XVIII

4.7K 482 13
                                    

"Aku tahu kau marah padaku. Tapi dengarkan ini dua hari kemarin. Aku bukannya menghilang, aku setiap malam datang ke rumahmu saat kau sudah tidur. Mengecek keadaanmu apakah kau baik-baik saja atau tidak. Kau pikir aku tak gelisah jika bertengkar denganmu"

Sakura cukup terdiam mendengar penjelasan kekasihnya, jadi ia yang salah paham. Pantas saja, ia setiap malam sering merasakan kecupan di jidatnya, dan ditahunya itu hanyalah mimpi, namun ternyata itu benar nyata kekasihnya.

Sakura menepuk pelan pundaknya, "kenapa tak jelaskan padaku tadi, kau membuatku merasa bersalah Sasu"

Sasuke beranjak dan berdiri di hadapan Sakura, sekali gerakan ia membawa gadis itu ke pelukannya. "Aku tak bisa menjelaskannya saat kau sedang marah"

"Kenapa?" Tanya Sakura bingung.

"Kau akan menyalahkan dirimu sendiri karena menuduhku yang tidak-tidak"

"Hmm kau selalu saja mengutamakan perasaanku" gumam Sakura, ia mengeratkan pelukannya sambil menghirup dalam aroma Sasuke yang begitu dirindukannya, "aku minta maaf karena merepotkanmu"

"Kau tak merepotkanku" sama seperti Sakura, Sasuke pun menghirup dalam puncuk kepala gadis itu. Bau khas dari rambut Sakura yang mampu menenangkannya.

Keduanya melepaskan pelukan tersebut, lalu saling menatap satu sama lain. Seketika terdengar dengusan geli dari mulut Sasuke, lelaki itu masih merasa gemas dengan tingkah kekasihnya. Masih teringat jelas wajah ambisius Sakura yang ingin sekali mengambil bola dari tangan Tenten.

Sedang Sakura tengah kebingungan dengan Sasuke yang terlihat seperti menahan tawa, butuh beberapa waktu untuknya menyadari maksud dari dengusan tersebut. Setelah paham, ia segera mendorong dada Sasuke untuk menjauh darinya, "berhenti menertawaiku"

"Kau hebat juga bermain basket"

"Katakan sekali lagi dan kau akan mendapatkan jambakan maut dariku" ancaman Sakura mampu membuat Sasuke terdiam, ia akan menyerah jika berhubungan dengan kekerasan. Sakura mempunyai tenaga monster.

"Kau semakin menyeramkan Saki" ucap Sasuke sambil merebahkan dirinya di kasur empuk kekasihnya. Ia bisa melihat tatapan sinis yang dilayangkan gadis pink itu.

Melihat kekasihnya yang asik merebahkan tubuhnya, Sakura pun lebih memilih mengambil pakaian gantinya. Lalu berjalan memasuki kamar mandi. Butuh beberapa saat baginya untuk membersihkan diri. Dengan handuk yang masih melingkar di kepala, ia berjalan mendekati kekasihnya yang ternyata sudah tertidur pulas.

Tak ingin membangunkan Sasuke, Sakura memilih mengambil es krimnya yang telah mencair, tak lupa mengambil tempat berisikan kain yang tadi digunakan Sasuke untuk mengompres wajahnya. Lalu ia membawa kedua benda tersebut ke dapur, sekalian memasakkan sesuatu untuknya dan Sasuke. Jika ia menunggu ibu dan ayahnya, bisa saja mereka kelaparan. Mengingat orang tuanya jika sedang berjalan-jalan keluar suka lupa waktu. Sakura mengerti itu, karena ibu dan ayahnya jarang memiliki waktu berdua.

"Ingin sekali aku memakan habis es krim ini" matanya menangkap deretan es krim yang berjejer. Kalau bukan suara parau sialan ini, pasti ia bisa menghabiskan es krim tersebut. "Ah sudahlah, lebih baik aku memasak saja untuk pantat ayam itu"

.

.

.

"Saki" Sasuke menatap kekasihnya yang sedang mencuci piring. Meski tak berbalik, tapi gadis itu tetap menyaut panggilannya.

"Ya?"

"Mengenai liburan kita di pantai"

Sakura refleks membalikkan tubuhnya menghadap pada kekasihnya, ia juga sempat melupakan rencana mereka tersebut. Beruntung Sasuke mengingatkannya, "ah iya, aku baru ingat. Kenapa memangnya Sasuke-kun?"

Love Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang