A Little Getaway from Solitude - #22

3 0 0
                                    

Setelah setengah mati membangunkan Airish, Dievi dan teman sekamarnya itu akhirnya sampai di depan gedung stasiun televisi TVEsque. Mungkin ini hanya perasaannya saja, tapi gedung tersebut masih belum menyalakan sebagian besar penerangannya. Ini memang masih pagi sekali, pukul lima tepatnya. Namun, mengingat peserta tiba-tiba dipanggil ke sini untuk mengikuti briefing pagi, bukankah seharusnya tempat ini dibuat sedemikian rupa agar masih ada tanda-tanda kehidupan?

"Diev, gue masih ngantuk," keluh Airish yang jalannya masih diseret.

"Almost there, Rish," Dievi yang berjalan di depan Airish kembali meyakinkannya.

Dievi dan Airish sudah sampai di depan Audit 3, ruangan yang mereka gunakan kemarin untuk briefing. Dievi dengan ragu membuka pintunya, mengira ia akan menemukan peserta lain sudah duduk di dalam. Namun, ketika pintu terbuka, ia justru disambut oleh orang yang ia duga termasuk bagian crew PJ juga.

"Dievani dan Airish?"

Dievi dan Airish menganggukan kepala mereka dengan kompak.

"Masuklah. Band kalian sudah di dalam. Airish bisa ikut aku, kita akan berdiskusi sebentar," Crew PJ tersebut membawa Airish masuk ke dalam dengannya, "Kalau Dievani, band kamu udah ngumpul. Apapun yang dikatakan di sini sifatnya rahasia, ya. Aku harap dua band ini bisa berkooperasi dalam menutup mulutnya."

Tunggu, tunggu. Dievi tidak salah dengar, kan? Tadi PJ tersebut menyebut angka dua. Jadi, hanya mereka yang sedang berada di gedung ini untuk melakukan brief pagi? Kemana yang lain?

Ketika menyusuri studio, Dievi tidak sengaja berpapasan dengan Rayhan. Cowok itu tidak berkata banyak, begitu pula dirinya. Mereka hanya saling menatap selama lima detik, sebelum Rayhan akhirnya menggumamkan sesuatu.

"Good luck."

Mungkin Dievi salah dengar, ia sendiri juga tidak yakin saking pelannya Rayhan berbicara barusan. Andaikan telinganya memang tidak mengada-ngada, lalu apa yang dimaksud cowok itu? Semoga beruntung?

Firasat Dievi mengatakan ada yang janggal di sini.

"Dievani, di sini!"

Mendengar suara yang ia yakini milik Disti, Dievi langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara. Dari ambang pintu yang memisahkan studio dengan ruang rias, Disti sedang melambai ke arahnya. Tidak melihat rekan-rekan satu band-nya, Dievi memustukan untuk mendatangi Disti. Siapa tau perwakilan dari PJ-PJ Battle of The Bands Season 3 itu bisa membantunya.

"Halo, Kak Dis, kita nggak jadi briefing?"

Disti menggeleng, "Nggak, dong, pastinya jadi. Briefing-nya dimulai, kok, nanti. Sebentar lagi. Gue mau ngobrol sebentar aja sama lo, boleh?"

Cepat-cepat Dievi mengangguk. Disti tampak senang dengan jawaban kontestannya itu. Dia berpikir sejenak, mungkin sedang memikirkan suatu pertanyaan untuknya.

"Ayo masuk," ajak Disti yang tidak mau Dievi berdiri nganggur di luar pintu ruang rias.

Dievi menebak ruang rias tersebut milik para pembawa acara di Studio TVEsque, karena ia melihat ada beberapa properti serta atribut familiar dari MC beberapa show yang terkenal selain Battle of The Bands. Misalnya...

Pandangan Dievi tidak sengaja tertuju pada jaket denim yang sangat ia kenali. Warnanya sudah pudar, mungkin karena barang itu sudah berumur di lemari si pemilik. Jaket spesial ini bisa disebut limited edition karena harganya yang bisa dibanderol tinggi di acara-acara lelang. Jaket itu ditandatangani oleh beberapa artis terkenal di Indonesia.

"Aku punya suatu penawaran yang nggak mungkin lo tolak. Apa kamu udah siap mendengarnya?"

Dulu gue satu-satunya orang yang dia percayain buat megang jaket ini selain dirinya sendiri, sekarang barang ini cuma tergeletak begitu aja di ruang rias? batin Dievi dalam hati, walau tatapan matanya sedang fokus ke depan mendengar Disti berbicara.

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang