*Di dalam mimpi*
"Ameyyy" teriak seseorang dari ujung sana.Aku menoleh dan tersenyum kemudian berlari ke arahnya untuk memeluk lelaki yang memanggilku tadi.
"Kenapa kau lama sekali, Amey? Aku merindukanmu" ucapnya sedikit merengek.
"Aih kau merengek padaku tumben sekali" balasku.
Ia melepas pelukan dan menatapku sinis dengan bibir yang mengerucut ke depan.
"Memangnya aku tidak boleh merengek padamu?"
"Kalau aku menjawab tidak, bagaimana?" tanyaku.
Ia menghentakkan kakinya dan membelakangi ku. Aku terkekeh dan memeluk dirinya dari belakang.
"Maafkan aku ya, tadi tetangga baru ku sedikit mengganggu" ucapku.
"Tetangga? Mengganggu mu bagaimana? Seingatku di sebelah rumahmu itu kosong" ucapnya.
"Aku juga sebenarnya heran, bagaimana bisa ia ada di sana. Padahal semalam aku lihat rumah itu masih kosong" ucapku sambil menyadarkan kepalaku di bahunya.
"Ah itu tidak penting sebenarnya, aku punya satu hal yang lebih penting dari itu. Kau mau tau?" Lanjutku.
Ia kembali melepas pelukan dan memutar badan menghadap ke arahku. Ia menaikkan satu alisnya dan menatapku dengan tatapan penasaran.
"Katakan, aku ingin tau" ucapnya.
"Ia sangat mirip dengan mu" ucapku.
"Mirip sepertiku? Apa kau yakin?" tanyanya.
Aku mengganggukan kepalaku cepat, "uhum aku sangat yakin dengan hal itu, bahkan aku sedikit terkejut ketika melihat dirinya tadi" jelasku.
"Lalu, apa yang kau katakan padanya?" tanyanya lagi.
"Aku hanya mengatakan kalau seharusnya Ia mengenalku dengan baik karena kita selalu bertemu dalam mimpi" ucapku.
"lalu?" tanyanya lagi.
"Sudah itu saja"
Ia menghela nafasnya kemudian menarik diriku untuk mendekat ke arahnya.
"Jangan pernah mengatakan hal itu lagi ya, aku sungguh tidak menyukainya. Aku adalah aku dan dia adalah dia, kau paham?" tanyanya.
Aku mengangguk dan menundukkan kepala.
"Maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi"
"Aku sudah bilang bukan, kalau kau sedang bersamaku tatap wajahku jangan menunduk seperti itu" ucapnya.
"Maaf" hanya itu yang keluar dari bibirku.
"Aku sudah memaafkan mu, sekarang angkat kepalamu dan tatap aku" perintahnya.
Aku mengangkat kepalaku dan menatapnya intens. Ia tersenyum kemudian sedikit mendekatkan wajahnya ke arahku yang membuatku menjauh darinya dan kembali membuatku menundukkan kepala.
Ia terkekeh dan menarik diriku ke dalam pelukannya.
"Kau tau, kau sangat cantik jika dilihat sedekat ini" ucapnya.
"Terima kasih" balasku mengeratkan pelukan.
"Tapi apa yang membuat matamu bengkak dan ada bekas air mata di wajahmu itu? Kau menangis lagi?" tanyanya.
Aku menganggukan kepalaku pelan.
"Kau ingin bercerita padaku?" tanyanya lembut.
Aku kembali menganggukan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamies
Teen Fiction[REVISI] Bukan tentang kita yang selalu bersama. Tapi tentang bagaimana bisa kita menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang sangat singkat. Dan juga tentang janji yang harus kita tepati. Berjanji hal yang sulit bukan? Maka sejak hari itu, aku mem...