(6)

2.9K 461 29
                                    

"Menikah dengan Rendra." Hah? Ini lagi? Tanpa sadar gue langsung melepaskan genggaman gue ditangan Bunda.

Bukan cuma gue yang kaget tapi Kak Rendra bahkan terlihat sama kagetnya dengan gue sekarang, hanya orang tua Kak Rendra yang menatap gue dengan tatapan prihatin mereka, ini sebenarnya ada apa?

"Nda, kita udah pernah bahas inikan? Aya gak bisa Nda." Tolak gue untuk kesekian kalinya.

Menikah sama Kak Rendra gue beneran gak bisa, gak bisa, gak akan, gak mungkin, gue gak mau, gak akan pernah, kenapa gak ada yang mau ngerti perasaan gue? Ini udah tahun 2021 tapi kenapa pekara jodoh juga masih pake sistem siti nurbaya begini?

"Ay! Kamu akan ba_

"Enggak Nda, Aya gak mau." Potong gue bahkan narik diri mundur.

"Kak! Dengerin dulu penjelasan Bunda." Iky bahkan menatap gue dengan tatapan memohon.

"Apa kamu akan tetap nolak meskipun ini mungkin akan jadi permintaan terakhir Bunda?" Lirih Bunda sangat.

"Bunda!" Bentak gue sama Iky barengan, kenapa Bunda harus ngomong kaya gitu? Apa Bunda sangat ingin melihat gue menikah sampai-sampai bicara mulai ngelantur begini?

"Bunda sakit Ay dan Bunda gak tahu bisa bertahan berapa lama lagi, Bunda hanya ingin ada yang menjaga kalian, menikah dengan Rendra, demi Bunda." Gue bahkan tersenyum miris dengan ucapan Bunda.

"Nda! Bunda ngomong apa?" Iky maju menggantikan gue menggenggam tangan Bunda.

"Bunda hanya ingin memastikan ada yang menjaga kalian berdua." Lirih Bunda bahkan meneteskan air matanya.

Melihat tatapan Iky yang mulai berkaca-kaca, gue menitikan air mata gue menatap Bunda dan Iky bergantian, jadi ini alasan Bunda selalu cek up ke rumah sakit setiap minggunya?

"Bun, Bunda kenapa?" Tanya gue masih dengan isak tangis tertahan, masih dengan sebelah tangan yang menggenggam tangan Bunda, Iky narik tangan gue dan memeluk gue erat.

"Kak!"

"Bunda akan baik-baik aja." Ucap gue menenangkan Iky, bahkan mungkin menenangkan hati gue sendiri.

"Makanya Bunda mohon, menikah dengan Rendra." Gue mulai memejamkan mata gue sembari menggepalkan kedua tangan gue kuat, apa harus sejauh ini?

"Ma! Pa, Rendra perlu bicara sebentar." Kak Rendra ngajak kedua orang tuanya keluar dari ruangan inap Bunda menyisakan gue, Iky dan Bunda dengan tatapan yang gak bisa gue jelasin.

"Kenapa harus Kak Rendra? Banyak laki-laki lain, Aya bahkan punya pilihan hati Aya sendiri, kalau memang Bunda mau Aya menikah sekarang, Aya akan bicara sama Kak Reihan sekarang juga."

"Apa kamu mau Bunda mengulangi ucapan Bunda disaat kaya gini?" Bunda gak setujukan?

"Kak, Iky juga mau bicara sebentar." Melepaskan tangan Bunda, Iky narik gue menjauh.

"Kak! Iky bukannya mau ikut campur tapi Iky rasa, menuruti permintaan Bunda adalah pilihan terbaik untuk saat ini." Cicit Iky menatap gue penuh harap.

"Ky, semuanya gak segampang itu." Semua gak akan gampang.

"Kak! Iky tahu ini gak gampang, Iky juga gak bilang kalau ini akan mudah tapi andai Iky bisa, andai Iky yang di minta Bunda menikah sekarang juga, Iky rela menikah lebih dulu kalau memang itu yang Bunda mau." Cicit Iky menggenggam erat lengan gue.

"Katakanlah Kakak bersedia, apa Kak Rendra bersedia? Kak Rendra juga pasti nolak, Dek." Gue melepaskan tangan Iky.

"Kakak bahkan belum nanya sama Mas Rendra, kenapa gak Kakak coba? Kakak bicara dulu sama Mas Rendra, cari solusi terbaik, heumm? Demi Bunda." Melihat tatapan Iky yang juga sangat memohon, gue langsung keluar dari ruang inap Bunda untuk nemuin Kak Rendra.

"Loh Ay, kenapa di luar?" Tanya Tante Nia mengusap lengan gue, gue melirik Kak Rendra sekilas yang sekarang duduk bersandar di kursi ruang tunggu Bunda.

"Tan, bisa Aya bicara sama Kak Rendra sebentar?" Gue nanya ke Tante Nia tapi tatapan memohon gue tertuju jelas untuk lelaki yang sekarang bangkit dari duduknya.

"Kalian bicara, Tante masuk nemenin Bunda kamu." Gue mengangguk mengiyakan.

"Kamu udah makan?" Tanya Kak Rendra melepaskan jaketnya, lagi-lagi Kak Rendra melepaskan pakaiannya untuk gue.

"Om kemana?" Tanya gue balik karena gak nemuin Om Reza.

"Papa ngurus administrasi, kenapa? Cerita sama Kakak." Kak Rendra membantu gue duduk di kursi, memperhatikan Kak Rendra yang berdiri dihadapan gue dengan tatapan khawatir malah semakin membuat nyali gue menciut untuk minta bantuannya.

"Kenapa? Masalah menikah?" Tanya Kak Rendra ikut mendudukkan tubuhnya disebelah gue.

"Heummm! Aya harus gimana?" Lirih gue tertunduk.

"Kakak udah nanya sama orang tua Kakak, apa ini cuma rencana mereka untuk memaksa kita menikah tapi ternyata bukan, maaf kalau Kakak gak bisa langsung percaya karena ini juga menyangkut masa depan Kakak sendiri."

"Kakak pikir Bunda bohong?" Tanya gue sedikit kecewa.

"Maaaf tapi Kakak gak bermaksud apapun, melihat gimana gigihnya orang tua Kakak dengan Bunda yang menginginkan kita menikah, Kakak cuma gak mau masalah pernikahan sampai di bikin becandaan begini, maaf." Kak Rendra juga terlihat menyesal.

"Aya ngerti." Gue ngerti kekhawatiran Kak Rendra.

"Terus sekarang gimana?" Tanya gue lagi.

"Ay! Menikah bukan pekara gampang, apapun alasannya Kakak gak bisa menikahi kamu." Lagi-lagi gue mengangguk mengerti dengan penolakan Kak Rendra.

Laki-laki gila mana yang akan mau menikah cuma karena permintaan orang lain? Kak Rendra bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari gue dalam segi apapun.

"Gak papa, Aya juga gak akan maksa Kakak, Aya ngerti." Gue menghembuskan nafas dalam dan bangkit dari duduk gue.

"Kamu baik?" Kak Rendra memastikan.

"Harus baik, kalau Aya tumbang sekarang, Bunda sama Iky bakalan gimana?" Gue memaksakan senyuman gue.

"Jangan pakasain senyuman kamu disaat kaya gini, keliatan horor." Kak Rendra nyentil kening gue masih dengan tatapan prihatinnya.

"Kalian kenapa diluar?" Tanya Om Reza yang sekarang udah berdiri dihadapan kita berdua.

"Gimana Pa?" Kak Rendra menatap Papanya lama tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Pa, temenin Rendra beli kopi sebentar." Ucap Kak Rendra tetiba dan mendorong gue balik masuk ke ruang inap Bunda, mereka kenapa?

"Gimana Kak?" Tanya Iky masih menatap gue penuh harap, gue hanya menggeleng pelan sebagai tanpa gue gak berhasil.

Memperhatikan Bunda yang udah balik terlelap dengan tangan yang digenggam erat Tante Nia, gue hanya memeluk Adik gue untuk saling menyemangati.

"Bunda akan baik-baik aja." Ucap Iky balas memeluk gue.

Selama ini walaupun gue sama Kak Rendra dekat, gue gak pernah sampai memeluk Kak Rendra, begitupun Kak Reihan, gue tahu batasan gue, lelaki yang masih bisa gue peluk sesuka hati untuk saat ini hanya Iky.

"Ma! Rendra mau bicara sebentar, sama Iky juga." Suara Kak Rendra yang membuat Iky melepaskan dekapannya di tubuh gue, kenapa mendadak semua orang perlu bicara?

"Kenapa Ren?" Tanya Tante Nia beralih melirik Kak Rendra.

"Rendra akan menikahi Aya." Ucap Kak Rendra memejamkan matanya berat.

"Mas! Mas serius? Mas mau menikah sama Kak Aya?" Iky bahkan menatap Kak Rendra semangat.

"Apa kamu akan melepaskan Kakak kamu untuk Mas?" Dan Iky mengangguk cepat.

"Kakak akan menikahi kamu." Ucap Kak Rendra menatap gue.

In My World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang