[ 7 ]

1.1K 147 27
                                    


🍁

-  luka yang terbuka lagi -

.
.

________

Sudah lama Vito tidak merasakan perasaan ini, perasaan bahagia yang ringan. Malam ini cukup sederhana bersama Chika, dia jadi kembali memahami sesederhana itu untuk bahagia. Senyumnya kembali mengambang meski tampak terlihat begitu tipis, tapi Vito jelas sangat bahagia.

Tuhan itu adil, setiap luka Dia bayar kembali dengan bahagia. Hari ini mungkin dia patah karena pernikahan Mira—meski sebenarnya dia juga bahagia karena pada akhirnya Mira menemukan orang yang tepat ; Florence, seorang pebasket yang jauh lebih baik dari dirinya. Katanya, yang namanya sakit hati dan patah itu wajar dalam hidup. Makanya Vito pun sangat wajar merasakan itu, apalagi Mira mantan pertama sekaligus wanita yang berhasil ada disaat momen terburuknya, yang menyembuhkan juga sekaligus menghadirkan luka.

Tapi sederhana, Tuhan kasih kebahagiaan yang lain lewat Chika. Gadis yang unik. Untuk beberapa kali berkesempatan berada di dekat Chika, sejauh ini Vito bersyukur. Ada banyak perasaan yang dia dapat, mungkin sudah difase suka.

Langkah Vito mendadak terhenti, senyumnya juga perlahan luntur berubah menjadi datar, sama seperti hari-harinya kala melihat gadis duduk didepan pintu apartemen nya. Vito berdecak malas, "Dasar batu." Lirihnya kemudian kembali menarik tungkai mendekat pada gadis yang belum menyadari kedatangan Vito.

"Berapa jam?"

Gadis itu mengangkat kepalanya, ia sedikit tersentak dan lantas bergegas berdiri di hadapan Vito dengan senyumnya, meski tak bisa dibobongi wajah lelahnya yang cukup kentara terpatri, "Abang." Suara lembut keluar dari Fiony. Ya—gadis itu adalah Fiony, dengan rok diatas lutut, kemeja tipis berwarna merah, juga earphone yang menempel pada telinganya itu menemaninya menunggu Vito di apartemen Vito—sang kakak.

"Berapa jam?" Tanya ulang Vito, sorot matanya menusuk begitu dalam membuat Fiony menunduk, dia memahami apa yang Vito tanyakan, "Dari jam 19:20." Jawabnya, Vito mengangkat tangan kirinya, di jamnya sudah tertera pukul 21:15 itu artinya Fiony sudah dua jam didepan apartemennya. Sejenak Vito berdecak kesal tak paham dengan isi kepala gadis dengan tahu lalat dibawah matanya tersebut.

Tidak banyak berucap, Vito lebih memilih untuk membuka pintu apartemennya dengan sidik jarinya, membuat Fiony sedikit bergeser dari pintu, "Masuk." Titah Vito, tapi Fiony seakan tak percaya, ia menatap Vito dalam mencari jawaban atas pertanyaannya, benarkah Vito? Abangnya?

Dari sekian banyaknya perkiraan Fiony, kata masuk dari Vito tidak sedikitpun jadi list saat pertemuannya yang terkesan nekat malam ini, Fiony pikir pengusiran adalah yang pertama keluar dari mulut Vito.

Vito berdecak sekali lagi ketika Fiony tak menggubris ucapannya, "Masuk Fio!" Fiony kembli tersentak namun sedetik berikutnya ia mengangguk, ini akan menjadi kesempatan baik untuk Fiony berbicara dengan Vito. Dengan cepat dia melangkah masuk ke dalam apartemennya Vito. Ini untuk pertama kalinya Fiony berada di ranah seorang Vito.

"Lo ngapain sih didepan apartemen gue, hem? Kalau lo kenapa-kenapa gimana, kalau lo emang mau nemuin gue cari tempat yang aman! Di depan ada cafe kan? Lo pikir karena di apartemen enggak ada kejahatan? Lo tuh cewek! Kalau lo diperkosa sama orang unit depan gimana? Mau emang?!" Tutur Vito seraya melepaskan jaket juga sepatunya. Mengomel tanpa menatap pada Fiony Alveria—adik tirinya yang masih betah berdiri dibelakang Vito.

BERTAUT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang