[ 4 ]

1.5K 143 18
                                    


🍁

-  soal Affogato  - 


.
.

_________





"Perceraian, perselingkuhan, kematian, kehilangan."

Sudah satu minggu setelah kejadian di rooftop kala itu berlalu, ketika dibawa Vito masuk dalam lukanya yang membuat Chika banyak berfikir, terlibat dalam patah yang amat patah, atau bahkan sudah menjadi kepingan yang hancur. Jelas saja, Chika ingat betul kalimat yang Vito lontarkan dengan segala perasaan yang hingga sekarang masih membayangi Chika, masih berputar dengan sangat jelas.

Bahkan, sorot matanya yang teduh menampakkan luka yang dalam masih Chika lihat dengan jelas. Bayang-bayang Vito pun seakan ikut serta di kesehariannya.

Vito, sungguh terluka. Chika tahu mengenai itu.

Vito yang Chika lihat untuk pertama kalinya kala itu, jauh dari luka yang ditunjukkan Vito sore itu. Dia—Vito seakan memiliki dua sisi. Dua sisi berbeda yang berhasil Chika lihat, dua kali Chika bertemu Vito tetapi dengan dua perbedaan yang sangat mencolok. Ia tidak pernah ada di posisi Vito, tapi sejauh ini Chika cukup bisa merasakannya, cukup mampu memahaminya.

Tidak akan pernah mudah jika berurusan dengan sebuah perasaan dan luka.

Tetapi kali ini berbeda, Vito—lelaki yang Chika lihat sekarang lebih terlihat menarik, Vito yang dihadapannya berkutat pada pekerjaannya dengan fokus, dan muka datarnya menjadi sebuah pesona tersendiri kala laki-laki itu membuat sebuah kopi.

Ada sisi baru yang selalu Chika lihat dari seorang Alvito disetiap pertemuan ; kali ini contohnya. "Americano, atas nama kak adam."

"Terima kasih." Vito tersenyum tipis, mengelap sedikit meja dan tangannya yang basah, kemudian menatap Chika yang entah kenapa hari ini datang ke Kopine_ caffeshop. Tangannya bertumpu, matanya menelisik setiap wajah gadis yang selalu cantik, setelah untuk ketiga kalinya dia lihat, cantiknya tetap sama, mungkin sudah mutlak, dan bertemu dengan status baru yang Vito tau, bahwa ; Chika—anak pemilik Kopine_ caffeshop, anak dari bosnya sendiri.

"Jadi, mau pesen apa?"

"Lo sama Ar—siapa temen lo?"

"Aran." Chika mengangguk mengiyakannya, "udah baikan?" Tanyanya, sore itu ketika Vito mengantarkan kerumahnya, Chika sempat menanyakan perdebatan antara Vito dan Aran di depan Kopine_ caffeshop.

"Kenapa?"

"Ya-ya enggak papa, nanya aja. Kan enggak bagus citra Kopine_ ini kalau pegawainya aja berselisih." Vito tersenyum miring, sebenernya ia tahu bukan itu yang jadi tujuan utama Chika. Lagipula, sejak kapan anak sulung pemilik Kopine_ ini mengurusi interaksi karyawannya?

Lagipula selama Vito kerja di Kopine_ baru kali ini serasa di mandori oleh Chika, itupun karena dia ikut Aya—Mamihnya yang tengah meeting di lantai dua.

Benar, sore itu memang mereka—Vito dan Chika sempat membahas perdebatannya dengan Aran. Chika tentunya ingin tahu perkembangannya setelah satu minggu berlalu. Vito bukan bisa mengetahui isi otak Chika, tetapi wanita memang selalu kepo bukan?

BERTAUT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang