Love Story (End)

XXXI

Suara hembusan napas terdengar gusar dan itu sangat sangat mengganggu Sakura yang asik menyeruput jus stroberinya. Dia melirik malas pada Naruto yang persis bison terus bernapas gusar seolah tengah menanggung beban negara bahkan dunia. Lama mengenali lelaki itu membuatnya paham jika Naruto sedang ada masalah, biasanya lelaki super aktif itu akan bergerak bagai anak musang yang di lepaskan ibunya ke alam liar.

Ada juga Sai yang nampak diam bagaikan patung, sepertinya kedua manusia itu benar-benar dilanda angin curiga ralat dilanda masalah.

"Suara napasmu menggangguku" dia menggerutu kesal, di apartemen Sasuke hanya ada dirinya, Naruto, dan Sai sedangkan si pemilik sedang keluar untuk belanja isi kulkasnya yang sudah kosong.

Sebenarnya tadi hanya Sakura sendiri, namun ia terkejut dengan kedatangan kedua manusia itu di sore hari ini, biasanya mereka akan kencan dengan para kekasih, tumben sekali kan datang kesini.

"Sakura jangan begitu" gerakan Naruto yang cepat membuat Sakura refleks mundur hingga membuat kepalanya terbentur tembok, bagaimana tidak. Naruto mendekatkan wajahnya nyaris mencium ujung hidungnya kalau ia tak cepat menghindar.

"Sial, kepalaku ckk"

"Aduh maaf maaf aku tak sengaja" gumam Naruto sambil mengelus kepala pink gadis itu, sedang Sai yang memperlihatkan mereka dalam diam hanya berharap semoga Sasuke tak akan tahu jika kepala kekasihnya berciuman dengan tembok karena ulah Naruto. Tentu kalian semua tahu bukan sebucin apa Sasuke, melihat Sakura digigit nyamuk saja dia akan bertindak dengan memusnahkan semua nyamuk yang berada di gedung apartemen ini.

"Kau kalau bergerak pakai rem, bagaimana jika kau menciumku"

"Sasuke akan membunuhku"

"Ya dan menjauhlah dari kekasihku atau aku akan benar-benar membunuhmu" ucapan sarkas Sasuke yang entah masuk dengan kekuatan apa hingga tak menimbulkan suara yang kini sudah berada di dalam ruangan tengah sambil menatap Naruto dengan tajam.

Posisi Naruto dan Sakura yang sangat dekat, tangan lelaki itu bahkan masih asik mengelus kepala pink kekasih Uchiha tersebut bahkan terlihat seperti sedang berpelukan. Oh tentu saja itu membuat Sasuke panas seakan berada dalam oven.

"Sa-sasuke tidak seperti dugaanmu" ujarnya nyaris berteriak, gerakan kilat dia menjauh dari Sakura dengan panik. Sai yang sedari tadi hanya diam kini tertawa melihat ketakutan yang dialami Naruto. Sakura sendiri yang jadi korban hanya menatap ketiga lelaki itu bingung.

Sasuke mendekati kekasih pinknya dan memeluk gadis itu singkat tak lupa mencium jidatnya lembut. Ia memang sudah tahu jika kedua manusia itu akan datang, mereka berkabar saat ia sudah berada di minimarket kalau tahu sedari awal ia pasti akan membawa kekasihnya.

Bukan tak mempercayai kedua sahabatnya, ia hanya antisipasi saja hal hal yang tak disengaja akan terjadi, apalagi ia jelas tahu bagaimana sikap Naruto yang sama seperti kera, tak bisa diam meski diberikan pisang.

"Makanlah aku sudah membeli cemilan kesukaanmu" Sakura mengangguk patut, dia mengambil kantong plastik berisi belanjaan Sasuke dengan semangat dan segera membawanya ke area dapur untuk menaruh ke masing-masing tempatnya.

Ia juga paham maksud Sasuke, dengan kedatangan Naruto dan Sai pasti ada pembicaraan serius di antara para lelaki tersebut.

"Sialan Sasuke sakit" dan itu adalah teriakan Naruto karena Sasuke menghadiahinya tendangan di tulang kering.

Itu benar-benar sakit.

.

.

.

.

.

Sakura kembali ke ruang tengah dimana tiga lelaki tampan tersebut berada, ia menghabiskan waktu hampir sejam di dapur untuk memberi mereka ruang pembicaraan sekalian memasak makan malam ala kadarnya. Ia sempat mendengar topik pembahasan mereka hanya tentang universitas yang akan mereka masuki nanti, dan setelah itu ia tak menguping karena setahunya Sasuke akan masuk ke universitas konoha seperti permintaan ayahnya, tempat menimbal ilmu itu juga merupakan salah satu universitas terkemuka di negara ini, bahkan ayah Naruto yang sekarang merupakan walikota terkenal di beberapa wilayah pun lulusan universitas tersebut.