Hyunjin mengamati Yura, teman sekelompoknya yang daritadi sibuk mengetik laporan.
"Lo udah selesai ?" Tiba-tiba Yura menghentikan kegiatannya dan menatapnya.
"Udah." Hyunjin menyerahkan flashdisknya.
"Oke, gue gabungin ya. Nanti lo baca-baca lagi sapatau masih ada yang harus diganti" Yura masih sibuk menatap laptopnya.
Hyunjin kembali menatap Yura. Menurutnya ,Yura memang selama ini tidak banyak bicara. Tapi agak aneh, setelah keributan di rumahnya tadi Yura masih tidak bertanya apapun pada Hyunjin dan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Walaupun Hyunjin tau Yura penasaran. Beberapa kali Hyunjin memergoki Yura mencuri-curi pandang padanya dengan tatapan khawatir. Ini yang membuat Hyunjin nyaman berteman dengan Yura. Dia tidak pernah bertanya, dan selalu jadi pendengar yang menyenangkan.
Tidak hanya sekarang. Saat masalahnya dengan Lia pun, Yura hanya mendengarkan Hyunjin saat Hyunjin benar-benar ingin bercerita dan tidak bertanya lebih jauh tentang hal yang Hyunjin tidak ingin ceritakan. Tanggapannya pun selalu sesuai yang Hyunjin butuhkan. Saat Hyunjin perlu ditenangkan atau hanya butuh didengarkan.
"Ngapain liat gue kaya gitu?" Yura yang sadar diperhatikan menghentikan kegiatannya dan bertanya. Pipinya panas.
Hyunjin tersenyum, "Yura selalu seperti ini. Pipinya sering merah kalo malu" batin Hyunjin. Hyunjin tau Yura introvert. Dia selalu malu-malu saat berinteraksi dengan orang lain. Sering terjadi saat Yura dengan Hyunjin. menurut dia Yura lucu saat pipinya memerah tapi bertingkah seolah-olah dia biasa saja. Mungkin dia tidak sadar kalo pipinya memerah.
"Lo kenapa ga nanya apa-apa?"
"Soal apa ?" Yura melongo
"Soal tadi di rumah gue." Tiba-tiba Hyunjin ingin bercerita. Kalo buat orang lain dia ingin menyimpan ini rapat-rapat, tapi ini Yura. Dia ingin Yura tau. Entah kenapa.
Yura terdiam. Masih ragu apakah dia boleh tau soal ini.
"Maaf tadi gue gatau ayah gue pulang. Jadi lo harus liat yang tadi" Hyunjin menatap Yura dengan tatapan hangat.
"Lo nggapapa ?" Yura menatap Hyunjin masih dengan tatapan khawatir yang dilemparkannya sedari tadi.
"Gue uda biasa. Ayah gue biasanya jarang pulang. Tapi sekalinya pulang emang selalu brantem sama ibu." Hening lama. Hyunjin masih menatap Yura. Hyunjin menangkap sedikit tanda tanya di wajahnya. Tapi Yura tak berkata apa-apa. Hyunjin tersenyum sekali lagi.
"Ayah gue nikah lagi, dia udah minta cerai sama ibu gue tapi ibu ga mau. Biar ayah ga bisa bahagia katanya. Tapi nyatanya ibu sendiri yang ga bahagia."
"Makanya gue mau jadi anak baik buat ibu gue. Gue ga ngerokok, ga minum, ga brantem. Gue jaga cukup pinter. Setidaknya harus ada 1 laki-laki baik yang bisa diandalkan di hidup ibu gue"
Hyunjin masih menatap Yura. Mata Yura mulai berkaca-kaca dan setetes air mata menetes. Yura berusaha menyembunyikannya.
"Ko jadi lo yang nagis" Hyunjin tertawa. Tangis Yura makin tak terbendung. Air matanya makin deras.
"Gue ga tau, maaf. Gue gatau lo ngadepin masalah kaya gini" yura berusaha menahan tangisnya tapi tak bisa. Hyunjin tertawa. Rasa sedihnya yang dia rasakan karena masalah tadi tiba-tiba hilang.
"Lo cengeng juga ya. Bisa-bisanya nagisin masalah orang lain. Tunggu sini bentar. Gue mintain tisu" Hyunjin beranjak dari kursinya sambil terkekeh sementara Yura menenangkan diri.
Hyunjin kembali dengan tisu dan 1 cone eskrim strawberry baru.
"Buat lo. Udah gausa nangis lagi. Gue gapapa" Hyunjin tersenyum, menyerahkan eskrim yang langsung diterima Yura. Yura tersenyum, matanya sedikit bengkak.Hyunjin mengacak rambut Yura lembut. "Dasar cengeng lo" hyunjin terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secondlead (hwang hyunjin) - Complete
Fanfiction"Jangan suka sama gue ra, yang ada ntar lo sakit ati" hyunjin tersenyum lembut sambil mengusap kapala yura