17

2K 344 11
                                    

Double update! Jangan lupa baca chapter sebelumnya dulu ^^

Double update! Jangan lupa baca chapter sebelumnya dulu ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku punya permintaan."

Renjun dan Jisung langsung terdiam seraya menatap Chenle. Jaemin kala itu tengah menjalani terapi berjalannya, ternyata kakinya sudah mulai sedikit sembuh dan dokter sudah menyuruhnya untuk mulai terapi berjalannya. Kalau tidak ada halangan, mungkin beberapa minggu lagi anak itu sudah bisa keluar dari rumah sakit dan kembali ke kehidupan lamanya.

Mereka kini tengah menunggu Jaemin menyelesaikan terapinya.

"Aku bilang aku punya permintaan," ujar Chenle lagi.

"Apa?"

Chenle mulai tersenyum penuh arti.

"Kita tunggu Jaemin hyung selesai terapi," jelas Chenle. "Aku juga mau dia ikut."




Meski sudah bersama sejak kecil dan mengenal luar dalam dengan baik, mereka jarang membicarakan hal-hal yang berbau masa depan. Mereka dimasukkan ke rumah sakit sejak masih sangat muda, tidak begitu mengerti kenapa harus mereka yang berada di rumah sakit, sebenarnya selemah dan sesakit apa tubuh mereka. Karena itulah, mereka biasa hanya membicarakan hal-hal mengenai penyakit mereka. Bagaimana perkembangannya, obat-obatan mereka, perawatan mereka.

Namun ada satu hal yang sangat ingin Chenle lakukan dengan teman-temannya.




"Ayo kita karaoke."

"Apa?!"

Chenle tersenyum ketika melihat wajah terkejut temannya. Jaemin baru saja kembali dari terapinya, masih menggunakan kursi roda, namun ia sudah bisa berdiri lebih seimbang.

"K-Karaoke?"

Chenle mengangguk.

"Mamaku membelikan peralatannya. Kita bisa karaoke pakai TV di kamarku. Gimana?"

Jisung menatap Chenle dengan penuh tanda tanya.

"Tiba-tiba?"

Chenle mengangguk cepat.

"Hmm. Tiba-tiba."

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Jaemin, ia sama terkejutnya dengan anak lainnya.

"Cuma mau aja. Lagian kita udah lama gak seneng-seneng kaya gini. Besok aku akan operasi, aku cuma mau bikin kenangan indah untuk terakhir kalinya. Nanti kalau aku pergi dari tempat ini, entah kapan kita bisa bertemu lagi," jelas Chenle. "Kita bahkan gak punya foto bersama dengan Jeno hyung. Aku sangat menyesalinya kini."

Chenle menundukkan kepalanya dengan sedih.

"Baiklah kalau begitu," ujar Jaemin.

Chenle langsung mengangkat kepalanya.

"Ayo kita karaoke."





Mamanya Chenle benar-benar membelikan peralatan terbaik untuk mereka bisa karaoke di kamar Chenle. Jaehyun membantu memasangkan peralatan seperti kabel-kabel yang dibutuhkan. Mereka jarang melihat Taeyong semenjak kepergian Jeno, mungkin pria itu masih belum berani kembali ke lantai ini dan menemukan semua kenangan terakhir Jeno.

"Makasih hyung!"

"Inget, jangan terlalu berlebihan mainnya, ngerti?" Jaehyun memperingatkan.

"Baiklah."

Jaehyun pun pergi meninggalkan keempatnya di kamar Chenle.




Dan saat itulah, momen mereka dimulai.




Bagi kebanyakan orang, masa remaja adalah masa terindah, masa yang takkan pernah dilupakan karena kenangannya yang manis. Kebanyakan orang ingin kembali ke masa remaja mereka, menikmati hidup dengan bebas tanpa terkekang masalah orang dewasa yang rumit.

Bagi Chenle, meski penuh dengan rasa sakit, ia ingin sekali waktu berhenti saat ini.




Mereka melompat.

Mereka berteriak.

Seolah tidak peduli akan dunia yang melihat, mereka hanya bersenang-senang.

Hanya ada Jaemin, Renjun, Chenle, Jisung, dan Jeno yang selalu ada di hati mereka.

Chenle merangkul Jisung seraya kedua melompat kegirangan mengikuti irama musik. Renjun memegang mic-nya dan sibuk berteriak menghasilkan suara-suara aneh, sedangkan Jaemin turut menemani Renjun bernyanyi dengan teriakannya. Chenle tersenyum, mereka semua tertawa puas.




Ia sungguh-sungguh berharap waktu bisa berhenti.




Suara alunan musik keras terdengar dari kamar Chenle. Jisung berteriak ke mic-nya sekeras tenaga.

"BANG BANG BANG!"

Mereka semua melompat kegirangan. Chenle bahkan mengambil bantalnya dan mulai memukul mereka dengan jahil. Segera, kegiatan karaoke mereka dilupakan. Mereka semua bersiap mengambil bantal dan memukul satu sama lain. Jaemin yang masih menggunakan kursi rodanya kena pukulan paling banyak tanpa bisa melawan sebaik yang lain.

Jaemin dengan cepat mengambil botol air di kamar Chenle dan membukanya, membasahi mereka semua. Bantal diletakkan dan kini mereka semua berlomba mencari botol air. Sekujur tubuh mereka basah kuyup. Suara teriakan dan tawa geli bisa terdengar jelas dari luar kamar. Mereka saling berlarian dengan bahagia, tak lagi peduli dengan dunia luar.

"Hyung!"

"Serang Chenle!"

"Jisung bantuin aku!"

"AHHH!"




Kamar Chenle hancur berantakan.

Tapi mereka membuat memori baru hari itu.

Kenangan yang takkan pernah mereka lupakan.




Karena mereka tidak tahu kapan dunia akan berakhir.

Dan juga tidak peduli.




Seolah mereka hanya hidup untuk hari itu saja.

Seolah mereka hanya hidup untuk hari itu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hospital Playlist (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang