A Little Getaway from Solitude - #1

5 0 0
                                    

BANNER yang dipajang di bagian atas dinding ruangan auditorium itu berbaca "PENDAFTARAN BATTLE OF THE BANDS", dan tepat di bawahnya adalah meja registrasi tempat orang-orang tengah mengantri. Kalau dilihat kerumunan itu memanjang seperti ular, sampai keluar pintu masuk. Para calon peserta lomba dari berbagai wilayah Jabodatabek tampak memasang wajah-wajah antusias, sama-sama menunggu giliran mereka untuk mendaftar.

Di antara yang mengantri, ada yang hanya satu dua orang yang datang mewakilkan band masing-masing, ada juga yang mengantri sebagai satu band yang utuh.

Berdiri menyender dengan tangan terlipat di dada di sisi tembok, jauh dari antrian namun masih dari jarak yang memungkinkannya untuk melihat teman-temannya, adalah Dievani Widia Maddendra. Dengan tampang tak tertarik dan headset yang menyantol di telinganya, gadis itu memerhatikan sekelilingnya. Sesekali Keira, temannya, menengok dan melambai, memastikan cewek itu belum kabur dari auditorium. Keira sudah hampir sampai di ujung antrian, hanya tinggal menunggu satu band lagi di depannya.

Bosan, Dievi mulai mengamati layar smartphone yang berada di genggamannya. Tidak ada yang menarik. Setiap sosmed yang ia buka, sama saja. Pada tampilan benda itu selalu ada yang menyinggung event lomba Battle of The Bands. Gadis itu memutuskan untuk mematikan LCD dan mengantongi benda tipis itu, menikmati saja lagu yang mengalun dari headset-nya.

"Woi, cewek!"

Tiga menit berlalu. Samar-samar Dievi dapat mendengar suara orang memanggilnya. Cewek itu mendongak, berpikiran ia akan menemukan Keira di sana. Namun, yang ia dapati justru adalah wajah tengil orang lain dengan cengiran yang dikenali Dievi dimana-mana.

Tunggu...

"Gibran?"

Cowok itu tertawa puas, setengah senang cewek yang tengah sibuk melepaskan headset-nya tidak melupakannya, meski terakhir mereka saling berjumpa adalah setahun lalu.

"Hai, jutek," Gibran menyapa, kali ini ia berjalan mendekati Dievi dan menatap lekat-lekat cewek itu. "Ini lo, Diev? Makin jelek, ya, lo?"

Dievi memutar bola matanya, merutuk dalam hati. Ia ingat dengan orang sinting yang satu ini. Dulu mereka satu tempat les musik, tapi di kelas yang berbeda, tentunya. Dievi mengikuti kelas vokal setiap hari Senin dan Rabu, sementara Gibran mengikuti kelas drum dengan hari dan jam yang sama.

Alhasil, di sini mereka. Dipertemukan lagi di hall tempat pendaftaran sebuah lomba band.

"Gue lihat-lihat, lo juga makin sinting, Bran."

Lagi-lagi cowok itu tertawa, kali ini sambil sibuk mengacak-acak rambut cewek itu. Dievi menatapnya tajam, menurut Gibran tatapan itu justru malah membuat cewek bertubuh pendek itu terlihat lebih menggemaskan. Seolah minta ia ganggui lebih lanjut.

"Ke sini sama siapa, lo, Diev? Lo bawa band? Kenalin, dong, sama gue!" ucap Gibran antusias, cowok itu celingak-celinguk memperhatikan antrian pendaftar.

"Bukan gue yang mau lomba," Dievi melirik sebentar ke arah Keira yang kini sudah sampai di meja pendaftaran. "Gue ke sini nemenin doang."

"Oh?" Gibran memajukan tubuhnya beberapa senti, seperti sangat tertarik dengan yang dibicarakan cewek itu. "Jadi lo ke sini tanpa band? As in, bandless? Lo gak tergabung di suatu band?"

Dievi menaikkan sebelah alisnya, sedikit bingung dengan nada bicara yang diambil cowok yang gaya rambutnya tak pernah rapi tersebut.

"Maksud gue... um, iya. In a way."

Gibran menyeringai puas mendengar jawaban cewek itu.

"Gabung sama band gue!"

Dievi tak menangkap maksud cowok itu. Yang barusan dikatakan Gibran begitu spontan dan tiba-tiba. Cewek itu hanya memandangnya, seolah menyuruhnya untuk menjelaskan lebih lanjut.

A Little Getaway from Solitude (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang