(23)

2.6K 440 44
                                    

"Dia bukan cuma anak Kakak, dia anak kamu juga, anak kita." Entah kenapa mata gue berubah berkaca-kaca.

"Ay! Walaupun cinta belum bisa Kakak kasih ke kamu tapi kamu gak lupa kalau Kakak masih Rendra yang dulukan? Narendra yang dulu ataupun Narendra yang sekarang akan selalu menyayangi kamu, sangat." Gue mengangguk pelan.

Gue harusnya gak lupa satu hal itu, walaupun Kak Rendra yang sekarang belum mencintai gue tapi Kak Rendra yang dulu bahkan Kak Rendra yang srkarang sangat menyayangi gue, bahkan sebelum menikahpun, gak seharusnya gue lupa itu.

Kak Rendra yang belum mencintai bukan berarti gue gak berarti, itu maksud ucapan Kak Rendra, gue berarti bahkan sebelum kita berdua menikah, gue berarti bahkan sebelum gue mengandung anaknya, gue berarti karena gue adalah Aya.

"Kamu berharga untuk Kakak, dan sekarang jauh lebih berharga, kamu berharga dari dulu, sekarang atau masa yang akan datang, kamu akan selalu berharga." Gue meneteskan air mata gue, dasar Mak-mak labil.

"Kakak selalu bilang jangan berkecil hati dengan kenyataan Kakak yang belum mencintai kamu, bersabar dan tunggu karena tujuan Kakak sekarang hanya menuju kamu jadi untuk apa berkecil hati?" Kak Rendra ngapus air mata gue dan memgusap kepala gue sekilas.

"Sekarang abisin makannya, setelahnya kita istirahat."

.
.
.

"Kak! Aya mau nanya sesuatu." Gue meletakkan tas gue balik di ranjang dan nepuk pelan kasur disebelah gue minta Kak Rendra duduk.

"Apa? Kamu sakit?" Tanya Kak Rendra terlihat panik, gue menggeleng pelan dan tersenyum kecil.

"Terus kenapa?" Gue beralih menghadap Kak Rendra dan menatap Kak Rendra yakin, harus gue tanyain.

"Kak! Sebenernya ada masalah apa sampai Kakak harus nginep dirumah harusnya semalem? Apa masalahnya serius?" Tanya gue yang membuat Kak Rendra semakin menatap gue lekat, kenapa?

"Kakak akan cerita tapi nanti, untuk sekarang Papa belum pasti jadi Kakak juga belum bisa mastiin apapun, kamu kepikiran ini dari semalam makanya gak bisa tidur?" Dan gue mengangguk pelan.

"Masalah perusahaan tapi harusnya bukan masalah besar, Kakak cuma harus mikirin lagi masalah rencana Kakak untuk ngelanjutin kuliah, kayanya harus ditunda, cuma itu." Di tunda? Kenapa? Bukannya Kak Rendra mau langsung ngelanjutin S2-nya?

"Ini masih Kakak pikirin jadi kita liat keadaan kedepannya, selebihnya memang bukan masalah besar jadi gak perlu khawatir." Gue cuma berharap kalau ini bukan masalah besar.

"Ada lagi yang mau kamu tanyain?" Walaupun sedikit ragu tapi gue tetap mengiyakan, gue memang punya pertanyaan lain yang juga cukup penting.

"Apa?" Kak Rendra siap mendengarkan, gue menghela nafas dalam sebelum menatap Kak Rendra.

"Kakak ngomongin apa sama Kak Reihan waktu itu?" Tanya gue, gue yakin Kak Rendra nemuin Kak Reihan bukan cuma untuk mastiin alasan Kak Reihan ajakan? Pasti mereka ngomongin sesuatu dan gue mau tahu itu apa.

"Seberapa banyak yang kamu pikirin selama ini Ay? Harusnya kalau memang kamu mau tahu langsung tanya, kenapa mau nanya aja kudu takut gak yakin kaya gini?" Kak Rendra ikut menghembuskan nafas dalam memperhatikan gue.

"Jadi apa? Kan sekarang udah Aya tanya." Karena sekarang udah gue tanya jadi tinggai jawab.

"Kakak nemuin Reihan bukan cuma untuk mastiin alasan dia ngelakuin itu tapi Kakak mau tahu, Reihan bisa tahu tentang pernikahan kita dari mana?" Jelas Kak Rendra yang membuat gue cukup kaget, jujur gue sama sekali gak kepikiran masalah kaya gini.

"Terus? Kak Reihan tahu dari mana?" Tahu sendirikah? Atau memang ada yang ngasih tahu?

"Kamu yakin mau tahu? Kakak rasa kamu belum siap Ay, Kakak gak mau kondisi kamu semakin memburuk, kesehatan kamu jauh lebih penting." Kak Rendra mengusap pipi gue dengan tatapan penuh pertimbangan.

"Kalau Kakak gak jujur, Aya malah akan selalu kepikiran, siap atau enggak, Aya akan denger langsung sekarang juga." Walaupun berat, gue yakin tahu sekarang adalah pilihan yang lebih baik.

"Reihan tahu pernikahan kita dari Bunda." Gue menatap Kak Rendra seakan belum percaya, bukan belum tapi gue menolak percaya, Bunda gak mungkin ngelakuin itu.

"Kak! Itu gak mungkin, Bunda udah janji ke Aya kalau Bunda gak akan ngasih tahu siapapun tentang pernikahan kita, Bunda gak akan ingkar janji Kak." Gue kenal Bunda gue.

Walaupun selama ini Bunda keras dan gak memanjakan gue sama sekali tapi gue tahu pasti kalau Bunda gak akan melanggar janjinya, Bunda gak akan jahat sama gue, itu gak akan kejadian.

"Ini juga bukan salah Bunda Ay, Bunda nepatin janjinya sama kamu, kamu ingat beberapa hari setelah akad nikah, kita nginep dirumah pemberian orang tua Kakak selama dua hari? Reihan dateng nyariin kamu ke rumah."

"Bukan Bunda ngasih tahu Reihan tentang pernikahan kita tapi Reihan tahu waktu Bunda gak sengaja nerima paket kiriman foto pernikahan kita, Reihan tahu dari Bunda gak sengaja."

"Kesalahan Bunda cuma satu, Bunda terlalu mengabaikan perasaan Reihan yang berakhir dengan membuat Reihan sakit hati untuk ucapannya." Kak Rendra terlihat pasrah.

Gue mengusap wajah gue dengan pemikiran gak tahu harus gimana, gue gak tahu harus nyalahin siapa disaat kaya gini, gue gak bisa nyalahin Bunda dan Kak Reihan juga punya alasan kuat untuk tindakannya.

Gak bisa menyalahkan Bunda bukan berarti gue membenarkan sikap Kak Reihan, mungkin Bunda salah karena ucapannya tapi Kak Reihan gak sampai harus ngancurin masa depan gue sama Kak Rendra.

"Jadi ini alasannya Kakak gak bisa membenci Kak Reihan walaupun Kak Reihan mukul Kakak waktu itu?" Yang ini gue tahu dari Iky.

Iky cerita, setelah tahu kalau Kak Reihan pelakunya Kak Rendra cukup terpukul waktu itu, bukannya mendatangi Kak Reihan penuh emosi, Kak Rendra ngurunh diri di kamar untuk beberapa hari.

Berdiam diri dan mempertimbangkan semuanya, Kak Rendra nemuin Kak Reihan dengan keadaan yang jauh lebih tenang, Kak Rendra gak mau melakukan kesalahan yang sama, bertindak ketika emosi itu gak guna.

"Apapun alasan Reihan ngelakuin itu Kakak gak bisa berbuat apapun, walaupun yang terlihat sekarang adalah kita yang menjadi korban tapi disatu sisi, Reihan juga kehilangan hal paling berharga."

"Karena emosinya saat itu, Reihan kehilangan kamu dan Reihan kehilangan Kakak juga."

Dari awal, Kak Rendra juga berkata akan melepaskan gue kalau waktunya tiba, walaupun gue menikah dengan Kak Rendra, saat itu Kak Reihan belum kehilangan gue tapi sikapnya yang membuat seakan dia sendiri yang memberikan gue untuk Kak Rendra.

"Dan untuk alasan kenapa Kakak gak bisa  membenci Reihan itu karena bagaimanapun awalnya, kenyataannya tetap sama, Reihan kehilangan lebih banyak."

"Tapi harusnya Kakak juga gak diem waktu di pukul Kak Reihan, Kakak juga gak salah." Kak Rendra bisa memghindar kalau sama Kak Reihan.

"Kakak berhak untuk itu karena sekarang, Kakak benar-benar merebut kamu dari Reihan."

"Kakak gak mungkin melepaskan Ibu dari anak-anak Kakak untuk laki-laki lain walaupun laki-laki itu sahabat Kakak sendiri."

"Walaupun laki-laki lain itu mungkin adalah orang yang masih sangat dicintai oleh Ibu dari anak-anak Kakak sendiri."

In My World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang