20

2.1K 348 5
                                    

Hal-hal tidak pernah kembali seperti semula lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal-hal tidak pernah kembali seperti semula lagi.

Takkan pernah.

Ketika Jeno pergi, mereka berempat masih berusaha untuk tetap melanjutkan pertemanan yang ada. Namun kini, Chenle meninggal, melihat wajah teman-temannya hanya akan membawa kenangan menyakitkan. Chenle masih sangat muda, ia terlalu polos dan sangat ceria. Orang sepertinya tidak seharusnya pergi secepat ini. Masih banyak mimpi dan harapan yang belum dicapainya.

Ia masih terlalu muda.

Kalau ada orang yang seharusnya meninggal, itu harusnya dirinya.

Harusnya Renjun.

Ia tidak punya siapa-siapa, tidak seperti Chenle yang mempunyai keluarga yang terus mendukung dan mencintainya. Ia tak punya mimpi, ia tak punya harapan. Di antara yang lain, penyakit Chenlelah yang sebenarnya paling mungkin untuk sembuh. Renjun selalu mengira suatu saat nanti Chenle akan keluar dari rumah sakit dan mulai menjalani hidupnya. Ia tidak menyangka Chenle akan keluar seperti ini.







"Aku merindukan Jeno hyung. Aku rindu leluconnya yang tidak lucu," ujar Chenle. "Aku juga rindu melihat senyumnya."







Renjun menarik nafasnya, menahan air mata yang mengancam akan menetes keluar.

Paling tidak, anak itu kini telah bertemu dengan Jeno.

Renjun yakin Jeno akan menjaganya dengan sangat baik.







Mereka bertiga tidak pernah lagi berkumpul.

Balkon rumah sakit yang semula ramai berisik dengan canda tawa mereka, kini hanya dibiarkan kosong dan sepi.

Tidak ada yang sanggup untuk kembali ke masa itu. Tidak setelah semua yang terjadi. Semua kenangan itu hanya mengingatkan mereka pada sakitnya ditinggal. Mengingatkan mereka bahwa suatu saat nanti, itulah yang akan menjadi masa depan mereka.

Sejak awal, mereka memang tidak pernah punya harapan.







Jisung lebih sering mengurung diri di kamarnya. Beberapa hari terakhir ini penyakitnya kambuh dan ia sering batuk mengeluarkan darah. Kepalanya terasa semakin pusing tiap harinya, perutnya terasa terlalu sakit untuk menerima asupan makanan. Bahkan dokter sendiri bingung dengan apa yang sebenarnya dideritanya. Mereka bilang penyakit Jisung itu langka, dan masih butuh penelitian lebih lanjut.

Namun Jisung tidak peduli.

Apa gunanya hidup ketika semua temannya satu per satu pergi meninggalkannya?







Kondisi Renjun tetap stabil beberapa hari terakhir. Ia masih harus minum obat seperti biasa, untuk mempertahankan jantungnya agar tetap berdetak, namun selain dari minum obat-obatan terus, ia baik-baik saja. Ia kadang masih berjalan keluar dari kamarnya, namun menghindari beberapa tempat yang ia tahu akan membawa kenangan menyakitkan.

Salah satunya adalah kamar Chenle.

Ia tersenyum kecil memikirkan saat terakhir mereka dengan Chenle.

Bagaimana mereka bermain tanpa memikirkan apapun.

Renjun ingin sekali mengulang waktu itu, memutar balikkan waktu hanya untuk kembali merasakan kebahagiaan yang ia rasakan waktu itu.

Ia sangat merindukan mereka.

Sangat.







Jaemin terus melakukan terapi berjalannya. Ia ingin mendekat, bicara dengan yang lain, namun ia tahu ini bukan tempatnya. Ia tidak mengenal Chenle maupun Jeno selama Jisung dan Renjun. Keduanya pasti sangat kesakitan saat ini. Ia hanya pendatang baru, seorang asing yang tiba-tiba kehidupannya terlibat dengan semua ini.

Dan ia tidak menyesal, pernah bertemu dengan orang-orang luar biasa itu.

Mereka mengajarinya banyak hal.

Banyak sekali.

Jaemin selamanya takkan pernah melupakan Renjun, Jeno, Chenle, maupun Jisung. Mereka berempatlah yang membuat hidupnya lebih berwarna. Dari yang hanya berwarna hitam, mereka membukakan matanya, membuatnya melihat semakin banyak warna indah dalam hidup.

Pria itu menghela nafasnya.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?







Suatu saat nanti, semua akan berakhir.

Akan ada kata perpisahan dibalik semua perkenalan.







"Aku besok sudah diperbolehkan keluar."

Renjun terdiam mendengarnya.

Jisung buru-buru tersenyum.

"Baguslah."

Renjun benar. Satu per satu dari mereka akan pergi meninggalkannya.

"Hyung bahkan sudah bisa berjalan dengan baik lagi sekarang," lanjut Jisung. "Jangan lupakan kami, mengerti?"

Jaemin mengangguk. Pandangannya teralihkan pada Renjun. Anak itu tersenyum.

"Aku turut senang."

Jaemin menarik nafasnya.

"Selama ini, makasih banyak udah menemaniku disini. Aku yakin aku gak akan bisa bertahan tanpa adanya kalian semua. Aku bener-bener bahagia disini. Sungguh."

Jaemin kemudian berjalan mendekati Renjun dan memeluknya erat. Renjun turut membalas pelukannya.

"Jadilah orang yang hebat. Akan kutunggu kau selalu."

Jaemin tersenyum kecil dan lantas turut memeluk Jisung.

"Hyung harus sekolah yang bener. Aku yakin hyung bisa jadi orang sukses."

Jaemin menelan ludahnya.

"Makasih," bisiknya. "Untuk semua."







Makasih untuk pelajaran berharga yang gak akan aku dapatkan di tempat manapun.

Makasih buat kehidupan baru yang kalian ajarkan padaku.







Makasih, untuk semua.







Aku gak akan pernah melupakan kalian.

Sampai kapanpun.







Renjun, Jeno, Chenle, Jisung.

Sahabat pertama dan terakhirku.





Spoiler: masih ada 1 chapter terakhir ^^

Spoiler: masih ada 1 chapter terakhir ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hospital Playlist (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang