mati

2.6K 226 1
                                    

Sedikit mendung, cuaca yang menggambarkan suasana hati nya sekarang. Hari ini ia sudah berjanji untuk menemui dokter jung, dokter pribadinya. Cemas melingkupi pemuda itu. Pasalnya, kesehatan nya akhir akhir ini menurun drastis. Kepalanya yang sering berdenyut sakit diikuti kebiasaan pelupanya yang sudah tidak bisa di tolerir. Pemuda itu menyesal karena membiarkannya, dipikirnya ini biasa karena terlalu memforsir tubuhnya untuk berkerja.

"Hmm jadi bagaimana hyung?" tanya nya gugup. Dokter jung menghela nafas, dan terus menerus memastikan apa yang dilihatnya tidak salah.

Menurunkan kacamatanya, beralih menatap sendu pemuda yang tengah gugup di depannya.
"Kook, ini bacalah sendiri dan pastikan apa yang kulihat salah" tangannya bergetar mengambil kertas dihadapan nya. Menghembuskan nafas berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Membacanya berulang kali sama seperti dokter jung lakukan. Air mata tak dapat lagi ia bendung. Tertawa sumbang menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia tak menyadari nya? Kanker otak, stadium akhir pula.
"Maaf kook, sebagai dokter pribadimu seharusnya aku mengetahuinya dari dulu. Jika saja aku mengetahui nya lebih awal, mungkin kau---"
"Tak apa hyung, ini bukan salahmu. Kau sudah melakukan pekerjaan mu dengan baik. Aku sendiri yang menyuruhmu untuk lebih fokus pada rumah sakit mu" potong jungkook, merasa apa yang dikatakan dokternya itu sama sekali tidak benar. Dokter itu bangkit dan memeluk erat pemuda manis di depannya. Dia sudah terlanjur menyayangi pemuda ini sebagai adik kecil nya. Dan memikirkan bahwa dalam hitungan hari atau jam dia akan kehilangannya membuat nya ingin mengutuk siapa saja. Namun, siapa yang harus ia salahkan?

Jungkook membalas pelukan erat dokter yang merangkap hyungnya itu. Sempat merasa kehidupan nya sama sekali tidak adil. Dia selama ini selalu berlaku baik pada siapapun, dia masih ingin menikmati hidupnya, lalu kenapa begitu cepat? Namun akal sehatnya kembali mengambil alih. Mungkin ini memang jalannya. Mungkin saja jika ia dibiarkan hidup lebih lama akan membuatnya menjadi ajal bagi seseorang. Yaah ini lebih baik pikirnya.

2 hari setelah kejadian itu, jeon jungkook sama sekali tak masuk kerja dan memberikan perusahaannya pada hyungnya. Hyung nya jelas heran, perusahaan yang adiknya itu bangun sendiri dari nol, hasil kerja kerasnya selama ini, kini diberikan untuknya. Saat di tanya alasannya adiknya menjawab dengan enteng kalau ia sudah bosan berkerja dan waktunya ia menikmati hasil jerih payahnya. Namun tentu saja jeon wonwoo sama sekali tak mempercayainya, menurutnya alasan adiknya itu sama sekali tak masuk akal. Dia tau benar adiknya bukan orang yang dengan seenaknya melepas tanggung jawab begitu. Tapi balik lagi pada jungkook, mungkin adiknya ada masalah dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Untuk itu, selama adiknya berkutat dengan masalahnya, ia akan dengan sepenuh hati menjaga perusahaan milik adiknya dan memberikan nya kembali padanya saat adiknya sudah siap kembali.

Tentu saja jeon wonwoo sama sekali tak mengetahui perihal penyakit yang diderita adiknya. Pun keluarga jeon lainnya. Karena jungkook sama sekali tak ingin memberitahu keluarga nya, dengan dokternya juga berjanji tidak akan memberitahu siapapun. Tentu saja paksaan dari jungkook yang mengatakan ini permintaan terakhirnya.

Keputusan sepihak jungkook tentu saja tak lepas dari amukan tuan jeon, appanya. Karena itu hubungan antar ayah dan anak itu sedikit renggang.

Jungkook juga lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarganya daripada mengobati penyakit nya karena itu sia sia saja menurut nya. Jika harus mati, maka ia lebih memilih mati ditempat ia dibesarkan selama ini dan dikelilingi keluarganya, dari pada di atas ranjang rumah sakit yang dingin.

"Huuh bosan" berguling guling di atas kasur king size miliknya. Ternyata jadi pengangguran sama sekali tak menyenangkan, berbeda dengan apa yang dipikirkannya selama ini. Ada banyak buku dan komik yang berserakan di atas ranjangnya.
Beralih menatap handphone nya dan mencari beberapa novel yang mungkin menarik perhatiannya.

"The fourth kingdoms? Sepertinya menarik" memesan novel tersebut dan tak butuh waktu lama novel yang diinginkan nya sudah berada dihadapannya.

Hari ketiga setelah ia tahu akan penyakitnya. Dan jungkook juga telah menyelesaikan novel yang dibelinya kemarin.
"Ceritanya menarik, tapi astaga yang benar saja. Aku membeli novel yaoi? Dan dengan bodohnya baru mengumpat setelah novelnya selesai kubaca? Heuuh kupikir aku sudah gila" mengacak ngacak rambutnya frustasi. Sungguh ia tak tau sama sekali. Tidak, jungkook bukan homophobic. Ia juga beberapa kali pernah diajak kencan oleh sesama pria karena mereka bilang dia cantik. Tentu saja ia menolak, itu terlalu menggelikan menurutnya. Dan lagi ia bukan cantik, jeon jungkook itu tampan. Setidaknya begitulah yang ia katakan pada dirinya sendiri.

"Eh tapi male lead nya keren juga. Tapi tetap saja brengsek pada akhirnya. Heuhh bisa bisanya dia meninggalkan istri dan Cinta pertamanya begitu saja" monolognya kesal
"Tapi menurutku jika saja laki laki itu (istrinya) mengatakan dengan benar perasaanya mereka pasti akan bahagia sampai akhir cerita" dan sepertinya jeon jungkook jadi seorang fudanshi tanpa diketahuinya.

Memejamkan matanya yang terasa sangat berat. Diikuti teriakan samar dari hyungnya dan eommanya, pun appa nya yang berlari menggendong dirinya ke sebuah mobil. Tersenyum, jungkook senang karena disaat terakhir nya ia dikelilingi keluarganya. Dan sedih disaat yang bersamaan karena tak akan bertemu keluarganya lagi.

Bersambung.......

to be or not to beTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang