(24)

2.5K 436 32
                                    

"Walaupun laki-laki lain itu mungkin adalah orang yang masih sangat dicintai oleh Ibu dari anak-anak Kakak sendiri." Gue mengkaku ditempat dengan ucapan Kak Rendra barusan.

Apa selama ini masalah inilah yang menjadi petimbangan Kak Rendra? Perasaan gue sekarang gimana? Masih mencintai Kak Reihan atau berubah menjadi kebencian setelah ini semua?

"Kakak nyindir Aya?" Tanya gue merasa bersalah.

"Bukan! Kakak cuma mau kamu ngerti, alasan Kakak belum bisa mencintai kamu adalah ini, Kakak gak tahu perasaan kamu sebenernya untuk siapa." Gue masih menatap Kak Rendra mendengarkan.

"Setiap kali kamu minta sesuatu atau hal aneh belakangan ini, Kakak selalu nanya ini mau siapakan? Kakak cuma takut, sikap manja dan bergantung kamu ke Kakak sekarang hanya bawaan bayi, kamu ngerti maksud Kakak?" Walaupun gue diam tapi gue ngerti.

Kak Rendra terlihat meragu karena memang meragukan perasaan gue sekarang, sikap gue sekarang beneran tulus atau memang ini hanya kandungan gue? Perasaan gue yang sebenernya untuk siapa?

Kak Rendra masih berdiri ditempat, Kak Rendra gak menjauh tapi juga berubah mendekat ke sisi gue, dibalik semua sikap perhatiannya tetap ada jarak yang gak bisa gue lihat.

Sikap Kak Rendra hanya cara untuk menjaga perasaannya sendiri, kalau ternyata hal yang gue sama Kak Rendra takutkan kejadian gimana? Gimana kalau sikap gue sekarang memang hanya perasaan sesaat? Bukan gue yang akan terluka tapi Kak Rendra.

Lagi-lagi Kak Rendra yang akan terluka demi gue, kalau perasaan dan sikap gue balik untuk Kak Reihan seperti yang dulu, Kak Rendra akan gimana? Apa gue bisa membiarkan Kak Rendra terluka karena sikap plin-plan gue?

Lantas gimana dengan Kak Reihan sendiri? Apa gue masih mencintai Kak Reihan? Setelah ucapan Kak Rendra barusan gue juga mikir ulang perasaan gue, apa gue bisa melupakan Kak Reihan secepat itu? Siapa yang sebenernya ada dihati gue?

"Aya nyusahin lagikan?" Lirih gue tertunduk, untuk natap Kak Rendra aja gue gak berani.

Gue mengeluh dengan sikap Kak Rendra yang kurang perhatian tapi lagi dan lagi, gue sendiri gak pernah mikirin posisi Kak Rendra, gue yang egois, gue yang gak pernah mentingin perasaan Kak Rendra sama sekali.

Berada ditengah gue dan sahabatnya, Kak Rendra bahkan nerima semua pukulan Kak Reihan juga karena rasa bersalah, Kak Rendra juga korban tapi kenapa dari semua penyelesaian yang gue punya malah membuat Kak Rendra semakin menderita?

Solusi? Yang terbaik? Itu sebenernya untuk siapa? Apa solusi terbaik hanya untuk diri gue sendiri? Bukannya solusi terbaik juga harus Kak Rendra terima? Mentingin diri sendiri jelas bukan solusi terbaiknya.

Tanpa sadar, gue kembali menempatkan Kak Rendra sebagai jalan penyelesaian teraman gue, gue mau Kak Rendra merhatiin gue tapi gue gak pernah mikirin beban dipundak Kak Rendra yang sekarang juga cukup banyak.

"Kakak gak pernah mikir kamu nyusahin Ay, Kakak cuma mau kamu mikirin yang terbaik untuk kamu sendiri, Kakak memang memilih mempertahankan kamu tapi kamu juga berhak memilih apa yang menurut kamu baik." Kak Rendra mengusap kepala gue menenangkan.

"Kakak mempertahankan kamu karena menurut Kakak itu yang terbaik tapi Kakak sama sekali gak tahu yang baik menurut kamu gimana?" Kak Rendra bahkan masih bisa menyunggingkan senyumannya untuk gue.

Kenapa selalu gue yang menerima? Bukannya suami istri itu harus berbagi? Gue ngomong kalau gue milih mempertahankan Kak Rendra tapi mikirin hal terbaik untuk Kak Rendra aja gue gak pernah.

Selama ini, selalu aja Kak Rendra yang mikirin semua yang terbaik untuk gue, untuk anak kita, apa bisa gue bersikap semakin gak tahu diri dengan terus mengabaikan perasaan Kak Rendra sekarang?

"Kak! Jujur, sekarang Aya juga gak tahu gimana perasaan Aya sama Kak Reihan sekarang tapi itu udah gak penting."

"Yang terpenting untuk Aya sekarang cuma anak kita dan Kakak, lagian Aya gak akan mau balik dengan laki-laki kaya Kak Reihan, laki-laki yang akan melakukan apapun disaat dia merasa disakiti." Gue juga mau berpikir logis.

Gue gak mungkin melepaskan laki-laki yang bersedia mengorbankan kepentingan dan kebahagiannya demi gue cuma untuk kembali dengan laki-laki yang bisa melakukan apapun disaat dia merasa dirugikan.

Penilaian orang tua gak mungkin salah, Kak Reihan bukan yang terbaik untuk jadi pendamping gue, Kak Reihan gak akan bisa berdampingan bareng gue dengan sikapnya yang kaya gini.

Mungkin Kak Reihan memang tulus mencintai gue tapi sikapnya yang mudah emosi juga gak bisa gue terima, kalau gue harus melepaskan cinta gue demi laki-laki yang lebih baik, gue akan berusaha keras untuk itu.

Ini semua bukan lagi cuma pekara perasaan gue untuk siapa tapi sekarang gue harus memilih, gue bukan melepaskan Kak Reihan karena gue mendapatkan laki-laki yang lebih baik tapi gue berpaling dari Kak Reihan karena dia sendiri yang mendorong gue untuk menjadi milik laki-laki lain.

"Kak! Kakak salah untuk satu hal, Kakak salah kalau mikir Kakak yang ngerebut Aya dari Kak Reihan tapi Kak Reihanlah yang memberikan Aya untuk menjadi milik Kakak dengan cara bodohnya."

"Jadi berhenti merasa bersalah dan Kakak gak perlu nahan diri didepan Kak Reihan, Kak Reihan juga berhak mendapatkan pukulan yang sama sakitnya."

"Aya juga gak mungkin melepaskan Ayah yang begitu baik untuk anak Aya nanti cuma karena mengikuti perasaan Aya sendiri." Ini jawaban gue sekarang.

Gue memilih mempertahan Kak Rendra dan melepaskan masa lalu gue, bagaimanapun awal mulanya gue sama Kak Rendra menikah itu udah gak penting untuk dibahas, intinya, sekarang gue yakin kalau Kak Rendra adalah yang terbaik untuk gue.

"Kalau Kakak masih meragu untuk belajar mencintai Aya, Kakak gak perlu khawatir dan Kakak gak perlu ngelakuin apapun." Gue menangkup kedua pipi Kak Rendra untuk menatap mata gue.

"Kita berdua bisa sama-sama berdiri di tempat, Kakak berdiri ditempat Kakak sekarang dan Aya akan belajar melepaskan masa lalu Aya lebih dulu." Gue akan merelakan perasaan gue untuk Kak Reihan, gue harus.

"Dan kalau saatnya tiba dan Kakak masih meragu, Aya yang akan berlari ke arah Kakak jadi jangan khawatir, Aya gak akan menjadikan laki-laki lain sebagai tujuan akhir Aya." Gue menyunggingkan senyuman gue.

"Heummm, Kakak ngerti." Kak Rendra ikut menggenggam tangan gue yang ada dipipinya sembari membalas senyuman gue.

"Kamu kuliahkan? Yaudah Kakak anterin." Gue mengiyakan.

"Oya Kak! Satu lagi." Gue nahan lengan Kak Rendra yang berniat bangkit untuk balik duduk ditempat.

"Apa lagi sekarang Aya?" Kak Rendra menghembuskan nafas panjang dan gue hanya nyengir gak karuan.

"Izinin Aya ketemu Kak Reihan."

In My World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang