A Little Getaway from Solitude - #26

2 0 0
                                    

Sudah kurang lebih satu bulan sejak Svarga Btara dikarantina. Pada babak semifinal ke-8, mereka out karena kalah jumlah voting. Sebenarnya, bukan band mereka yang mendapatkan jumlah vote paling sedikit, tapi band Friday Again. Atas kejuaraan vokalis mereka pada challenge yang diadakan pihak lomba minggu itu, Friday Again diberikan hak immunity dan akhirnya band kedua dengan voting paling sedikit, dalam kasus ini Svarga Btara, dieliminasi.

"Battle of The Bands lagi bercanda, kan? Maksud gue, kita dieliminasi karena band lain mendapatkan hak immunity? Bukankah itu malah menjadi pelanggaran hak bagi band lain? Challenge dan rewards mingguan seperti ini bahkan tidak pernah ada di season-season sebelumnya," gerutu Kenzie yang pada saat itu masih sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.

"Lo tahu, gue tadi mulai buka Twitter lagi. Nama dan hashtag kita trending dimana-mana. Jumlah retweets pun jelas dimenangi oleh band kita, lalu kenapa kita bisa jadi band kedua dengan voting terendah?" celetuk Iqbal yang merupakan orang paling bahagia sewaktu HP mereka dikembalikan oleh pihak penanggungjawab.

"Udah gue bilang Bal, acara-acara kayak gini itu setingan," tanggap Kenzie sambil mengusap dahinya, frustrasi.

"Omong-omong tentang setingan... Dievi, lo ditawarkan oleh pihak lomba tentang diangkatnya band kita jadi pemenang absolut season ini?"

Seketika, perhatian orang-orang di ruangan tersebut berada pada Dievi yang bersender di dinding.

Dievi yang tiba-tiba jadi pusat perhatian nyaris tergelincir dan jatuh, "Hmm... Ya, itu memang terjadi, waktu awal sekali kita mulai dikarantina."

"Itu juga setingan. Video-video respon lo yang terang-terangan menolak sudah menyebar di sosial media. Itu artinya, pihak lomba sengaja membangun situasi seperti itu supaya mereka bisa menerbitkan video yang akan viral dan membuat rating acara naik. Mereka sengaja menimbulkan reaksi dari lo," Iqbal menunjukkan layar HP-nya.

"H-Hah? A-Apa lo bilang?"

Dievi mulai gemetaran membaca apa yang tertera di sana. Tidak, tentu saja dia tidak terlihat buruk. Itu bukan kasusnya sama sekali. Dia telah melakukan hal yang benar dengan menolak, dan publik memandang keputusannya sebagai sesuatu yang bijak untuk dilakukan. Namun, di antara komentar-komentar video yang viral itu, ada beberapa yang tidak mengenakkan untuk dibaca.

Gue merasa Svarga Btara terlalu overrated. Kalau begini caranya, band-band lain tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berada di spotlight.

Setuju gue. Svarga Btara terlalu dianakemaskan. Tanpa adanya jebolan MusicaLeague Dievani yang mengangkut band mereka, mereka juga nggak bakalan kelihatan.

Battle of The Bands season ini kurang greget. Mentang-mentang membernya good-looking, selalu mereka yang banjir dengan komentar pujian dari juri. Kalau selalu dipuji, kapan mereka bisa belajar dan berkembang sebagai suatu band?

Haha, iya bener banget yang bagian good-looking. Jelas banget mereka juga digendong sama wajah si lead vocalist. Dunia memang nggak adil, ya.

Tidak biasanya Dievi membiarkan komentar-komentar seperti itu berpengaruh pada mood-nya, tapi kali ini perkataan-perkataan itu menyangkut hal yang lebih serius. Ini bukan menyangkut hanya dirinya, tapi keseluruhan band-nya. Bukankah itu berarti indikasi bahwa problematika di sini adalah dirinya? Mungkin saja, kalau bukan karena dirinya, Svarga Btara masih bisa manggung dan paling tidak masuk ke babak Top 5 dan mendapatkan record deal.

"Gibran. Luthfi. Kenzie. Iqbal dan bahkan Fajar..." Dievi menyebutkan satu-satu nama yang ada di ruangan saat itu, walau yang terakhir belum bisa ikut hadir bersama mereka, "Kalian semua udah jadi bagian dari keluarga gue. Kalian adalah musisi hebat dan keren-keren semua, dan gue merasa beruntung udah dipertemukan sama kalian."

"Gue percaya kita... kalian, have what it takes buat menangin lomba ini. Salah, you all have more than it takes to win this competition, and bring home a record deal. Untuk itu, gue minta maaf karena udah jadi penyumbang faktor kenapa band kita menjadi band dengan voting terendah kedua di babak eliminasi Top 8."

Suasana jadi hening begitu Dievi selesai menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. Namun, itu tidak berlangsung lama, karena Kenzie yang sedaritadi hanya duduk anteng sambil mendengarkan Dievi mengoceh tentang hal yang paling tidak masuk akal yang pernah ia dengar langsung mengangkat bicara.

"Lo ngomong apa, sih, Diev? Lo? Faktor yang membuat band kita jadi nggak di-vote? Sadar, hei, lo ini ex-member Fourdust, jebolan MusicaLeague yang udah jauh lebih berpengalaman di dunia entertainment, musik, dan ajang pencarian bakat di antara kita semua," ujar Kenzie yang lewat tatapan matanya saja seolah sudah mewakilkan bagaimana ia ingin mengguncang tubuh Dievi untuk menyadarkannya, "Justru karena lo, kita nggak clueless. Dengan adanya lo, kita bisa belajar. Bilanglah Gibran atau Fajar sebagai bapak dari band kita. Tapi, di mata gue, lo adalah suhunya Svarga Btara."

"Suhu? Termometer, Zie?" celetuk Iqbal yang malah merusak suasana serius.

"Suhu itu guru!" sahut Kenzie sewot, sebelum berpaling ke lawan bicaranya sedaritadi lagi, "Lagian... lo kenapa bisa mikir kayak gitu, sih?"

"Komen-komennya... lo belum baca?" Dievi menyerahkan HP Iqbal untuk diperlihatkan pada Kenzie.

Kenzie dan yang lainnya mulai berkerumun untuk membaca apa yang tertera di layar. Sambil membaca, mereka memandang satu sama lain, seolah memikirkan hal yang sama.

"Diev, komentar-komentar seperti ini hanya lima persen dari komentar-komentar yang ada. Coba lo lihat yang ini."

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang