09

2.3K 396 7
                                    

Renjun tahu, suatu saat nanti jantungnya akan berhenti berdetak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun tahu, suatu saat nanti jantungnya akan berhenti berdetak. Ia tahu semua ini akan berakhir. Seumur hidupnya ia telah menantikan kapan saat-saat ia akan meninggal. Apa ia akan sedih? Apa orang-orang sekitarnya akan sedih?

Ketika itu Renjun masih sendiri. Jisung belum datang. Ia menghabiskan waktunya memperhatikan orang-orang sakit di sekitarnya.

Ada seorang pria tua yang sangat dekat dengan Renjun. Ia bahkan menganggap Renjun sebagai anaknya sendiri dan selalu memperlakukannya dengan baik. Selama Renjun melihatnya, pria itu selalu sendirian. Ia tidak pernah melihat keluarganya datang mengunjunginya sekalipun. Dan saat itu, Renjun mulai berpikr.

Ternyata ada orang lain yang sama sepertinya.

Tidak memiliki siapapun di dunia.

Keduanya menjadi sangat dekat. Pria itu senang menggendong tubuh kecilnya, bahkan selalu mengajaknya bermain bersama.

Hingga suatu hari, Renjun berkenalan dengan yang namanya kematian.

Ia kira kebahagiaannya akan bertahan abadi, namun ia bertemu dengan kematian.

Pria itu pergi meninggalkannya. Mereka bilang ia meninggal dengan damai dalam tidurnya, tanpa rasa sakit sedikitpun. Kala itulah Renjun mulai mengerti. Suatu saat nanti, dialah yang akan jadi seperti itu. Jantungnyalah yang akan berhenti berdetak, ia yang akan berhenti bernafas. Karena tak peduli seberapa keras dokter mencoba, tak ada yang bisa menyelamatkannya.

Masih banyak yang belum Renjun lakukan.

Ia tidak mau semua ini berakhir.







Jaemin terdiam, membiarkan Jaehyun memeriksa kondisi kakinya.

"Kakimu nampak sangat baik. Mungkin kau akan bisa keluar lebih cepat dari waktunya," ujar Jaehyun. "Bukankah itu kabar baik?"

Jaemin menghela nafasnya.

"Hyung."

Jaehyun meletakkan map yang dibawanya.

"Kenapa?"

Jaemin menggigit bibir bawahnya. Ada sebuah perasaan asing yang tiba-tiba dirasanya. Entah kenapa, ia makin merasa terikat dengan anak-anak itu. Mereka bukan siapa-siapa bagi Jaemin, mereka hanyalah pasien di rumah sakit yang sama dengannya. Namun setelah apa yang terjadi kemarin, bagaimana mereka mau menemaninya, meski sebenarnya mereka tidak perlu melakukannya, Jaemin mulai melihat mereka dengan berbeda.

Jaemin mulai menganggap mereka sebagai temannya.

Sebagai sahabat.

"Ada apa?" tanya Jaehyun lagi.

"Anak-anak yang lain, mereka akan sembuh kan?"







"Untuk kalian mungkin masih ada masa depan. Tapi untukku, mustahil."







"Suatu hari nanti, mereka akan bisa keluar dari tempat ini dan menjalani hidup yang normal, seperti orang lainnya kan?"

Jaemin mengangkat kepalanya dan menatap Jaehyun, menunggu jawaban pria itu.

Jaehyun hanya tersenyum kecil seraya mengangguk.

"Hmm. Tentu saja mereka akan sembuh. itu yang aku percayai sejak melihat mereka pertama kali masuk ke rumah sakit. Mereka masih sangat kecil, seharusnya tidak boleh ada anak-anak yang menghabiskan masa kecilnya hanya berdiam di rumah sakit. Itu sangat tidak adil. Hidup mereka sudah keras sejak masih kecil, karena itulah, aku yakin yang diatas memiliki rencana sendiri buat mereka. Aku yakin, hidup mereka akan berubah," jelas Jaehyun.

Jaemin terdiam mendengarnya.

"Kau tau, ada satu hal yang jauh lebih kuat ketimbang obat-obatan."

"Apa?"







"Kepercayaan."

Jaemin menatap Jaehyun dengan bingung.

"Percaya, bahwa masih tersisa keajaiban di dunia ini. Dan untuk mereka yang hidupnya telah menderita, aku percaya ada sesuatu yang telah disiapkan untuk mereka, sesuatu yang jauh lebih indah dibanding yang bisa kita bayangkan. Karena itulah, jangan pernah berhenti percaya."







Jaemin percaya.

Ia percaya bahwa mereka semua akan sembuh. Bahwa keajaiban akan terjadi seperti kata Jaehyun.

Namun, percaya itu sulit. Apalagi ketika kau percaya akan hal yang nampaknya tidak mungkin, dan kenyataan terus menerus menghantam.

Seperti saat itu.







"Kode biru, kode biru. Semua dokter diharapkan masuk ke kamar 3321. Kode biru, kode biru. Semua dokter diharapkan masuk ke kamar 3321."

Jaemin terdiam seraya menatap Jaehyun. Matanya terbelalak lebar.

Kamar 3321.

Kamar Renjun.

Jaehyun buru-buru menepuk pundaknya.

"Aku akan segera kembali."







Jaemin terdiam.

Tangannya bergetar seraya menunggu Jaehyun kembali.

Tangannya bergetar seraya menunggu Jaehyun kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hospital Playlist (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang