(27)

2.6K 453 31
                                    

Hampir seminggu berlalu, hampir seminggu itu juga Kak Rendra terus nginep dirumah gue, awalnya gue udah nanya apa Mama gak papa kalau Kak Rendra nginep disini terus? Mamanya pasti kangen secara Kak Rendra itu cuma anak semata wayang.

"Kak! Kakak beneran gak nginep dirumah Mama malam ini? Ini udah hampir semingguan Kakak nemenin Aya terus." Gue meletakkan tugas kuliah gue dan narik mendorong kursi belajar gue ke arah sofa.

"Kamu ngusir Kakak?" Lah kenapa malah ini intinya? Kak Rendra tersenyum dan narik kursi gue untuk lebih dekat sama dianya.

"Kalau ngikutin maunya Aya ya Kakak mendingan pindah tinggal disini sekalian tapi Mama gimana?" Gue tertawa kecil menatap Kak Rendra manis, beberapa hari terakhir gue memang lebih blak-blakan mengutaran keinginan gue.

"Kakak akan cari waktu untuk bicara sama Mama, Papa udah ngejelasin seadaannya jadi Kakak yakin, Mama akan ngerti jadi kamu jangan khawatir." Mengusap helaian rambut gue pelan, Kak Rendra malah menatap gue cukup lama, menggenggan kedua lengan gue dengan tatapan yang gak bisa gue jelasin.

"Kenapa ngeliatin Aya sampai kaya gitu? Ada yang aneh? Aya gendutan ya?" Gue mulai nyubitin pipi gue sendiri karena memang ngerasa berat badan gue mulai nambah.

"Kamu memang udah gendutan dari dulu, masih berasa kurus?" Ish, gue nyubit lengan Kak Rendra dan berbalik mendorong kursi gue ke meja belajar, mending ngelanjutin tugas kuliah gue.

"Kakak becanda Ay! Kamu gak gendut, cuma cubby dikit." Kak Rendra bangkit dari duduknya dan berdiri dibelakang kursi gue duduk, meletakkan kedua tangannya di bahu gue dengan tawa tertahan.

"Aya males ngeladenin Kakak kalau lagi kaya gini, sukanya ngeledekin terus, Kakak laper gak?" Gue menggenggam tangan Kak Rendra yang ada dibahu gue dan mengalungkannya dengan tatapan mulai menengadah memperhatikan Kak Rendra.

"Kamu nanya Kakak apa memang kamu yang laper?" Gue langsung cengengesan, kali ini gue gak akan ngejadiin anak gue alasan lagi, ini adalah keinginan gue, mungkin anak gue juga, haha.

"Mau makan dirumah atau keluar?" Wah, tawarannya menggiurkan tapi yang gue permasalahkan sekarang bukan tempatnya tapi siapa yang masaknya.

"Mau makan dimana aja terserah tapi masakin." Gue mengedipkan mata gue berkali-kali yang membuat Kak Rendra menatap gue rada gak yakin.

"Kamu mau Kakak yang masakin?" Dan gue menggeleng cepat.

"Terus?" Tatapan Kak Rendra berubah sedikit horor.

"Aya mau Iky yang masakin, Kakak bantuin Iky aja." Dan sekarang Kak Rendra beneran menatap gue gak percaya, ya salah sendiri siapa suruh tadi nawarin makan? Jadi banyak maunyakan sekarang? Harusnya pas gue nanya laper langsung di sumpel pake makanan jadi gak bakalan mau yang aneh-aneh.

"Kamu mau Iky yang masakin? Jam segini? Iky mungkin udah tidur Ay, Kakak aja begadang untuk nemenin kamu yang masih belum bisa tidur." Kak Rendra membalikkan kursi gue dan berlutut dihadapan gue dengan tatapan merayu.

"Besok aja kita minta Iky masaknya ya, sekarang biar Kakak sendiri yang masak, ini udah kemaleman kalau mau ngebangunin Iky." Bujuk Kak Rendra yang gue balas dengan gelengan.

"Iky juga pasti belum tidur, sejak kapan Iky tidur cepet Kak? Makanya kita cek ke kamarnya langsung, siapa tahu masih hidup orangnya." Ajak gue bangkit berdiri.

Walaupun dengan tatapan berat, Kak Rendra tetap bangkit dan mengikuti langkah gue keluar dari kamar dan beralih ngetuk pintu kamar Iky, ketukan pertama belum ada jawaban gue masih sabar tapi begitu ketukan ketiga kalinya gue belum ada respon, gue langsung nyelenong masuk.

"Kalian berdua ngapain di kamar Iky jam segini? Demo apa mau buka sesi curhat?" Tanya Iky melepaskan earphone-nya sembari menatap gue sama Kak Rendra kaget.

"Ayo masak, Kakak laper." Ajak gue santai, gue ngajak santai tapi reaksi Iky yang gak santai, Iky siap ngamuk kayanya.

"Kak! Kakak gak salah ngajak Iky masak jam segini? Liat jam Kak, ini udah mau tengah malem, Kakak gak takut makin gemuk?" Tanya Iky yang langsung gue hadiahi satu jitakan, Kak Rendra bahkan mengusap wajahnya sambilan geleng-geleng kepala memperhatikan gue sama Iky.

"Sakit Kak! Iya kali Iky yang harus masak jam segini? Kakak ngidam apa begimana? Kalaupun iya ngidam kenapa malah Iky yang kena? Mas Rendra yang berbuat tapi kenapa kesannya malah kaya Iky yang bertanggung jawab?" Protes Iky.

Gue hampir aja nimpuk balik kepala Iky kalau gak ada Kak Rendra yang nahan lengan gue, lagian Iky kalau ngomong memang suka mancing emosi, cuma minta dimasakin tapi kenapa pembahasannya malah melebar kemana-mana?

"Mas! Masa Iky sih Mas? Iky mana bisa masak? Masak air aja gosong." Iky protes ke Kak Rendra.

"Udah iyain aja, tar Mas bantuin, malam ini mau tidur gak?" Tanya Kak Rendra nepuk pundak Iky kuat.

"Ya mau ta__"

"Kalau gitu buruan turun, makin cepat kita kerja makin baik, malem udah larut banget jadi gak perlu kalian tambah ribet pake acara perdebatan kalian lebih dulu." Potong Kak Rendra mendorong Iky pelan untuk jalan keluar.

"Dasar nyusahin, untung sayang ponakan, awas kalau gak Kakak makan ya." Sepanjang jalan Iky jalan, mulai dari kamar sampai turun ke dapur, protesan Iky udah gak terhitung, gak terhitung tapi tetap gue abaikan, yang penting gue makan.

"Mau makan apa?" Tanya Kak Rendra masih dengan senyum tertahan.

"Apa aja kan udah Aya bilang tadi, yang penting Iky yang masak." Jawab gue beralih tersenyum manis ke Iky.

"Yaudah kalau gitu mie rebus." Iky langsung ngeluarin mie instan di lemari detik itu juga.

"Kamu ikhlas gak Dek? Masa mie instan? Gak bergizi banget." Kali ini gue yang protes, iya kali gue dikasih mie rebus, mie rebus doang gue sendiri juga jadi.

"Tapi kan mengenyangkan, mana ada orang makan jam segini masih mikirin itu makanan bergizi apa enggak Kak? Jam segini itu yang penting kenyang." Gue menghembuskan nafas panjang menatap Iky frustasi, mulutnya pinter banget memang.

"Kalian berdua bisa stop berdebat? Ky, kamu mau tidur apa enggak? Terus kamu Ay, mau makan apa enggak?" Tanya Kak Rendra menengahi, gue sama Iky sepakat mengangguk pelan.

"Bagus." Kak Rendra membuka kulkas dan ngeluarin beberapa bahan makanan, meletakkan bahan makanan didepan Iky dan memberikan satu susu kotak gue.

"Ky kalau mau tidur malam ini, lebih baik ikutin omongan Mas, masak yang gampang asal bukan mie instan." Walaupun mengiyakan tapi Iky tetap membebel melirik gue.

"Dan kamu Ay! Duduk dan tunggu, jangan banyak protes kalau mau makan sesegera mungkin." Dan gue yang kena.

In My World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang