15

17 7 0
                                    

"Lo gimana sama Hyunjin?" Lia bertanya tiba-tiba. Mengalihkan mereka dari topik tidak penting yang mereka bicarakan sebelum ini.

"Gimana gimana? Ngga gimana gimana" Yura mengelak

"Gue liat kalian udah tambah deket. Hyunjin kayanya suka lo deh Ra" Lia tampak bersemangat.

"Ee.. Mana ada" Yura mengelak. Mana mungkin pikir Yura.

"Iya tau. Hyunjin perhatian sama lo belakangan ini. Kemaren waktu lo ga masuk karena sakit aja dia nanyain lo panjang banget. Sakit apa ? Parah ngga? Perlu di jengukin ato ngga?" Lia tersenyum masih dengan semangat yang sama.

"Lo masa ngga kerasa apa-apa Ra?" Yura tanpa sadar memandang kursi kosong Hyunjin di sebelah kirinya. Orangnya belum datang.

Tentu saja Yura merasakannya. Tapi Yura tau itu semata-mata karena Hyunjin menganggap Yura temannya. Yura tau Hyunjin biasanya memang gitu pada semua orang. Dan dia tidak mau berharap lebih. Tapi mau tidak mau perkataan Lia barusan mengusiknya. Dia senang dan sedikit berharap.

Yang diomongin tiba-tiba datang. Yura dan Lia melihatnya di pintu kelas sedang mengobrol dengan minju. Anak kelas sebeleh. Kemudian Hyunjin masuk, tangannya membawa sebatang coklat yang segera dilemparkannya ke mejanya. Pandangan Yura bertemu dengan Hyunjin.

"Dikasi coklat sama minju. Kemaren pulang sekolah dia bilang suka sama gue" Hyunjin terkekeh sambil duduk di kursinya.

"Menurut lo gimana Ra? Minju cantik juga kan ya?" Hyunjin masih terkekeh. Yura merasakan sedikit perih di dadanya.

"Dia ga minta jawaban gue sih. Tapi kayanya mau gue coba deket sama dia. Toh gue juga lagi ga deket sama siapa-siapa" Hyunjin melanjutkan. Yura hanya senyum. Tapi hatinya hancur sekali lagi.

Bel masuk berbunyi

"Ra, lo gapapa ?" Lia daritadi mendengarkan percakapan Yura dan Hyunjin. Dia tau temannya ini masih suka Hyunjin. Dia tau Yura pasti sedih walaupun sedari tadi dia terlihat biasa saja.

"Kenapa ? Gapapa lah. Gue kan udah tau Hyunjin cuma nganggep gue temen. Jadi gue selalu siap kalo ada kejadian yang kaya gini" Yura berbohong. Sok tegar sekali lagi.

Lia tau Yura tidak baik-baik saja. Beberapa kali Lia memergoki Yura melamun hari ini. Yura juga menulis di buku hariannya jauh lebih sering hari ini. Temannya ini memang suka sekali memendam semuanya sendiri. Lia ingin jadi tempatnya bercerita, ingin jadi orang yang bisa membantunya menghilangkan kesedihannya, tapi Yura tidak pernah benar-benar membuka diri padanya. Yura sepertinya memang hanya mau terbuka pada buku hariannya dan tidak pada siapapun yang lain .

Jam istirahat minju datang lagi, lalu dia dan Hyunjin pergi ke kantin bersama.

"Ra, lo ga ke kantin?" Lia membuyarkan lamunan Yura. Daritadi pandangannya tak lepas dari pintu, tempat Hyunjin dan minju terlihat terakhir kali sebelum pergi ke kantin berdua.

"Hah, ngga deh. Gue agak ngantuk mau tidur aja" Yura merebahkan kepalanya ke meja. Bukan mengantuk tapi sedih. Cukup buat menghilangkan napsu makannya.

"Lo yakin gapapa Ra? Kalo butuh temen cerita lo bisa cerita ke gue Ra. Gue temen lo. Jadi lo bisa andelin gue" Lia mulai putus asa pada temannya yang tertutup ini.

"Gue gapapa Liii. Percaya deh. Gue cuma ngantuk aja" Yura tersenyum. Palsu.

"Yaudah, gue ke kantin. Kalo lo perlu apa-apa chat gue aja" Lia meninggalkan Yura sendiri. Mungkin itu yang dibutuhkan Yura. Waktu sendirian.

Yura membuka buku hariannya sekali lagi. "Hwang Hyunjin" begitu banyak namanya di tiap lembarnya. Sudah lebih dari setengah tahun Yura menyimpan perasaan ini sendiri.

"Apa akan beda ceritanya kalo Hyunjin tau perasaan gue".

"Ngga, mungkin dia bakal ngejauhin gue kalo dia tau gue suka sama dia".

"Mungkin harusnya gue ngga suka sama dia"

"Udahlah, sama minju ato sama siapapun bukan karna lo ngga bilang tentang perasaan lo ke dia, Ra. Hyunjin ga suka lo. Itu sebab utamanya."

"Mungkin udah waktunya gue lupain dia"

Lelah berdialog sendiri di dalam kepalanya, Yura tertidur. Tanpa sadar ada seseorang yang duduk di sebelahnya dan mulai membaca buku harian yang dia letakkan di hadapannya dan lupa ia tutup.

Secondlead (hwang hyunjin) - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang