Kalian mau tau rasanya di khianati dengan orang terdekat kalian? Kalian mau tau juga rasanya ditinggal sama orang yang kalian sayang?
Umm... Tidak bisa aku deskripsikan rasanya seperti apa, yang jelas luka itu masih tersimpan jelas di hatiku.
Dan untuk kamu, semoga bahagia dengan pilihanmu saat ini, aku berjanji tidak akan melupakanmu dengan cepat. Dan jangan pikirkan aku lagi ya? Hahaha mana mungkin juga.
"Bunda jangan diam seperti itu" ucap pria kecil yang berteriak.
Aku tersenyum dan mengusak rambutnya.
"Memangnya kenapa kalau bunda terdiam seperti itu?" tanyaku.
"Bunda tidak cantik, karena bunda selalu sedih jika terdiam seperti itu" ucapnya mengerucutkan bibir.
"Utututu bayi besarnya bunda" ucapku mencubit pelan.
"Bunda.... Rion pulang" teriak anak sulungnya .
"Sini bunda gendong, kita jemput Abang di depan" ucap bunda menggendong anak bungsunya itu.
Aku berjalan ke depan dan membuka pintu, bisa aku lihat sang anak sulung yang sedang membuka sepatunya.
"Abang tadi pulang bareng Nana?" tanyaku.
Abang mengangguk dan meletakkan sepatu di rak.
"Syukur deh, ayo masuk bunda siapin makan sore" ucapku dan berjalan ke arah dapur.
Aku meletakkan Dio di kursi makannya kemudian menyusun makanan yang sudah ku masak di meja makan. Setelah selesai aku duduk di kursi makan dan menunggu Abang turun dari kamarnya.
"Kau ingin aku masakkan apa? Aku bisa loh memasak makanan yang enak" ucap lelaki yang lebih muda itu ke arahku.
"Umm... Apa yang kau bisa?" tanyaku.
"Sebutkan saja maumu apa akan ku coba untuk memasaknya" ucapnya lagi dengan percaya diri.
Aku menumpu pipi kiriku di tangan dan berpura - pura berfikir.
"Kau pasti berpura - pura berpikir seperti itu kan? Dasar kau ini"
Aku hanya terkekeh dan kemudian tersenyum.
"Kau tau makanan favoritku? Aku mau itu saja" ucapku.
Ia mengangguk, "baiklah pangeranmu ini akan segera mengantarkan makanan kesukaan tuan putri ke meja"
Aku hanya terkekeh dan menunggunya menyiapkan makanan.
"Kalau kita menikah nanti apa kau mau memasak untukku?" tanyanya.
"Tentu, aku akan mempelajari masakan apapun yang kamu suka" ucapku.
Ia menengok ke arahku dan menatapku dengan tatapan terkejut.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Aku terkejut tapi aku juga senang" ucapnya.
"Hahaha kau ini ada - ada saja" ucapku.
"Bundaaaa jangan tersenyum sendiri seperti itu, seram" ucap anak sulungnya yang sudah duduk di hadapannya.
"Ah maafkan bunda, sebentar biar bunda ambilkan makanmu" ucapku dan mengambilkan nasi dan lauk untuknya.
"Bunda memikirkan siapa sampai senyum - senyum seperti itu?" tanyanya penasaran.
"Tidak memikirkan siapapun kok, sudah ini dimakan" ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamies
Ficțiune adolescenți[REVISI] Bukan tentang kita yang selalu bersama. Tapi tentang bagaimana bisa kita menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang sangat singkat. Dan juga tentang janji yang harus kita tepati. Berjanji hal yang sulit bukan? Maka sejak hari itu, aku mem...