A Little Getaway from Solitude - #10

1 0 0
                                    

Dievi dapat merasakan seseorang pelan-pelan mengguncangkan tubuhnya. Matanya mengerjap-ngerjap, silau menyambutnya karena ruangan yang tadinya remang-remang kini dinyalakan lampunya. Pandangannya butuh waktu untuk menyesuaikan sebelum ia dapat melihat apa yang sedang terjadi.

Wajah ramah Olivia yang pertama menyambutnya. Heran karena tampaknya ia tidak sedang di rumahnya sekarang, Dievi langsung melihat ke sampingnya dengan curiga.

Rupanya, sedaritadi ia tertidur di bahunya Luthfi yang juga sedang tertidur dengan pulasnya.

"Li... Liv? Ini jam berapa?" Dievi menyebutkan hal pertama yang muncul di pikirannya saat itu. Gawat, apa ini artinya ia tertidur di rumah Luthfi semalam? Apa yang akan dikatakan orangtuanya?

"Shh," Olivia menaruh telunjuknya di depan mulutnya seraya memberi isyarat pada Dievi untuk mengikutinya. Dievi sepelan mungkin keluar dari balik selimut yang setengahnya sudah dibajak oleh Luthfi, tak ingin membangunkan cowok itu.

Dievi dan Olivia mengendap-endap keluar dari ruangan tersebut, menuju apa yang terlihat sebagai garasi. Setelah membuka mobil jeep Cherokee merah menggunakan kuncinya, ia masuk dan duduk di jok setiran mobil. Dievi ikut menyusulnya, kali ini masuk lewat pintu yang berada di sebelahnya.

Mobil yang mereka kendarai menyusuri driveway menuju gerbang yang terbuka otomatis dengan satu pencetan tombol. Berapa kali pun Dievi menyaksikannya, kesan yang sama sedari awal masih muncul.

Olivia mulai menyetel musik lewat radio mobil. Di waktu yang sama, Dievi melihat jam yang terpampang di sana. Pukul sembilan kurang. Huft, baiklah. Dievi berjanji untuk pulang sekitar pukul sepuluh, jadi ia kurang lebih masih aman... hei, tunggu.

Bagaimana dengan motornya?

Dievi baru ingin menanyakan Olivia, ketika ia melihat suatu pemandangan dari kaca spionnya. Seorang satpam dari rumah Luthfi sedang mengendarai motor yang ia yakin adalah miliknya, dilihat dari nomor platnya. Satpam itu tampak mengekorinya dan Olivia. Sepertinya ia tak perlu khawatir tentang itu, deng.

"Adik gue emang gitu. Maklumin aja, ya?" Olivia melempar senyuman ke arah Dievi untuk sepersekian detik, sebelum fokus lagi pada jalan di depannya.

"Maksudnya gimana, Liv?" Dievi langsung tertarik dengan topiknya, walau ia belum bisa membayangkan betul apa yang dimaksud kakak Luthfi itu.

"Luthfi emang rada cuek anaknya, lo pasti merhatiin dia jarang senyum sama ketawa kalau di depan lo. Tapi beda ceritanya kalau sama teman-temannya, dia udah kenal sama anak-anak itu sudah hampir tiga tahun."

Dievi manggut-manggut. Dari cara Olivia menyebut Gibran dan kawan-kawan sebagai anak-anak itu, tampaknya ia sudah lama mengenal mereka.

"Tapi begitu-begitu, dia nggak lagi dekat sama cewek, kok. Dia anti sama mereka. Ngelihat dia mau deket-deket sama lo tadi aja, itu udah kemajuan besar. Mungkin lo berminat?"

Dievi menggaruk tengkuknya, "Tadi dia bilang dingin."

"Dingin, ya?" Olivia terkekeh pelan. Jika bukan karena lampu di dalam mobil yang mati, Dievi yakin Olivia sekarang sedang menaik-naikkan alisnya.

***

Pergi saja, engkau pergi dariku

Biar kubunuh perasaan untukmu

Meski berat melangkah
Hatiku hanya tak siap terluka

Beri kisah kita sedikit waktu

Semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat
Di waktu yang salah
Di waktu yang salah

Dievi dan Luthfi mengakhiri lagu mereka. Para juri memberikan applause untuk mereka setelah penampilan yang memuaskan.

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang