A Little Getaway from Solitude - #9

3 0 0
                                    

Saat ini, band Svarga Btara sudah ditempatkan di ruang tunggu. Fajar selaku manajer mereka yang memanggil mereka semua ke sini. Rupanya, giliran mereka untuk audisi akan segera datang. Perkiraannya, sih, kurang dari setengah jam lagi mereka sudah bisa masuk.

"Kalian berdua kenapa, sih?" goda Kenzie, julid seperti biasanya. Tampaknya dia belum puas menggoda Dievi dan Luthfi habis-habisan tadi. Ditambah lagi, mereka berdua masih terlihat canggung di hadapan satu sama lain.

Mau tak mau, Dievi harus meminta bala bantuan. Hawa-hawa di antaranya dengan Luthfi terlalu awkward untuk ia gambarkan suasananya. Cewek itu melirik ke orang pertama yang menangkap pandangannya.

Iqbal yang pada saat itu berdiri di dekatnya mengedipkan satu matanya ke arah Dievi. Ia memberi kode ke arah Fajar, yang kemudian cowok itu sambut dengan anggukan.

"El, Zie. Lo berdua beli minum, gih, buat kita-kita," suruh Fajar.

"Duitnya darimana, Bang?"

"Gampang, dari kas band. Nanti gue ganti. Sana, buruan," Fajar beralih ke Gibran, "Nah, kalo Kapten nanti temenin gue ke toilet. Iya, nggak, Kap?"

Gibran mengangkat alisnya, sedikit off-guard karena sedaritadi ia tak memerhatikan, "Eh? Emang gue...?"

"Udah, Kap. Diev, Bal, gue amanahin lo berdua buat jagain tempat. Oke?"

Alhasil, mereka semua berpencar kecuali Dievi dan Iqbal yang masih di tempat. Kini Dievi dapat bernapas lega. Sungguh, ia tak tahu lagi apa yang akan dilakukannya jika ia berada di dekat Luthfi semenit lebih lama.

Baiklah, mungkin bukan hanya Luthfi yang membuatnya merasa begitu gugup.

"Nervous?" Iqbal bertanya setelah semua orang menjauh dari mereka.

"Itu," Dievi mencoba memikirkan kata-kata yang tepat, "Ini pertama kalinya gue perform setelah sekian lama."

"Lo bicara apa, sih?" Iqbal mengatakannya sambil nyengir kuda, "Kita latihan juga perform, bukan?"

"Ya, tapi... Nggak on-stage begini. Nggak di depan juri-juri. Nggak di depan khalayak."

"Perlu gue ingetin kalau lo tergabung dalam band elite kita? Apa yang perlu ditakutin?" Cowok itu berlagak angkuh, membuat Dievi merasa sedikit terhibur.

"Kalau lo grogi, gue nggak akan nyuruh lo untuk tarik napas buang. Itu terlalu mainstream. Lo tau apa yang bakal gue lakuin?"

"Pada saat kita audisi nanti, lo cari satu aja wajah yang tersenyum ke arah lo. Cukup satu, dan fokus sama orang itu aja."

Dievi yang penasaran pun bertanya, "Kenapa?"

"Karena itu artinya dia sangat menikmati apa yang lo bawa. Walau cuma satu orang yang tersenyum, tapi dia sudah mewakilkan isi hati semua audiens. Setidaknya lo udah menemukan satu orang itu, bukan?"

"Tetap sapu pandangan lo ke satu ruangan, tapi jangan lupa untuk senantiasa menjaga kontak mata di antara lo berdua. Itu kuncinya."

Dievi mengangguk tanda paham.

"By the way, thanks," ucap Dievi tulus. Dia tak menyesal meminta tolong lewat Iqbal tadi. Selain peka, cowok ini manisnya tak karuan. Siapapun yang menjadi pacarnya pasti adalah gadis yang beruntung.

"Yup, don't mention it."

Tak lama kemudian, Kenzie dan yang lainnya kembali ke TKP. Fajar selaku manajer berbincang dengan seorang petugas di ruang tunggu karena giliran mereka memang sebentar lagi. Petugas itu memberi mereka arahan untuk menunggu di backstage setelah satu peserta audisi lagi selesai tampil.

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang