C5M - 13. Terima dan Tolak

37 10 0
                                    

‍‍‍Hasna tau persis apa yang ibunya khawatirkan. Namun, ia juga tak bisa menikahi Galen. Soal keinginan ibunya agar Hasna segera menikah, ia sudah memikirkannya. Dan di sinilah dia, di meja coffe shop duduk berhadapan dengan Farhan.

“Mba Hasna, udah punya jawabannya?”

Iya, dia memilikinya. “Iya.”

Farhan mengangguk pelan. “Apa pun jawaban mba, kakak akan terima.”

Farhan bukannya berhenti untuk percaya dengan perasaan Hasna. Namun, berkat Vanya dia tau semuanya. Ibu Hasna, begitu menginginkan Galen sebagai pasangan Hasna. Dan Hasna sendiri, yang Farhan tau gadis itu sangat menatuhi ibunya. Apa pun yang ibunya inginkan, akan dia lakukan. Sekali pun Hasna tak suka. 

Gadis di hadapannya seperti menarik napas dalam-dalam. “Kak, aku terima lamaran kakak.”

Farhan menatapnya lurus dengan kelopak melebar. Gadis di depannya mengeluarkan sebuah kotak. Menyodorkannya pada Farhan.

“Pakein, Kak.”

Farhan balas tersenyum pada Hasna. Meraih benda itu, dia menyematkannya pada jari manis Hasna. Dia tersenyum lebar, setetes air mata luruh dari pipi gadisnya.

“Kenapa nangis, mba?”

“Kak, aku gak pernah nyangka hari ini akan terjadi. Dulu, saat aku kehilangan kontak sama kakak. Sku pikir, aku gak akan lagi mengenal kakak. Aku oikir semuanya udah berakhir saat itu. Tapi ... detik ini.”

“Ini takdir mba, kakak berjodoh sama mba.”

Hasna menuutp wajahnya dentan kedua telapak tangan. Menyembunyikan mtanya yang terus saja mengeluarkan cairan bening.

“Mba, maafin kakak karena pernah menghilang begitu lama. Maaf kalo selama ini mba ngerasa bingung dengan semua keputusan kakak. Maaf juga karena kakka sering memata-matai mba lewat Vanya.”

Hasna mengusap airmata, menghadapkan wajah penuh pada Farhan. “Kakak jahat.”

“Maaf, Mba. Dan terima kasih udah mau meneima lamaran kakak.”

Ivy mendadak teringat sesuatu. Menerima lamaran Farhan adalah langkah awalnya. Masih ada banyak hal yang harus Hasna selesaikan sendiri. Dan dia juga butuh bantuan Farhan.

“Tapi, Kak. Aku ..., aku gak bisa nikah dalam waktu dekat. Aku belum siap, ada banyak hal yang belum aku tau dari kakak dan banyak hal juga yang belum kakak tau tentang aku.” Hasna menunduk lalu melanjutkan kalimatnya lagi.

“Dan lagi, kita belum pernah mendiskusikan apa-apa soal kita berdua.”

Farhan tersenyum. Kedua tangan berbalut kemeja kerja yang digulung sebatas siku tersebut terlipat di atas meja. Dia sedikit memajukan tubuhnya. “Kakak gak masalah menunggu sampai beberapa bulan atau bahkan setahun dua tahun lagi sampai mbak Hasna bener-bener siap menikah.”

Gadis itu tersenyum kecil. “Sejujurnya kak, istilah nikah masih sangat jauh dari target aku. Aku ingin mengenal lebih jauh tentang kakak.”

Rona bahagia di wajah Farhan memudar. Namun, dia tak bereaksi apa-apa. “Apa kakak gak masalah dengan ini?” tanya Hasna lagi.

“Kenapa mbak Hasna berpikir kakak akan menolak? Kakak udah sejauh ini mencintai mbak, dan kakak udah berjuang sejauh ini. Cuma butuh bersabar, ini hanya soal waktu kan? Kakak udah bilang tadi. Penantian itu, gak akan jadi masalah.”

“Makasih, Kak.”

Lelaki itu mengangguk memamerkan kedua lesung pipinya. “Jadi, tentang kita. Apa yang pertama mau mba lakukan?”

Cinta Satu JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang