
"Eh, lo ishh jangan godain gitu terus dong, Ndi."
"Selamat pagi, pak." Sapa Isabella dan ku balas dengan senyum.
Aku langsung masuk tak peduli Oji terus mengomel karena diejek tadi. Beberapa pembeli juga ku sapa dan menanyakan apakah ada keluhan mengenai produk kami dan mereka jawab tidak ada. Bersyukur semuanya terkendali walaupun aku lama tidak ke kantor.
Beberapa pembeli yang ada sudah beberapa kali ke sini jadi cukup akrab denganku dan karyawan ku.
Aku masuk ke ruanganku dan menemukan surat dimeja ku. Saat ku tanya semua yang ada diruangan tidak ada yang tau. Ku buka surat berwarna putih itu dan ternyata ada foto ku saat jatuh dari kursi roda, aku tau kejadian ini adalah ketika Melvin dkk membully ku. Herannya kenapa bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sonara
General FictionBaca dulu HERIDSON sebelum baca ini. Kami begitu menantikan mu, tapi ternyata Tuhan memberi kami cobaan dulu sampai kamu hadir disini.