[ 3 ]

1.6K 151 15
                                    

🍁

-  pernah kehilangan  -

.
.

_________


"Drun sorry gue—"

"Bukan karena lo pacarnya lo bisa seenaknya!" Seru Vito, ia berbalik menatap marah pada Aran yang berdiri dibelakangnya, yang sedari tadi menggaungkan kata maaf setelah perselisihan panas, ya—tentang kejadian di pemakaman, ketahuilah Vito benar marah.

Vito menarik telunjuknya dari muka Aran, tatapannya benar-benar menusuk tajam. Hal yang sudah Aran duga sebelumnya, ini lah resiko jika ia membawa Fiony ke tanah Vito, di tak begitu mentolerir, tak peduli siapa seorang Fiony.

Vito tak pernah memberikan akses mengenai Ayahnya pada orang asing seperti Fiony. Meskipun status Fiony adalah adik tirinya, tetap saja Vito selalu menganggapnya orang asing. Sangat asing bahkan. Dan dia marah karena Aran memberikan akses itu dengan mudahnya.

"Drun, lo enggak bisa yah sekali aja paham sama perasaan mereka? Orang disekitar lo, orang paling dekat sama lo, keluarga lo sendiri."

"Lo tau siapa dia!" Mata tajam Vito sangat menusuk, dadanya naik turun dikuasi emosi, jika saja Vito tak melihatnya sebagai sahabat, mungkin Vito sudah membuat Aran babak belur sekarang. "Semua udah sangat asing, gue udah kehilangan jauh sebelum mereka datang. Lo paham itu."

"Tapi tante Shani butuh lo."

Vito terkekeh pelan, "kenapa lo terlalu ngurusin gue? Kenapa lo peduli banget sama nyokap gue? Sekarang gue tanya, gimana lo sama tante Anin? Huh—bukannya lo juga terlalu egois sama ngokap lo sendiri? Lo juga menghindarinya, lo juga perlu memperbaiki itu kan? Ran, lo enggak perlu terlalu masuk kedalam kehidupan gue, sekalipun lo sahabat gue. See, kayaknya kita terlalu banyak punya kesamaan, iya kan?" Ungkap Vito yang langsung membuat Aran terdiam beku. Tak mampu untuk membalasnya, apa yang Vito katakan benar.

Vito menepuk bahu Aran yang langsung ditepis Aran dengan kasar, tentu membuat Vito tersenyum miring, "Satu hal, enggak semua Ran! Lo harus paham lo—"

"Vito."

Baik Vito maupun Aran langsung berbalik, menatap gadis cantik yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berseteru. "Chika." Lirih Vito, ia lantas melangkah mendekati Chika yang menatap keduanya dengan begitu bingung.

"Lo ngapain?"

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain dari tadi ribut-ribut di depan cafe gue. Kalian pikir gue enggak memperhatikan lo berdua?"

"Cafe lo? Bentar—" Vito mendelik tak menyangka menatap Chika, "Jangan bilang lo anaknya ibu Aya?" Dan ya benar, Chika langsung mengangguk, karena kenyataannya memang begitu, dia anak pemilik Kopine_ caffeshop. Dunia memang sesempit itukah soal pertemuan? Lagi dan lagi ada di lingkungan yang tak jauh dari mereka yang dia kenal.

Chika menatap Vito dan Aran secara bergantian, Aran yang masih tak mengerti tentang dua orang di hadapannya pun hanya diam ditempatnya. Vito lantas melirik Aran sekilas kemudian meraih tangan Chika, dan menggenggamnya, "Ikut gue Chik." Pintanya, menarik tangan itu dengan lembut pergi dari hadapan Aran tanpa persetujuan Chika.

BERTAUT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang