A Little Getaway from Solitude - #8

2 0 0
                                    

"Harus dari orang dalem, lah," timpal Iqbal yang diakui kedua temannya itu.

Sungguh, Gibran tidak tahu lagi harus melakukan apa. Pernyataan teman-temannya barusan betul-betul merupakan olahraga otak untuk kepalanya.

"Lo semua udah ngerencanain ini mateng-mateng, ya?" tanya Gibran, mendesah di bagian akhir kalimatnya.

"Yup. Sekarang lo duduk manis, dan kita tunggu videocall dari Olivia."

***

Hari pertama audisi untuk Battle of The Bands Season 3 akhirnya tiba. Lokasi pusat kota sudah penuh dengan band-band dari seluruh Jabodatabek. Beberapa di antara yang Dievi lihat ketika berjumpa dengan orang-orang yang berlalu-lalang adalah staf dari event tahunan ini. Security, kameramen, dan orang-orang lainnya yang berseragam masing-masing tampak sibuk berkutat dengan tugas mereka untuk kelangsungan acara ini.

Dievi sudah mondar-mandir area mencari band-nya, tapi tetap saja kondisinya tak berubah. Pemirsa, lagi-lagi ia nyasar. Dievi mencek lagi HP-nya untuk melihat jika ada update dari Gibran dan kawan-kawan. Siapa tahu saja mereka tidak sengaja melihatnya.

Gibran: Gue udah pegang banner gede banget yang tulisannya nama band kita. Ayo, Diev, semangat! Cari kita sampai ketemu.

Ah, baiklah. Masalahnya hanya satu; perlu diingatkan lagi kalau Dievi ini mini? Di lautan manusia seperti ini, Dievi harus celingak-celinguk sana-sini sambil berjinjit sampai ia akan menemukan mereka!

"Ehem."

Suara batuk itu datang dari belakangnya. Dievi otomatis memutar badannya untuk melihat siapa gerangan yang ada di sana.

"Lu... Luthfi?" Dievi cukup kaget dengan wajah familiar yang muncul di hadapannya. Kaget itu tak lama berubah menjadi gugup. Dievi tersipu sambil menunduk, tak sadar jika lelaki yang berdiri di depannya itu tengah melakukan hal yang serupa.

"I... Ikut gue," suruhnya, matanya berarah kemanapun itu kecuali ke lawan bicaranya sendiri.

Dievi dan Luthfi menyusuri kerumunan, pergi ke suatu corner yang tidak seramai tempat ia berada tadi. Di sana, ia menemui Gibran, Iqbal, dan Kenzie sudah menunggu dengan wajah sumringah.

"Diev, gue kira lo udah ditelen sama kerumunan," komentar Kenzie yang biasanya akan langsung ditanggap Dievi dengan nyolot, tapi karena ia masih menghindari tatapan Luthfi ia masih menunduk.

Iqbal yang cepat menyadari itu berceletuk, "Lo berdua kenapa?"

Dievi dengan posisi tangan menyilang dan Luthfi dengan kedua tangan di dalam saku sama-sama menggeleng. Keduanya masih enggan untuk berpaling, takut tidak sengaja bersitatap dengan satu sama lain. Tiga orang itu mulai lihat-lihatan. Iqbal menaik-naikkan alisnya, yang langsung dimengerti Kenzie, tapi lain kasusnya dengan Gibran.

"Ada kejadian seru, nih, kayaknya, waktu makrab."

"Nggak ada!" seru Dievi dan Luthfi kompak.

Sewaktu Luthfi memasak, Dievi bersender pada dinding. Dia berniat membantu, tapi dia tahu Luthfi akan lebih memilih jika ia tak melakukan itu. Cewek itu memutuskan untuk menonton saja, walau yang kelihatan dari tempatnya berdiri cuma punggungnya.

Dievi memejamkan matanya, menikmati suara-suara di sekitarnya yang tercipta akibat tak ada yang dilontarkan kedua belah pihak. Suara air yang mengalir dari wastafel, suara pisau yang sedang memotong daun bawang di atas talenan, suara api yang menyala di kompor. Entah kenapa, itu semua cukup membuatnya rileks.

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang