"Kamu ngapain makan dilantai Ay?" Asli gue keselek angin sama pertanyaan Kak Rendra sekarang, kapan Kak Rendra bangun?
"Kamu nangis?" Tanya Kak Rendra ikut kaget begitu mendudukkan tubuhnya dihadapan gue.
"Ini keselek nasi, kan Kakak barusan ngagetin, kalau gitu Aya turun dulu." Mengusap air mata gue cepat, gue bangkit dan turun ke bawah meninggalkan Kak Rendra dengan tatapan anehnya.
Keluar dari kamar, gue udah merutuki diri gue sendiri masih dengan air mata balik ngalir, apes banget gue, udah susah-susah makan diem-diem lah malah kepergok tepat didepan mata.
Semoga aja Kak Rendra percaya gue keselek barusan, kalau Kak Rendra gak percaya terus nanya alasan gue nangis kenapa? Mau jawab apa coba? Masa mau bilang gue nangis karena kudu makan diem-diem cuma karena mau ngeliatin mukanya dia, kan gak lucu.
Masih dengan mata sembab, gue duduk di dapur dan melanjutkan makan gue, makan dalam diam, gue hanya menatap piring gue dengan pemikiran mulai melayang kemana-mana lagi, sampai kapan gue harus bertahan disituasi kaya gini?
Meletakkan sendok, gue berniat ngambil susu kotak gue sebelum kedatangan Kak Rendra membuat gue cukup kelimpungan, nepuk pelan wajah gue seakan masih belum percaya kalau yang berjalan ke arah gue sekarang beneran Kak Rendra.
"Kamu bohong waktu Kakak tanya udah makan apa belum tadi?" Tanya Kak Rendra membuka kulkas.
"Aya gak bilang udah makan juga tadikan? Bohong dari segimananya?" Tanya gue balik.
"Dari dulu memang pinter ngejawab." Gue memaksakan senyuman gue karena memang itu kenyataannya.
"Kakak sendiri kenapa turun?" Kak Rendra gak mungkin ikut kelaperan kaya guekan?
"Makan sama minum susu kamu!" Kak Rendra meletakkan segelas susu dan ikut mendudukkan tubuhnya tepat dihadapan gue.
Mendapati Kak Rendra duduk tenang dihadapan gue entah kenapa mata gue balik berkaca-kaca, tadi dengan susah payah gue makan diem cuma untuk bisa ngeliatin mukanya tapi sekarang Kak Rendra malah duduk tepat dihadapan gue, asli kenapa mendadak gue jadi baperan kaya gini?
"Kenapa nangis Ay? Kakak bikin salah? Kalau iya Kakak minta maaf." Gue menggeleng cepat, Kak Rendra gak salah apapun, gue yang bermasalah.
"Dasar labil, habisin makanan sama susu kamu, Kakak tungguin." Gue menggangguk mengiyakan.
.
.
."Loh Ky, kenapa masih dirumah?" Tanya gue heran, bukannya Iky janjian ketemu Mas Galang di kantor pagi ini?
"Mas Galang gak bisa dihubungin dari semalem, Kakak gak ngelabrak Mas Galang sampai Mas Galang milih kabur dadakan kaya ginikan?" Tanya Iky antusias, gue menatap Iky kesal sekarang, sembarangan banget kalau nebak.
"Masalah lebih yang lebih penting banyak, kapan Kakak punya waktu buat ngelabrak tu orang Dek?" Gue gak kemana-mana lagi kemarin, perjalanan gue panjang banget semalam, kapan gue keluar buat nemuin Mas Galang.
"Kak! Mas Galang kayanya suka sama Kakak." Gue yang memang lagi minum langsung muncrat kemana-mana.
"Mulut Ky mulut, sembarangan banget." Gue ngusap bibir gue yang belepotan, setiap kali Iky ngomong gue harus punya persiapan jantung kuat kayanya.
"Sampe kelesek gitu, Kakak sebenernya sadarkan? Udah ngaku aja, Mas Rendra aja tahu masa Kakak enggak, iya gak Mas?" Gue langsung berbalik dan mendapati Kak Rendra berdiri di belakang gue dengan pakaian udah rapi.
"Nah liat, Mas Rendra aja udah gak kaget." Lanjut Iky dan gue yang ikut memperhatikan sikap biasa Kak Rendra juga gak bisa nutupin keterkejutan gue, sebiasa itu?
"Tapi gak papa sih Mas, gak ada yang perlu Mas khawatirin, Mas juga gak perlu cemburu, Kak Aya gak suka balik soalnya, jadi aman, lagian Mas lebih banyak pendukungnya jadi gak bakalan ditikung." Reflek gue nepuk mulut Iky yang membuat Kak Rendra menyunggingkan senyumannya.
"Kakak mau kemana?" Tanya gue karena Kak Rendra memang udah rapi, mau ke kampuskah?
"Kakak ke kantor Papa sebentar, malam ini mungkin Kakak juga nginep dirumah jadi kamu gak usah nunggu." Jawab Kak Rendra masih dengan senyuman yang sama.
Walaupun mendadak perasaan gue berubah aneh tapi gue tetap mengiyakan dengan senyuman yang ikut gue perlihatkan, Kak Rendra memang gak selalu nginep disini dan keluarga gue juga tahu jadi gue harus kecewa kenapa?
Tapi bentar, gue barusan bilang apa? Kecewa? Gue? Kenapa harus? Sadar Ay sadar, kelakuan lo belakangan makin gak terkondisikan, kenapa mendadak lo jadi mau mepet Kak Rendra terus? Sadar Ay sadar, jangan gila sekarang.
"Kakak kenapa bengong? Gak mau nganterin Mas Rendra kedepan?" Tanya Iky nepuk pelan bahu gue, lamunan gue ambyar.
Memperhatikan Kak Rendra yang sedang memakai sepatunya, gue kembali mematung dan hanya berani memperhatikan, mau ngomong takut salah dan berakhir dengan baperan sendiri lagi, tar ribet.
"Kenapa lagi?" Tanya Kak Rendra memperhatikan gue aneh, gue hanya menggeleng karena gak punya jawaban apapun, gue memang gak punya jawabannya.
Mendadak semuanya berasa aneh, gue gak tahu apa yang salah, gue cuma ngerasa kalau perasaan gue mendadak berubah setiap kali Kak Rendra gak ada, gue ngerasa kecewa setiap kali Kak Rendra terkesan gak peduli.
"Ay! Kakak tanya kamu, apa kamu sadar kalau belakangan ini sikap kamu beneran aneh?" Aneh? Kalau gue aja bisa sadar, Kak Rendra juga pasti sadar dengan perubahan sikap gue karena dia fokus utama gue sekarang.
Sebelumnya sewaktu gue belum tahu alasan Kak Rendra bersikap jahat, gue memang terlihat gak perduli tapi gue sama sekali gak pernah ngusir Kak Rendra pergi kalau nginep dirumah dan sekarang setelah tahu alasan Kak Rendra, keinginan gue malah semakin menjadi.
"Ay! Kamu jangan ngebuat Kakak bingung bisakan? Kamu kenapa?" Kak Rendra menatap gue cukup lekat, duh tatapannya aja bisa ngebuat gue gak tenang begini.
"Kakak bingung kenapa?" Tanya gue balik, memang Kak Rendra harus bingung kenapa dengan sikap gue?
"Kakak yang lebih dulu nanya kamu." Ish, kelakuannya juga gak berubah, gak bisa apa sesekali gak perhitungan sama gue?
"Aya juga gak tahu Aya kenapa?" Kak Rendra malah tertawa kecil dengan jawaban gue, kenapa? Ada yang lucu.
"Kamu gak mungkin gak tahu Ay, itu diri kamu sendiri, kamu gak tahu atau gak mau ngasih tahu Kakak? Jawab yang bener." Kak Rendra akan selalu tahu, pertanyaan bener banget, gue bukannya gak tahu tapi gak berani ngasih tahu.
"Kakak beneran mau tahu?" Tanya gue memastikan dan Kak Rendra mengangguk dengan yakin.
"Apa? Buruan? Kakak ditungguin Papa." Gue mendekat ke Kak Rendra dan membisikan sesuatu?
"Hah?" Kaget Kak Rendra menatap gue setengah takjub, setengah horor.
"Nah kan? Nyesel Aya kasih tahukan? Makanya jangan banyak tanya." Cicit gue setengah kecewa, setengah kesal.
"Itu bukan cuma tanggungjawab kamu, Kakak juga ambil andil, harusnya kamu ngomong lebih awal Ay, Kakak gak akan ngebiarin kamu sendirian, maaf." Dan tatapan Kak Rendra berubah, berubah menjadi sangat lembut.
"Kakak beneran gak bisa nginep disini malam ini." Ulang Kak Rendra terlihat mempertimbangkan sesuatu.
"Aya ngerti, gak papa." Gue ngerti.
"Tapi kalau memang kamu gak keberatan, kamu bisa ikut Kakak nginep di rumah Papa sama Mama malam ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
In My World (END)
Romance"Bahkan jika dunia berubah, Kakak masih akan memandang, menjaga, menyayangi dan mencintai kamu dengan cara yang sama." "Seberapa jauh kamu akan pergi dengan hati yang terluka itu? Apa pergi akan memperbaiki keadaan?"