C5M - 5. Sweet Seventeen

62 17 2
                                    

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍“Setiap kesalahan berhak mendapat pengampunan.”

***

“Vanya, lagi nungguin siapa, sih?”

“Temen Vanya, Mbak.” Hasna melirik pada Galen yang juga melihat padanya.

Sudah lima menit mobil sedan Galen menepi di pinggir jalan depan toko Kue Hasna. Dan sejak itu pula gadis yang resmi berumur 17 tahun itu  duduk menghadap ke belakang. Sepatu dilepas, kaki berbalut jeansnya bersila di jok mobil.

“Vanya mau nunggu sampe kapan?”

“Sebentar doang mbak, orangnya lagi di jalan.”

“Ya, tapi kenapa gak bilang ke mbak atau Mas Galen kalo kamu mau bawa temen.”

Vanya berbalik, tatapan dari Hasna dan Galen menyambutnya. Remaja itu memanggil nama Galen dengan manjanya. Ditambah dengan tatapan memohon di balik kacamata frame bulatnya.

“Kan pas itu Mas Galen yang bilang, kalo semaleman ini Vanya mau apa diturutin. Kata Mas Galen juga, kan Vanya yang jadi tuan putri khus—”

“Vanya ....” Wanita 26 tahun itu sedikit memelototkan matanya.

“Gak apa, Na.” Galen menyentuh sekilas lengan Hasna. “Emang kemarin aku janjiin ke Vanya begitu.”

Meski Galen memebela, Hasna tetap menggeleng memperingati. Seakrab apa pun keluarga mereka dengan Galen, tetap saja laki-laki itu bukan siapa-siapa. Dan apa yang baru saja dilakukan adiknya itu sudah keterlaluan.

“Iya, Vanya hari ini tuan putrinya, Mas sama Mbak Hasna cuma pengawal aja.”

Gadis itu tersenyum girang. “Vanya, sayang Mas Galen, deh.”

Galen tertawa lalu seraya mengangguk pada Hasna. Memberitahu kalau hal ini bukan jadi masalah. Tingkah kekanakan Vanya akan selalu diterima dengan hangatnya oleh Galen.

Dia terlalu banyak berbuat kebaikan pada keluargan Hasna. Sampai Hasna sendiri takut menerima lebih banyak lagi. Hasna ingin lepas, tapi bagaimana. Nama Galen bahkan sudah begitu lekat di telinga keluarganya. Dan jujur saja, Hasna sedikit tidak nyaman.

“Nah itu, orangnya udah dateng. Yess.”

Sebuah mobil memasuki pelataran tokoh kue Hasna. Vanya menyoraki kedatangannya. Betapa terkejutnya Hasna saat pintu kemudi di buka. Seorang dengan kemeja putih keluar dari SUV hitam.

Farhan. Orang itu benar dia.

Sedangkan, di bangku belakang, Vanya berteriak dengan akrab. Memanggil namanya, mengajak laki-laki itu masui ke mobil Galen.

“Boleh saya bergabung?”

Hasna dan Galen diam, masih tenggelam dalam keterkejutan. Vanya menggeser duduknya. “Boleh dong, kan Vanya yang ngajak Kak Farhan. Ayo, Kak Masuk. Hari ini Vanya jadi tuan putrinya. Jadi semua terserah Vanya.”

Dia tertawa renyah, lalu pintu ditutup setelahnya. “senang bisa mendapatkan kehormatan diundang ke acara nontonnya tuan putri.”

Hasna tak mengerti, bagaimana Vanya bisa begitu akrab dengan Farhan. Apa yang sedang terjadi sekarang. Berapa banyak hal yang tidak Hasna ketahui. Dan, apa yang sedang laki-laki itu rencanakan.

Hasna memandang kaca spion, Vanya dan Farhan terlihat begitu akrab. Hanya suara tawa dan obrolan mereka. Kembali memandang ke jendela disebelah kirinya. Tiba-tiba saja, sekelebat dugaan terlintas di kepalanya. Jangan-jangan Farhan memang benar-benar serius datang ke sini untuknya.

Cinta Satu JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang