XV

6K 569 22
                                    

"Kalian membuatku hampir menangis haru" ucap Sakura pada Ino dan Sai yang saling berpelukan setelah si lelaki pucat itu memberikan kejutan serta selamat pada kekasihnya yang sedang berulang tahun.

"Jangan menangis bodoh, hiks aku saja" balas Ino sambil melepaskan pelukan Sai, ia menghapus air matanya lalu tersenyum lebar pada Sai yang memperhatikannya sedari awal.

"Yahh terserah padamu" Sakura mendekati Ino, menyinggirkan Sai yang sedang duduk di samping Ino. Sekali dorongan, lelaki itu menjauh. Segera saja ia memeluk erat tubuh sahabatnya, "selamat ulang tahun babi" meski terdengar seperti ejekan, itu tak membuat Ino mendengus kesal. Ia tersenyum lebar dan membalas pelukan Sakura tak kalah erat. Beberapa saat mereka seperti itu, hingga terasa ada orang lain yang ikut bergabung.

"Kalian tak mengajakku"

"Astaga Hinata maaf-maaf" gumam Ino pelan.

Terjadilah aksi peluk-memeluk antara ketiga gadis tersebut. Sedang para kekasih mereka hanya menatap dalam diam, tak ada niatan bergabung karena jika melakukan hal tersebut siap-siap mendapatkan pukulan maut dari gadis-gadis tersebut.

Beberapa saat hingga mereka melepaskan pelukan, menghapus air mata dan tersenyum. Tentu ini momen berharga, mengingat Ino adalah sahabat mereka.

"Jadi kau akan mengajak kami kemana?" Tanya Sakura antusias, melupakan jika dirinya baru saja menangis haru.

Memutar bola matanya bosan. Ino mengabaikan pertanyaan Sakura, lebih memilih mengambil sepotong kue miliknya dan memakannya dalam diam. Lebih seperti itu, daripada meladeni sahabat pinknya yang cerewet.

"Inoooooo"

Menghentikan kegiatan memakan kuenya ia melirik tajam "Kau yang seharusnya mengajak aku"

"Apa? Aku sudah memberimu hadiah" memberikan tatapan tak terima. Namun Ino hanya merespon dengan mengangkat bahunya tanda tak perduli, meski begitu dalam hati sedang menertawakan sahabat pinknya tersebut.

Mendengus bosan, mencari sebuah alasan yang tepat agar Ino mau mengajak dan membayar mereka. Apa saja itu asal ia mendapatkan bayaran dari Ino. Pemikiran liciknya semakin menjadi saat bertemu tatap dengan Sai yang sedang tersenyum palsu. Kenapa ia melupakan lelaki itu? Sai adalah peluangnya.

Jari telunjuknya menunjuk Sai, "kalau begitu kau yang membiayainya"

Lelaki itu terlihat mendengus geli mendengar ucapan Sakura, "kekasihmu bahkan bisa membelikan cafe ini untukmu Sakura. Kenapa meminta aku yang membiayai perjalanan kalian?"

"Ck bukan begitu, aku hanya ingin saja"

"Baiklah-baiklah Jidat lebar, kau ingin kemana?.. kau ini benar-benar merepotkan, Hinata saja tak banyak mengoceh sepertimu" Ino akhirnya menyuarakan rencananya yang memang dari awal akan mengajak mereka liburan.

"Aku ingin liburan ke pantai. Tapi camping, you know pig? Sudah lama aku menantikan saat-saat liburan ke pantai dengan kalian. Apalagi kalau semua biayanya di tanggung olehmu. Ya tuhan, ini akan menjadi liburan yang spektakuler"

Mereka terlihat memikirkan ucapan Sakura, pantai boleh saja sih, tapi bisakah mereka camping?

Ino melirik pada Hinata, meminta jawaban lewat tatapannya. Hinata hanya mengangguk, tanda setuju. Gadis itu memang tak banyak pilihan, berbeda dengan Sakura.

"Aku bisa menyewa vila jika kalian mau"

Sakura menggeleng cepat bersamaan dengan tangannya melambai-lambai tanda tak setuju. "No. No big no. I don't like it beib, aku ingin camping. Bermalam dengan tenda di hamparan pasir pantai yang putih bersih, kita akan barbecue, lalu kau dan Sai akan menghabiskan malam dengan berci-" telapak tangan lebih dulu membekap mulut gadisnya yang sedang membicarakan imajinasinya. Sakura dan mulut manisnya yang tak kenal tempat, beruntung cafe yang mereka datangi lumayan sunyi hingga tak ada pengunjung lain yang mendengarnya.

Love Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang