"Iky nanya, susu ibu hamil yang biasa kosong, kamu mau yang lain?" Dan terjawab sudah kenapa raut wajah Kak Rendra berubah.
Sadar dengan tatapan gak biasa Kak Rendra, gue maju beberapa langkah yang membuat Kak Rendra malah menatap gue semakin tajam, apa Kak Rendra akan marah gue cukup parah kali ini?
"Kak! Aya bisa jelasin semuanya." Ucap gue yang membuat gue sendiri terpaku untuk sesaat.
Kalimat ini adalah kalimat yang selalu semua orang ucapin ke gue kalau mereka melakukan kesalahan, mereka berbicara kalau mereka akan memberikan penjelasan dan sekarang gue malah mengeluarkan ucapan yang sama, mengeluarkan ucapan yang sama dalam artian gue juga melakukan kesalahan.
"Penjelasan? Maksudnya Iky apa? Susu hamil? Kamu bohong sama Kakak?" Tanya Kak Rendra melemparkan handphone gue ke sembarangan, jujur gue cukup kaget dengan reaksi Kak Rendra.
"Kalau Aya gak ngelakuin itu, sampai sekarang Kakak pasti masih bingung dengan perasaan Kakak sendirikan?" Ini alasan gue, apa gue salah?
Kalau gak dengan cara bohong kaya gini, Kak Rendra pasti masih berlarut mikirin perasaannya sendiri, Kak Rendra gak akan pernah punya waktu untuk mikirin sebenernya alasannya bertahan disisi gue itu apa.
"Apapun alasan kamu tapi cara kamu salah Ay!" Gue sadar kalau cara gue salah tapi gue akan tetap ngelakuin hal yang andai gue bisa mutar ulang waktu sekalipun.
"Apa harus kamu bohong kaya gini? Apa kamu sama sekali gak mikirin perasaan Kakak sedikitpun? Seberapa hancur Kakak begitu tahu kalau kamu keguguran?" Kak Rendra mengusap kasar wajahnya memperhatikan gue.
"Maaf tapi Aya gak punya cara lain." Gue juga gak punya pilihan lain selain menggunakan cara kaya gini, Kak Rendra gak akan bisa mikir kalau terus mempertimbangkan anak dalam kandungan gue.
"Ay! Kamu bener-bener--" Kak Rendra bahkan gak bisa melanjutkan kalimatnya memperhatikan gue.
"Aya minta maaf karena Aya bohong tapi Aya gak menyesal untuk apa yang udah Aya lakuin, karena Aya bohong makanya Kakak bisa ngasih jawaban yang selama ini ingin Aya pastikan." Gue mendapatkan apa yang ingin gue tahu.
"Kalau akhirnya Kakak gak milih kamu, apa kamu mau nyembunyiin masalah ini dari Kakak selamanya?" Pertanyaan Kak Rendra yang membuat gue terdiam tanpa jawaban.
Tatapan gue yang awalnya menatap Kak Rendra penuh keyakinan pada akhirnya berakhir tertunduk tanpa jawaban, gue sama sekali gak mikir sampai kesini, yang gue tahu cuma mastiin perasaan Kak Rendra, gue sama sekali gak mikirin kemungkinan terburuknya.
"Kalau Kakak gak milih kamu dan percaya gitu aja kalau kamu keguguran gimana Ay? Kalau Kakak terlanjur melepaskan kamu dan bersama dengan perempuan lain, kamu dan anak kita akan gimana apa kamu pernah mikir?"
"Kalau Kakak gak milih kamu, apa kamu gak akan punya penyesalan apapun? Jawab Kakak." Gue masih belum punya jawaban apapun.
"Tapi akhirnya Kakak milih Ayakan?" Cicit gue yang membuat Kak Rendra mengcengkram kedua bahu gue kuat.
"Yang Kakak tanya apa kamu sama sekali gak mikirin nasib anak kita? Yang mau Kakak tahu apa kamu sama sekali gak menyesali perbuatan kamu? Apa kamu gak sadar kalau perbuatan kamu salah?" Tatapan tajam Kak Rendra masih sama, menatap Kak Rendra sekarang hanya akan membuat nyali gue semakin menciut.
"Ini yang selalu Kakak khawatirin, kamu nentuin sesuatu tanpa mikirin kemungkinan terburuknya." Kak Rendra melepaskan tangannya dari bahu gue dan berbalik mengahadap ke arah lain.
Kak Rendra beralih memperhatikan ke arah luar jalan dan mengusap wajahnya kasar setiap kali balik memperhatikan gue, Kak Rendra terlihat sangat kesal tapi menahan emosinya memperhatikan gue.
"Tapi apa kamu tahu hal yang semakin membuat Kakak kesal itu apa? Kakak tahu kamu salah tapi Kakak sama sekali gak bisa marah apalagi sampai membentak kamu." Gue tahu.
"Maaf!" Lagi dan lagi, gue malah seakan termakan dengan omongan gue sendiri, gue yang selalu protes setiap kali Kak Rendra minta maaf tapi sekarang malah gue yang terus ngulang kalimat itu sendiri.
"Jadi apa kandungan kamu baik-baik aja?" Kak Rendra menghembuskan nafas dalam sebelum beberapa detik kemudia mengusap kepala gue pelan.
"Heummm, anak kita baik-baik aja." Gue memberanikan diri menatap Kak Rendra.
.
.
.Setelah susah payah membujuk Kak Rendra untuk maafin gue, sekarang giliran gue sama Kak Rendra yang duduk berhadapan dengan Kak Reihan didepan kita berdua, gue sama Kak Rendra berhutang maaf.
"Kita semua gak akan bisa ngulang waktu tapi gue sama Aya tetap minta maaf, walaupun gue sama Aya gak berniat sama sekali nyakitin perasaan lo tapi nyatanya lo yang harus menderita itu juga sama, gue sama Aya minta maaf." Ucap Kak Rendra langsung.
"Aya juga minta maaf untuk alamarhumah Bunda, maaf untuk semua sikap dan ucapan kasar Bunda dulu Kak." Gue menambahi.
"Gue terima permintaan maaf lo dan gue sendiri juga minta maaf, gue melampiaskan kemarahan gue ke lo disaat gue tahu pasti ini semua perbuatan siapa." Kak Reihan juga gak kalah to the point.
"Untuk Bunda Kakak gak pernah mempermasalahkan apapun lagi Ay! Kamu gak perlu khawatir." Kali ini Kak Reihan tersenyum menatap gue.
"Walaupun semuanya gak bisa balik kaya dulu tapi gue harap lo bakalan pertimbangin lagi persahabatan kita Rei." Kak Reihan mengangguk mengiyakan dan senyum bahagia tercetak jelas diraut wajah Kak Rendra sekarang.
"Walaupun udah sangat telat, gue ngucapin selamat untuk pernikahan kalian, kali ini gue akan melepaskan tangan Aya, gue juga gak akan minta lo ngejagin Aya baik-baik karena selama ini lo memang lebih baik dari gue dalam hal ngejaga." Gue tersenyum pelan.
"Dan kamu Ay! Kakak juga udah denger semuanya dari Iky, jadi yang kemarin itu cuma bohong?" Gue melirik Kak Reihan gak enak.
"Lo tahukan seberapa begonya Aya kalau soal beginian?" Kak Rendra noyor kepala gue sekali.
"Karena begonya Aya makanya lo punya kerjaan ekstra terus, jadi ada bahan buat ngilangin stres lokan?" Disautin lagi sama Kak Reihan.
Ish! Sekarang gue istrinya atau masih dianggep Adik peremluannya sama Kak Rendra? Perasaan kelakuan saling menindas gak hilang-hilang dari dulu, gue di buli terus sama mereka.
"Tapi apapun, sehat selalu pokoknya." Gue mengangguk mengiyakan, gue berharap ini bakalan jadi awal yang baik, gue gak berharap kalau kedepannya gue sama Kak Rendra gak akan ngadepin masalah tapi setidaknya untuk sekarang gue bisa bernafas lega.
"Lo juga, sehat terus tar bisa ngebantuin gue pas Aya lahiran, kasian kalau Iky doang yang jadi korban." Gue langsung mukul lengan Kak Rendra cukup keras setelah ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My World (END)
Romance"Bahkan jika dunia berubah, Kakak masih akan memandang, menjaga, menyayangi dan mencintai kamu dengan cara yang sama." "Seberapa jauh kamu akan pergi dengan hati yang terluka itu? Apa pergi akan memperbaiki keadaan?"