[ 11 ]

1.1K 136 60
                                    

🍁

-   Ternyata terakhir  -


.
.

________



"Oke Dey, ini gue juga mau jalan sekarang, nanti kita bahas lagi tu—"

"Kak Chika." Chika menoleh kearah Christyan, sang adik yang sudah bersiap ke sekolah, dengan seragam lengkap dan blezernya yang selalu ia tenteng ditangannya seperti biasa. Chika mengangkat tangannya pada Christyan sebagai tanda 'tunggu' laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban iya dan kembali duduk menunggu sang kakak selesai menelpon Dey—sepupunya.

"Ntar gue telfon lagi Dey, bye." Sambungan telepon Chika putuskan sepihak, ia meraih susu kotak dari dalam kulkas, tungkainya berjalan mendekati Christyan, "Nih, masih pagi banget padahal, udah mau berangkat? Ini minum dulu susunya." Ucapnya, Christyan menatap susu kotak itu dan Chika secara bergantian, Chika mengangkat satu alisnya bingung.

Christyan menghela nafasnya, mengambil alih kotak susu tersebut dari tangan Chika. Chika mengernyitkan dahinya bingung menatap Christyan yang tak begitu semangat pagi ini, "kenapa deh?"

"Boleh enggak anterin aku ke sekolah kali ini aja?"

"Kakak ada kelas pagi Chris, lagian sekolah kamu ke kampus Kakak itu lumayan jauh, dan enggak satu arah juga. Besok aja gimana?"

"Tapi aku pengennya sekarang." Pintanya, Chika menatap lekat sang adik. Ia merasa bingung dengan tingkah Christyan pagi ini. Jelas, Christyan—adiknya tak biasanya seperti ini. Apalagi perihal sekolah, Christyan ini bukan typekal yang meribetkan orang, dia selalu merasa jika sudah diberikan jatahnya masing-masing, Christyan memiliki pak Idho sebagai supir pribadinya, jadi meminta Chika mengantarkan ke sekolah adalah hal yang langka. "Lagian, besok mungkin enggak sempat."

"Kakak sempetin."

"Aku yang enggak sempat." Ucap Christyan, Chika mengernyitkan dahinya bingung. "Kok kamu yang enggak sempat?"

"Soalnya besok rencananya aku mau nginep di rumah Jessi, aku udah janji nemenin dia." Jelasnya, Chika mengangguk paham. "Jadi bisa anterin aku?"

"Enggak Christ, sorry. Lain kali deh kalau enggak ada kelas pagi." Christyan menghela nafasnya, dengan lesu mengangguk tanda iya. Chika menatap aneh pada Christyan untuk sekali lagi, tak biasa.

"Kamu kenapa?"

"Enggak papa, emang kenapa?"

"Beneran?"

Christyan berdekhem kecil mengiyakannya, dia meminum susu kotak yang Chika berikan barusan, "Semalam aku kebangun jam 2, abis itu enggak bisa tidur lagi."

"Kenapa?"

"Aku mimpi ketemu Oma." Christyan menoleh menatap Chika yang juga menatapnya dengan antusias seolah ingin mendengar kelanjutan mimpi adiknya ini. "Oma dateng nemuin Christ, Oma bilang kangen sama Christyan, nanya kapan ketemu oma? Oma mau ajak Christyan jalan-jalan, sama makan-makan katanya. Kayaknya terakhir ada momen sama Oma pas Natal ya Kak, itu juga sebelum Christyan masuk SMP."

"Iya udah lama Oma pergi, kakak juga kangen banget sama Oma, trus itu mimpi kamu gimana kelanjutannya?"

Christyan menggeleng, "Abis itu aku enggak jawab, aku langsung kebangun pas liat jam udah jam 2. Aku jadi kangen sama Oma deh." Chika mengangguk paham, Christyan memang dekat sekali dengan Oma, dulu seminggu sekali Christyan selalu ada dirumah Oma. Sekarang Oma sudah tak ada, lebih dari 2 tahun yang lalu kembali ke Pangkuan Tuhan, jadi wajar jika Christyan merindukan sosoknya. Oma, bagi Christyan seperti seorang Mamih, ketika Aya sibuk yang selalu ada untuk Christyan ya Oma. Wajar jika dia kehilangan.

BERTAUT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang