"Satu lagi, Aya juga udah mutusin untuk tinggal bareng Kakak." Gue yang akan masuk ke keluarga Kak Rendra.
"Kamu yakin?" Gue mundur beberapa langkah dan memperhatikan Kak Rendra dengan tatapan sedang menilai, harus gue apain lagi suami gue sekarang?
"Kenapa Kakak selalu nanya Aya yakin apa enggak? Sebenernya Aya yang gak yakin atau Kakak sendiri?" Tanya gue nepuk lengan Kak Rendra cukup keras.
"Kakak nyuruh Aya percaya sama Kakakkan? Kakak nyuruh Aya berhenti mikirin hal yang gak pentingkan? Kakak gak mau Aya kepikirankan?" Kak Rendra malah menyipitkan mata menatap gue.
"Aya percaya sama Kakak, baik itu dulu, sekarang atau masa yang akan datang tapi Aya minta maaf kalau Aya gak bisa nurutin permintaan Kakak untuk gak kepikiran, Aya gak bisa." Itu gak mungkin.
"Karena Aya gak bisa berhenti mikir makanya Aya mutusin untuk nyari penyelesaian masalahnya secepat yang Aya bisa." Duduk nunggu bukan style gue, masalah gak akan selesai tanpa usaha apapun.
"Jadi Aya juga minta tolong sama Kakak, biarin Aya ngelakuin apa yang Aya mau, Aya tahu Kakak khawatir tapi Aya juga yakin, selama Kakak ada, semuanya bakalan baik-baik aja."
"Semua masalah ada penyelesaiannya, setiap sakit juga pasti ada obatnya, begitupun sakit hati, ada obatnya, obatnya itu waktu, waktu akan mengikis masa lalu, waktu akan melukiskan perjalanan hidup kita selanjutnya." Gue mengedipkan mata gue yang membuat Kak Rendra menyunggingkan senyum tipisnya.
"Aya benerkan?" Kak Rendra mengangguk pelan.
"Kamu belajar ngomong manis kaya gini dari siapa?" Tanya Kak Rendra mengusap balik pipi gue.
Tersenyum menatap Kak Rendra, gue maju memeluk Kak Rendra dan menghapus jarak diantara kita berdua, menyandarkan kepala gue di dadanya sembari memejamkan mata gue tenang.
"Aya belajar dari cara Kakak menenangkan Aya selama ini." Lirih gue mengeratkan dekapan gue.
.
.
."Kalau kamu gak mau ikut Kakak pindah, kamu mau tinggal disini sama siapa Dek?" Tanya gue karena Iky nolak ikut pindah bareng gue ke tempat Kak Rendra.
"Iky sendirian juga gak papa Kak, Iky bukan anak kecil lagi jadi Kakak gak perlu pasang muka melas begitu, Iky beneran gak papa." Jawab Iky sangat meyakinkan.
Gue tahu Iky bisa tinggal sendiri, gue juga tahu pasti alasan Iky gak mau ikut pindah itu apa, terlalu banyak kenangan Bunda yang akan Iky tinggalkan kalau seandainya dia ngikutin gue sama Kak Rendra pindah.
Lagian posisi Iky juga beda, gue ikut karena memang tugas gue ikut kemana suami gue pergi tapi Iky bisa milih, kalau pilihan Iky sekarang menolak pindah gue bisa apa? Maksa mau gue ke Iky? Itu gak mungkin.
"Tapi Kakak gak enak hati ninggalin kamu sendirian Dek." Ucap gue jujur.
Walaupun sekarang Iky bukan anak kecil lagi tapi Iky masih tetap anak-anak bagi gue, ada banyak hal yang harus gue pertimbangin kalau harus ninggalin Iky tinggal sendirian, adik selamanya adik, saudara kandung gue juga cuma Iky sekarang.
"Kak!" Lirih gue menatap Kak Rendra minta bantuan, bantuin bujukin Iky untuk ikut kita berdua.
"Ky! Apa gak bisa kamu pertimbamgin lagi? Kakak kamu gak akan tenang kalau ninggalin kamu sendirian." Kak Rendra buka suara.
"Mas! Kakak harus khawatir kenapa? Kalaupun Mas sama Kakak ada dirumah, Iky tetap mandi, makan sama tidur sendiriankan? Kalian pindah itu gak ada bedanya." Dan gue langsung melemparkan bantal ke kepala Iky.
Ya memang semuanya sama tapi bukan itu yang gue maksud, kenapa belakangan otak Iky makin ngaco? Omongannya memperlihatkan dengan jelas kalau isi kepala Iky itu makin bobrok.
"Sakit Kak, nah ini ni salah satu alasannya kenapa Iky gak keberatan Kakak pindah, kalau kalian pindah, setidaknya gak ada yang ngelemparin bantal ke arah Iky." Iky ngelempar balik bantalnya tepat kearah muka gue.
"Gak usah kebanyakan alesan, ayo ikut pindah Dek, susah banget di bilangin." Ngebujuk Iky itu kudu rada maksa kayanya, apa harus gue ancem dulu baru ni anak mau nurut secara damai sama kemauan gue? Apa harus?
"Kak! Iky beneran bisa sendiri, kalau memang kalian sebegitu khawatirnya, kenapa gak biarin Mas Rendra aja yang ikut tinggal bareng kita? Kamar kosong banyak." Ya! Kenapa malah ngebahas ini lagi? Bikin perasaan gue kacau balik tahu gak?
Gue udah mutusin pilihan gue jadi gue gak boleh nyerah sekarang karena ucapan Iky, Kak Rendra pindah ikut gue mungkin pilihan yang terdengar lebih baik tapi percaya, suasana dirumah Kak Rendra bakalan kacau.
"Mas udah ngasih pilihan ini ke Kakak kamu ta--"
"Gimana baikkan aja." Potong gue bangkit ninggalin Iky sama Kak Rendra, kalau di lanjutin gue takut Iky bakalan curiga, Iky bakalan sadar kalau ada yang aneh.
Dikamar, gue mulai menggigiti ujung kuku gue dengan pemikiran masih mikir gimana kalau seandainya Iky beneran gak mau ikut pindah? Ngebiarin Iky tinggal sendirian beneran gak ada dalam rencana gue.
"Ay! Mau denger saran Kakak?" Tanya Kak Rendra yang ternyata ikut nyusulin gue ke kamar, gue beralih duduk menghadap Kak Rendra sebagai tanda gue mau denger sarannya.
"Iky bukan anak kecil lagi, kalau memang Iky gak mau ikut, kenapa kamu gak nyoba ngasih dia kesempatan untuk tinggal sendirian, biarin Iky nyoba ngurus semuanya sendirian." Ucap Kak Rendra menatap gue lekat.
Gue menatap Kak Rendra setelah menunduk beberapa detik dengan pemikiran menimbang, apa bisa gue ngelepasin Iky tinggal sendirian? Gak ada yang ngurus makan sama pakaiannya Iky.
"Lagian bukannya suatu saat Iky juga akan punya keluarganya sendiri? Iky gak mungkin selamanya tinggal bareng kitakan? Kenapa gak ngegunain kesempatan ini baik-baik?" Apa Iky bisa?
Saat ini gue sama sekali belum mikir sejauh itu, memang suatu saat Iky akan menikah dan punya keluarganya sendiri tapi itu bukan sekarang, gue masih belum bisa ninggalin Iky sendirian terlebih setelah Bunda gak ada.
"Tapi Kak--"
"Iky bakalan baik-baik aja, lagian kita masih bisa sering-sering ngejengukin Iky kan? Iky juga bisa dateng ke rumah, itu bukan hal sulit." Pada akhirnya gue mengangguk pasrah.
Gue gak mungkin maksa dan gue juga gak bisa milih, gue gak mau keadaan makin rumit cuma karena keinginan gue, mungkin Kak Rendra bener, Iky bakalan baik-baik, gue gak perlu sekhawatir itu, banyak hal yang harus gue pertimbangin.
"Jadi sekarang kamu setuju pindah?" Gue mengangguk mengiyakan.
"Mas! Kak! Iky masuk ya." Suara Iky ngetuk pintu kamar, mendapat jawaban dari Kak Rendra, Iky membuka pintu perlahan memperlihatkan cengirannya ke gue.
"Kenapa Ky?" Tanya Kak Rendra.
"Okey, Iky akan ikut kalian pindah." Kenapa mendadak berubah pikiran?
KAMU SEDANG MEMBACA
In My World (END)
Romance"Bahkan jika dunia berubah, Kakak masih akan memandang, menjaga, menyayangi dan mencintai kamu dengan cara yang sama." "Seberapa jauh kamu akan pergi dengan hati yang terluka itu? Apa pergi akan memperbaiki keadaan?"