13

2.2K 405 13
                                    

Nyatanya, manusia itu tidak kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nyatanya, manusia itu tidak kuat.

Manusia itu mahluk yang lemah.







Jaemin baru mempelajarinya setelah masuk ke tempat ini. Dunianya serasa runtuh melihat dokter yang hanya bisa menggeleng pelan seraya menundukkan wajahnya yang penuh penyesalan. Ia perlahan bisa mendengar isak tangis teman-temannya yang turut menunggu bersamanya. Menunggu dalam jam-jam ketidakpastian, hanya untuk mendapat kabar seperti ini.

Jaemin tidak mengerti.

Kenapa harus Jeno?

Kenapa harus orang baik yang meninggal lebih dulu?

Apa yang diatas memang sejahat itu?

Tangan Jaemin bergetar. Ia tak pernah melihat kematian sedekat ini dengannya, tepat di depan kedua matanya. Semua ini membuatnya takut. Ia telah melihat kematian dengan mata kepalanya sendiri. Jeno masih baik-baik saja kemarin. Anak itu masih mengobrol dengannya, masih bermain dengannya, masih mendorong kursi rodanya untuknya meski Jaemin sudah melarangnya karena tidak mau Jeno kelelahan, masih dengan sabar melerai pertengkaran Jisung dan Chenle.

Ia terlihat normal kemarin.

Dan kini, ia telah tiada.

Jisung tak sanggup menahannya. Kedua kakinya lemas, membuat tubuhnya terjatuh begitu saja. Chenle segera berlutut di depannya dan memeluknya erat. Mereka selalu bisa melalui semua ini, mereka pasti bisa.

Tapi semuanya terasa sangat berat.

Kau takkan tahu kapan hidupmu akan berakhir.

Jaemin tahu itu.

Bahkan Jisung dan Chenle juga tahu akan hal itu.

Semua orang tahu, tapi itu tidak mengurangi rasa sakit ketika ditinggal pergi seseorang.

Sesuatu mengenai perpisahan membuatmu merasa sakit. Kau takkan pernah bertemu dengan orang itu lagi, takkan pernah bisa melihat wajahnya, takkan bisa melihat senyumnya. Takkan bisa menghabiskan waktu dengannya.

Semua akan berbeda.

Tanpa Jeno, semua akan berbeda.







Jisung menangis sampai kepalanya sakit. Ia tidak lagi mengerti apa yang terjadi. Ia tak peduli, ia hanya ingin Jeno kembali.

Jujur, ketika melihat dokter membawa Jeno dalam keadaan berdarah menuju ruang operasi, Jisung tak banyak berpikir. Tidak mungkin Jeno akan meninggal, itulah yang ada di benaknya. Tidak mungkin Jeno tidak selamat. Jisung tidak perlu khawatir, operasi pasti akan berhasil. Fakta bahwa Jeno mungkin meninggal tak pernah ada dalam opsinya.

Dan ketika mereka mengatakannya tepat ke wajahnya, ia baru sadar.

Jeno benar-benar menghilang.

Ia sudah pergi.

Dan Jisung merasakan sakit yang tak pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Rasanya ditinggal seorang sahabat.

Rasanya ditinggal seorang kakak.







Taeyong berjalan keluar dari ruang operasi dengan gontai. Tubuhnya penuh dengan bercak darah. Pria itu menatap ketiga orang yang masih setia menunggu di depan ruang rumah sakit.

"H-Hyung..."

"Maaf," bisik Taeyong lirih.

Seumur hidup, ia sudah mempersiapkan untuk yang terburuk.

Tapi dia tak menyangka akan seburuk ini.

"Dia meninggal. Dia meninggal ketika mencoba menyelamatkan seorang anak kecil," ujar Taeyong. Ia tertawa tak percaya. Air matanya menetes begitu saja. "Dasar anak bodoh. Dia tau penyakitnya, tapi dia tanpa ragu tetap berlari menyelamatkan anak itu."

Jaemin menarik nafasnya. Jisung masih terisak pelan.

"Bahkan sampai akhir, dia selalu ingin menolong sesamanya," lanjut Taeyong. "Dasar anak bodoh. Dasar adikku yang malang."

Jaemin menggigit bibir bawahnya.

"Anak itu, apa dia selamat?"

Taeyong mengangguk pelan.

"Tanpa terluka sama sekali."

Jaemin berusaha tersenyum, meski air mata masih menetes keluar.

"B-Baguslah."

Nafasnya bergetar.

"Aku bangga."







Ia bangga bisa mengenal Jeno. Ia bangga bisa mengenal anak sebaik dia.







"Aku Jeno."

"Aku tau."

"Disini pasti membosankan ya bagimu?"







Ia adalah orang pertama yang berkenalan dengannya.

Orang pertama yang mau bicara dengannya.







"Mau ikut denganku nanti? Aku biasanya makan dengan yang lain."

"Tak usah. Aku tak butuh."

"Eyy, jangan gitu," balas Jeno. "Katanya bosen. Nanti kukenalin sama yang lain. Kamu pasti suka. Kita bisa jadi teman."







Bagi Jaemin, hidup adalah mengenai kesempurnaan.

Namun Jeno memberinya pandangan baru.

Bagi Jeno, hidup adalah mengenai apa yang bisa kau berikan pada dunia, meski dunia tak pernah memberi apa-apa padamu.

Dan Jaemin kini mengerti.







Hidup bukan soal siapa yang berhasil mencapai impian dan kesuksesannya.

Hidup adalah soal siapa yang berani memberi lebih.







Dan Jaemin kini mengerti.

Dan Jaemin kini mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N

Hai semua, udah jarang banget aku nulis notes disini. Aku cuma mau bilang, makasih banyak buat tahun 2020 ini. Makasih banyak buat kalian semua yang udah baca workku, menjadi turut bahagia maupun sedih bersama karakternya, dan mendapat perlajaran berharga yang bisa dipetik. Ke depannya di tahun 2021, aku akan berusaha semakin keras buat menulis kisah-kisah yang gak kalah bagusnya dengan di tahun 2020.

Makasih semuanya.

Happy new year!

Hospital Playlist (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang