III

13.4K 919 15
                                    

Pintu apartemen milik Sai kembali terbuka dengan kasar menampilkan ketiga wajah gadis yang tadi sempat keluar. Dua diantara mereka terlihat tenang, namun yang satunya lagi wajahnya masih memerah dengan bekas air mata di wajahnya.

Ino berjalan cepat menuju ke kamar Sai. Dimana ponsel dan tasnya tertinggal sedang Sakura dan Hinata memilih berjalan ke arah kekasih mereka dan mendudukan diri di samping mereka.

Sai menatap keduanya secara bergantian, "kenapa?"

"Mengambil barang-barangnya" jawab Sakura dengan nada bosan.

"Sai-kun sepertinya kau harus masuk dan melakukan sesuatu pada Ino-chan" ucap Hinata memberikan saran. Sai terdiam sejenak namun ia mengangguk tak lupa mengucapkan terima kasih pada gadis itu karena memberikannya saran.

Ia berjalan masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci kamar tersebut, jaga-jaga jika Ino memberontak dan memilih pulang.

"Sayang" panggil Sai yang baru saja menduduki dirinya di tepi ranjang.

Ino tak menoleh saat ia memanggilnya gadis itu memilih sibuk dengan tasnya dan memasukkan barang-barangnya yang tadi sempat tertinggal.

"Aku minta maaf, aku tau aku kelewatan melakukannya" gumamnya lirih. Dan lagi-lagi tak mendapatkan tanggapan selain isakan gadis itu.

Lelaki itu berdecak kesal melihat Ino yang lagi-lagi menangis, sebenarnya ia tak suka melihatnya.

Dengan gerakan cepat Sai menarik kekasihnya agar duduk di pangkuannya. Ino sempat terkejut namun ia segera menunduk menyembunyikan wajah memerahnya dari lelaki itu.

Gerakan lembut Sai mengangkat wajahnya hingga tatapan mereka bertemu. Mata biru tersebut masih menggenang air mata.

"Maafkan aku"

"Hiks kau kelewatan"

Sai menangkup wajah Ino sambil memberikan kecupan di bibir kekasihnya, kecupan lembut tanpa napsu. Ia merasa menyesal melakukan hal itu pada kekasihnya saat melihat wajah Ino yang menahan tangisnya. Sebenarnya alasannya bukan hanya Ino yang pergi ke konser secara diam-diam namun ia melihat gadis itu diantar oleh mantan kekasihnya Pein. Jadi amarahnya langsung saja datang hingga ia memberikan hukumannya tadi setelah gadis itu pulang sekolah.

Dan Ino juga sudah menjelaskannya saat kegiatan panas mereka berlangsung bahwa bukan hanya dirinya yang diantar tapi juga Sakura. Karena tak ada lagi taksi di jam seperti itu. Mau tak mau pun mereka menerima ajakan Pein, lagipula lelaki itu sekarang sudah mempunyai kekasih. Tapi Sai tetap saja tersulut emosi dan melanjutkan kegiatannya saat Ino yang mejelaskan semuanya.

"Maafkan aku" gumamnya lagi.

"Kau melakukannya dengan kasar" ucap Ino lalu pandangan matanya turun ke bawah. Miliknya yang sekarang masih berdenyut sakit. Sai pun ikut melihat arah pandang kekasihnya. "Milikku masih terasa sakit"

Ucapan lirih itu membuat hati Sai tercubit, dia benar-benar keterlaluan. Padahal mereka masih dalam tahap pacaran belum menikah tapi dengan seenaknya memperlakukan kekasihnya dengan kasar. Seharusnya ia bersyukur dan melakukannya dengan hati-hati karena gadis itu mau memberikannya saat ia memintanya pertama kali. Dan berlajut saat ia ingin. Beda dengan kedua sahabatnya Sasuke dan Naruto yang belum sama sekali merasakan milik kekasih mereka karena mereka sangat menjaga kesuciannya.

Sai mencium lembut bibir kekasihnya, "maafkan aku"

Ino mengangguk pelan. Tak ingin lagi berdebat dengan Sai karena tubuhnya saat ini benar-benar pegal.

Lelaki itu berdiri dari duduknya yang masih memangku Ino. Lalu merebahkan tubuh kekasihnya di ranjang. Ia menatap lembut mata Ino. Lalu pandangannya turun pada milik kekasihnya yang tertutup rok sekolah. Dengan gerakan pelan ia membuka rok serta celana dalamnya agar tak bersentuh dengan milik Ino yang masih terasa sakit.

Love Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang