18

2K 349 15
                                    

Renjun meraih tangan Chenle dan menggenggamnya dengan erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun meraih tangan Chenle dan menggenggamnya dengan erat. Anak itu terbaring di atas kasur dengan raut ketakutan, namun Renjun terus tersenyum padanya. Jaemin sedang terapi dan Jisung sedang melakukan check-up dengan dokternya, sehingga terpaksa hanya Renjun yang bisa menemani Chenle ke ruang operasi.

"Kau bisa melakukannya. Aku yakin kau kuat."

Chenle tersenyum.

Renjun selalu iri dengan senyumnya. Hidup di rumah sakit bukanlah hal yang mudah, namun anak itu sepertinya selalu bisa menemukan jalan untuk terus tersenyum. Setiap hari ia selalu tertawa, ia selalu membuat perasaannya menjadi baik. Renjun ingin sekali hidup seperti Chenle.

Yang selalu bahagia setiap saatnya.

"Kuharap yang lain ada disini," ujar Chenle sedih.

"Aku juga."

Chenle menarik nafasnya.

"Jeno hyung juga."

Renjun tersenyum kecil.

"Aku juga."

Chenle menghela nafasnya.

"Aku merindukan Jeno hyung. Aku rindu leluconnya yang tidak lucu," ujar Chenle. "Aku juga rindu melihat senyumnya."

Renjun menggenggam tangan Chenle dengan erat.

"Untuk saat ini, kau hanya harus fokus pada operasimu. Setelah itu, kita bisa bicarakan yang lain. Aku, Jaemin, dan Jisung akan ada ketika kau bangun," jelas Renjun.

Mamanya Chenle kemudian masuk ke kamar Chenle dan mencium kening putranya. Renjun turut melihat papanya Chenle berdiri di ambang pintu. Ia jarang melihat pria itu, jadi ia hanya menundukkan kepalanya pelan untuk menyapanya. Dibandingkan mamanya, papanya Chenle jarang datang mengunjunginya.

"Sudah siap, Nak?"

Mamanya Chenle mengelus kepala anaknya.

Chenle mengangguk.

"Mama tunggu diluar. Kamu harus berjuang. Mengerti?"

"Baiklah."

Renjun tersenyum kecil melihat kebersamaan keluarga kecil itu. Tak berselang lama beberapa suster datang dan mendorong kasur Chenle keluar dari kamarnya. Renjun mengikuti dari belakangnya, bersama dengan mamanya Chenle. Wanita itu merangkul Renjun dan keduanya berjalan bersama. Sedangkan papanya memilih untuk berjalan paling belakang, jauh dari yang lain. Mereka berhenti tepat di depan ruang operasi.

"Semangat."

Chenle tersenyum.

"Kau pasti bisa."

Renjun hanya bisa terdiam seraya melihat dokter mendorong kasur Chenle masuk ke dalam ruang operasi. Ia menarik nafasnya pelan.







"Aku juga ingin keluar," rengek Jisung. Anak itu menghela nafasnya. "Kalau Chenle pergi nanti, aku main sama siapa?"

"Kan ada aku."

Jisung memutar bola matanya.

"Jaemin hyung bakal keluar juga nanti. Cuma tersisa aku sama Renjun hyung. Renjun hyung gak rame diajak main."

"Apa?!"

Renjun dengan cepat bangkit berdiri dan berusaha memukul Jisung, membuat anak itu berjalan mundur dengan takut.

"Sudah, sudah," lerai Jaemin. "Renjun-ah, tadi katamu jam berapa operasinya selesai?"

Renjun kembali duduk dengan puas setelah berhasil menjitak kepala Jisung.

"Jaehyun hyung bilang jam 3 sorean udah selesai harusnya."

Jaemin mengangguk mengerti.

"Kaki kamu sendiri gimana? Udah baikan?" tanya Renjun.

Jaemin mengangkat bahunya.

"Aku udah lumayan bisa jalan, tapi kata dokter kakiku masih gak boleh terlalu sering dipakai."

Renjun mengangguk pelan.

"Tapi bukankah sangat lucu? Nanti setelah Chenle sembuh, dia bisa masuk ke sekolah yang sama denganmu, hyung. Kalian bisa jadi teman sekolah. Apa hyung punya teman di sekolah?" tanya Jisung.

"Teman?"

Jaemin terdiam mendengarnya.

"Teman, apa itu penting aku punya teman di sekolah atau tidak?"

Jisung memajukan bibirnya.

"Aku cuma mau tau," balas Jisung. "Karena namaku Park Jisung, sejak kecil aku selalu ingin menjadi pemain sepak bola. Tapi aku malah terjebak di tempat ini."

Jisung menghentakkan kakinya dengan kesal.

"Kau akan keluar," ujar Renjun. "Jangan khawatir."

"Kapan? Bukankah semua sudah terlambat ketika aku keluar nanti?"

"Hey, tidak ada yang namanya terlambat. Selama kau masih mau, pasti ada jalannya," balas Jaemin. "Sungguh, selama tinggal disini, aku merasa seperti membesarkan Jisung."

Renjun geleng-geleng kepala.

"Kau tidak tau seberapa stressnya aku karena dia tidak pernah mau mendengarkanku."

Jaehyun tiba-tiba datang menghampiri mereka bertiga. Renjun menatapnya dengan bingung.

"Kenapa hyung?"

"Apa operasi Chenle sudah selesai?"

Jaehyun mengangguk.

"Sudah selesai."

"Benarkah? Padahal baru jam segini," balas Jisung. "Kita kesana sekarang?"

Renjun mengangguk. Keduanya bangkit berdiri, Jisung mulai mendorong kursi Jaemin.

"Sebelum itu, tunggu."

Mereka langsung berhenti.

"Kenapa?" tanya Jaemin.

Jaehyun menarik nafasnya.

"Ada yang ingin kukatakan sebelumnya."

"Apa itu?"







Waktu serasa berhenti berdetik.

Renjun terus menanti Jaehyun untuk membuka mulutnya.







Jantungnya serasa berhenti berdetak.

Jantungnya serasa berhenti berdetak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hospital Playlist (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang